Rahasia Politeisme Orang Arab sebelum Datangnya Islam
Orang Arab sebelum datangnya Islam percaya bahwa setiap makhluk dan setiap gejala tentulah mempunyai penyebab tersendiri, dan bahwa Tuhan Yang Esa tidak mampu menciptakan semuanya.
Pada masa itu, ilmu pengetahuan memang belum menemukan hubungan antara makhluk dan fenomena alami serta berbagai kejadian. "Sebagai akibatnya, orang-orang itu mengkhayalkan bahwa semua mahluk dan berbagai fenomena alami berdiri sendiri-sendiri dan tidak ada kaitan satu sama lain," tulis Ja'far Subhani dalam bukunya berjudul "Ar-Rizalah, Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW" (PT Lentera Basritama, 2004).
Menurutnya, karena itu, mereka menganggap bahwa untuk setiap fenomena seperti hujan dan salju, gempa bumi dan kematian, paceklik dan kesukaran, perdamaian dan ketentraman, kekejaman dan pertumpahan darah, dan sebagainya, ada tuhannya masing-masing.
"Mereka tak menyadari bahwa seluruh alam semesta adalah suatu kesatuan, di mana bagiannya saling terkait dan masing-masingnya mempunyai efek timbal balik," jelasnya.
Pikiran bersahaja manusia masa itu belum mengetahui rahasia penyembahan kepada Allah Yang Esa dan tidak menyadari bahwa Allah yang menguasai alam semesta adalah Tuhan Yang Mahakuasa dan Mahatahu, Pencipta yang bebas dari segala kelemahan dan cacat.
Kekuasaan, kesempurnaan, pengetahuan, dan kebijaksanaanNya tiada berbatas. Ia di atas segala sesuatu yang dianggapkan kepada-Nya. Tak ada kesempurnaan yang tidak Ia miliki.
Tak ada kemungkinan yang tak dapat diciptakan-Nya. Ia adalah Allah Yang Esa yang mampu menciptakan segala makhluk dan fenomena tanpa bantuan dan dukungan siapa pun. Ia dapat menciptakan makhluk lain dengan cara yang sama sebagaimana Ia menciptakan makhluk-makhluk yang ada sekarang.
Menurut Ja'far Subhani, karena itu, secara nalar, adanya perantaraan dari suatu wewenang yang dapat mengurangi kemandirian kehendak Allah yang tidak bersekutu, tidak dapat diterima.
Kepercayaan bahwa alam semesta mempunyai dua pencipta, yang satu merupakan sumber kebaikan dan cahaya sedang yang satu lagi merupakan sumber kejahatan dan kegelapan, juga tak dapat diterima. Kepercayaan bahwa ada perantaraan oleh seseorang, seperti Maryam dan 'Isa, dalam hal penciptaan alam semesta, atau bahwa pengaturan tatanan dunia fisik telah dikuasakan pada seorang manusia, merupakan manifestasi syirik dan kelebih-lebihan.
(mhy)Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment