Senjata-Sejata Perang Era Kejayaan Islam yang Ditemukan dan Ditulis Para Ulama

 

Ilustrasi: Meriam super yang digunakaan menaklukkan Konstantinopel (historyanswers.co.uk)

Najmuddin Hasan Ar Rammah (695 H) menulis karya kitab “al-Furusiyah wa al-Manashib al-Harbiyah” menemukan 107 rumus penggunaan mesiu, dan 22 resep mesiunya digunakan untuk roket

 ISLAM mengenal al-alat al-harbiyah atau ilmu berkenaan dengan peralatan militer merupakan cabang dari ilmu handasah (engineering). Sebuah ilmu yang berkaitan pengadaan alat-alat tempur seperti manjaniq dan lainnya.

Haji Khalifah atau Katib Jalabi pernah berkata, ”Ilmu ini manfaatnya nyata dan merupakan salah satu pondasi agama, karena perkara jihad bertumpu kepadanya.” (Kasyf Adz Dzunun, 1/145).

ygoogle.js?client=ca-pub-3571422128346678">

Karena bagian dari perintah agama, maka para ulama Muslim pun banyak menulis karya-karya mengenai disiplin ilmu ini. Seperti Abu al-Hasan Ali al-Harawi (611 H), menulis kitab berjudul at-Tadzkirah al-Harawiyah fi al-Hiyal al-Harbiyah maupun Najmuddin Hasan ar-Rammah (695 H), menulis kitab berjudul al-Furusiyah wa al-Manasib al-Harbiyah.

Cermin Pembakar

Di samping punya perhatian terhadap senjata-senjata perang jarak pendek seperti pedang, tombak, dan sebagainya. Para ulama Muslim juga sudah menemukan dan menggunakan senjata jarak jauh seperti manjaniq.

Manjaniq adalah alat berat untuk pertempuran yang digunakan melontarkan batu, anak panah, bola api, peti tembaga yang mampu meledak, dan bahan-bahan berbahaya lainnya.

Senjata manjaniq yang pernah diulas para ulama

Para ulama terus berusaha untuk membuat senjata-sanjata jarak jauh lainnya. Di antaranya meliputi cermin pembakar.

Cermin ini bekerja dengan memanfaatkan sinar matahari. Sinar difokuskan dengan lensa, kemudian dipantulkan ke sasaran untuk membakarnya.

Thasy Kubri Zadah atau Ahmad bin Musthafa menyampaikan mengenai manfaat senjata tempur jenis ini, ”Dan manfaatnya cukup besar dalam pengepungan kota atau benteng.” (Miftah as-Sa’adah, 1/377).

Sejak kurun kedua hijriyah, para ulama Muslim telah menulis karya-karya tentang pembuatan dan cara kerja cermin pembakar. Di antaranya, yaitu Ya`qub bin Ishaq al-Kindi (252 H) yang menulis karya berjudul Risalah fi Tharh asy-Syi`a`.

Sedangkan di abad ketiga, ada Ibnu Haitsam (430 H), seorang ulama optik Muslim yang menulis karya berjudul Risalah fi Amal al-Maraya al-Muhriqah yang memberikan 20 varian dalam pembuatan cermin pembakar yang berfungsi sebagai senjata.

Mesiu dan Meriam

Senjata jarak jauh yang sering digunakan adalah manjaniq. Penggunaan manjaniq berakhir pada abad kedelapan hijriyah, setelah ditemukannya mesiu (barud) yang digunakan untuk meriam. (Al-Ulum wa al-Ma’arif al-Handasah, hal. 402).

Sedangkan karya amat penting yang membahas tentang pembuatan meriam dan penggunaannya adalah kitab al-`Izz wa al-Manafi` li al-Mujahidin fi Sabilillah bi al-Alat al-Hurub wa al-Madafi`. Kitab ini ditulis oleh ulama Andalusia, yang terkenal pada abad 11 Hijriyah yaitu Ibrahim bin Ahmad.

Najmuddin Hasan Ar Rammah (695 H) menulis karya kitab “al-Furusiyah wa al-Manashib al-Harbiyah” menemukan 107 rumus penggunaan mesiu dan bahan roket

Dalam muqadimah kitabnya, Ibrahim bin Ahmad menyatakan, ”Aku berdoa agar Allah menerima niatku, karena ia lebih berat daripada amal. Serta memudahkan bagi siapa saja yang menerjemahkannya dalam bahasa Arab dari bahasa Spanyol, di mana ia merupakan bahasa asing yang digunakan di Andalusia. Dengan karya ini aku tidak bermaksud mencari manfaat duniawi, akan tetapi ikhlas karena Allah Ta’ala…”

Namun, karya besar itu masih dalam bentuk manuskrip yang masih tersimpan di beberapa perpustakaan seperti negara Mesir, Aljazair, Irlandia, dan sebagainya. Ia berharap impiannya terkabul yaitu ada pihak yang menerjemahkan naskahnya, di mana Ahmad bin Qasim penerjemah dari Kesultanan Marrakesh menerjemahkan naskah itu dalam bahasa Arab tahun 1048 H. (Al-Ulum wa al-Ma’arif al-Handasah, hal. 411, 412).

Panah Api Terbang dan Mesiu

Pada tahun 630 H, China mulai menggunakan senjata api jarak jauh saat pasukan Mongol mengepung Kota Pien King. Pasukan China menggunakan 2 senjata baru, yang disebut sebagai “petir pengguncang dari langit” serta “panah api terbang”. Dari situ menunjukkan, bahwa waktu itu mereka telah mengenal mesiu.

Sedangkan, pihak Arab mengenal mesiu sejak abad kelima, dengan digunakannya meriam oleh pasukan Mesir, ketika pihak Pasukan Salib mengepung Kota Fusthath (di Mesir) tahun 564 H.

Arab juga diketahui telah menggunakan meriam pada abad ketujuh. di mana Ibnu Khaldun (808 H) mencatat, bangsa Arab mengepung Sijilmasah dan menggunakan meriam dalam pertempuran. 

Para ulama Muslim menulis formula barud (bubuk mesiu) dan meriam sejak abad 6 Hijriyah. Najmuddin Hasan Ar Rammah (695 H) menulis karya yang berjudul, al-Furusiyah wa al-Manashib al-Harbiyah, menemukansebanyak 107 rumus penggunaan mesiu, 22 resep mesiu yang diraciknya khusus digunakan untuk roket.

Dalam kitabnya, dia menjelaskan dengan bagan mengenai formula bubuk mesiu yang disesuaikan dengan kaliber senjata.  Sedangkan Eropa, tidak mengetahui formula pembuatan bubuk mesiu itu sampai pada tahun 640 H. Di mana, Roger Bacon (694 H) mempublikasikan bukunya dari Universitas Oxford dengan judul De Mirabili Potestate Artis et Naturae. Buku ini menjelaskan tentang formula pembuatan bubuk mesiu. (Al-Ulum wa al-Ma’arif al-Handasah, hal. 414) *

No comments: