Kisah Abrahah Menyerang Kakbah dan Penolakan Gajah
Kisah Abrahah dan pasukan gajahnya menyerang Kakbah tercatat sebagai peristiwa luar biasa yang diabadikan Al-Qur'an maupun Sirah Nabawiyah. Peristiwa ini terjadi menjelang kelahiran baginda Nabi Muhammad ﷺ.
Dalam Sirah Nawabiyah Ibnu Hisyam, penyerangan Baitullah terjadi pada bulan Muharram Tahun Gajah atau 50 hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad ﷺ bertepatan dengan pengujung Februari atau permulaan Maret Tahun 571 Masehi. Kala itu Kota Makkah dipimpin oleh Abdul Muthalib, kakek Rasulullah.
Dikisahkan, Raja Abrahah yang zalim datang dari Yaman membawa pasukan gajahnya hendak menyerbu Kota Makkah. Kedengkiannya terhadap penduduk Makkah dengan keagungan Kakbah yang banyak dikunjungi manusia mendorongnya ingin menghancurkan Kakbah.
Penolakan Gajah
Ketika Abrahah bersiap-siap untuk memasuki Kota Makkah ia menyiapkan gajah-gajahnya dan memobilisasi pasukannya. Gajah Abrahah bernama Mahmud. Ia membulatkan tekadnya untuk menghancurkan Kakbah, kemudian pulang ke Yaman.
Ketika Abrahah dan pasukannya telah mengarahkan gajahnya masing-masing ke Makkah, tiba-tiba Nufail bin Habib Al-Khats'ami tiba, kemudian berdiri di samping gajah Abrahah dan membisikkan kepadanya: "Duduklah wahai Mahmud, atau pulanglah dengan damai ke tempatmu semula, karena sesungguhnya engkau sekarang berada di Tanah Haram!"
Nufail bin Habib melepaskan telinga Gajah Mahmud dan gajah itu pun duduk. Setelah itu, Nufail bin Habib pergi dan naik ke gunung. Pasukan Abrahah memukul Gajah Mahmud agar berdiri, namun ia menolak berdiri. Mereka memukul Gajah Mahmud dengan mencucuk lambungnya agar berdiri, namun gajah itu tetap menolak berdiri.
Mereka memasukkan mihjan (tongkat yang berkeluk kepalanya) ke bawah perutnya dan mengiris perutnya dengannya agar berdiri, namun gajah Mahmud tetap menolak berdiri. Mereka menghadapkan gajah Mahmud ke arah Yaman, ternyata ia langsung berdiri dan berlari. Mereka menghadapkan lagi Gajah Mahmud ke arah Syam, ternyata berdiri dan berlari.
Mereka menghadapkan Gajah Mahmud ke arah timur, ia pun berdiri dan lari seperti sebelumnya. Mereka menghadapkannya ke Makkah, namun ia menolak berdiri. Penolakan gajah ini termasuk peristiwa yang sangat langka. Namun, demikianlah Allah berkuasa atas makhluk-Nya.
Hukuman Allah kepada Abrahah
Belum sampai menyerang Baitullah Kakbah, Allah Ta'ala menghancurkan pasukan Abrahah yang dalam riwayat berjumlah 60.000 pasukan. Allah mengirim burung-burung seperti burung layang-layang dan burung balsan (sejenis burung tiung) dari arah laut.
Setiap burung membawa tiga batu; satu batu di paruhnya, dan dua batu di kedua kakinya. Batu-batu itu mirip kacang dan adas. Jika batu itu mengenai salah seorang dari pasukan Abrahah, ia pasti tewas, namun tidak semuanya dari mereka terkena batu itu. Mereka lari kocar-kacir, berebutan mencari jalan yang telah dilaluinya, dan mencari-cari Nufail agar ia menunjukkan jalan ke arah Yaman.
Pasukan Abrahah jatuh berguguran di setiap jalan dan tewas di setiap tempat dan rumah di padang sahara. Abrahah sendiri mendapat luka di badannya, kemudian ia digotong anak buahnya, namun tubuhnya berjatuhan satu demi satu. Setiap kali anggota tubuhnya berjatuhan, pasti disusul dengan keluarnya nanah dan darah.
Itulah yang terjadi pada Abrahah hingga mereka tiba di Shan'a dengan membawa Abrahah yang berubah seperti anak burung. Ketika Abrahah meninggal, dadanya terpisah dari hatinya menurut sebagian besar orang.
Allah mengabadikan peristiwa ini dalam Al-Qur'an :
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
Artinya: "Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)." (QS Al-Fiil Ayat 1-5)
(rhs)Rusman Hidayat Siregar
No comments:
Post a Comment