3 Jerat Halus Iblis Terhadap Orang Alim dan Penuntut Ilmu
Iblis diberi kelebihan dapat menggoda dan menyesatkan manusia dari semua jalan, kecuali orang yang mukhlis (mukmin yang ikhlas beramal). Berikut beberapa jerat halus Iblis terhadap orang alim dan penuntut ilmu.
Ustaz Amru Hamdany, Dai yang menimba ilmu di Al-Azhar Mesir mengatakan, Iblis sering kali melepaskan jeratnya kepada para penuntut ilmu dan orang alim merasa punya ilmu sehingga malas untuk beribadah. Berikut tiga contoh jerat halus Iblis dan tipu dayanya:
Pertama
Ulama Salaf pernah mengatakan:
نحن إلى قليل من الأدب أحوج منا إلى كثير من العلم
Artinya: "Sedikitnya adab lebih kami butuhkan daripada banyaknya ilmu pengetahuan."
Ustaz Amru menjelaskan, orang-orang yang malas belajar seakan mendapatkan dalil dan pembenaran. Ia merasa bahwa dengan cukup memperbaiki adab, ia akan bisa menyaingi dan bahkan melampaui orang berilmu dan kemudian meninggalkan belajar.
Kalam ulama ini sebenarnya menyindir orang-orang yang terlalu berlebihan dalam memberikan porsi belajarnya sehingga lupa untuk membimbing dirinya agar berhias dengan akhlak yang mulia. Adab dan ilmu itu harus bergandengan dan saling melengkapi. Jika ada salah satu yang hilang maka akan pincang. Adab itu sangat penting, jadi teruslah belajar dan perbaiki adab.
Kedua
Dalam satu riwayat, Rasulullah ﷺ bersabda:
فقيه واحد أشد على الشيطان من ألف عابد
Artinya: "Satu orang faqih itu lebih ditakutkan setan dari seribu ahli ibadah."
Setan juga kerap melepaskan jeratnya di sini. Orang-orang yang merasa alim dan malas beribadah menjadikan ini sebagai pembenaran atas kemalasannya dalam beramal. Ketika ia sudah menguasai beberapa cabang ilmu, ia merasa sudah tidak lagi membutuhkan ibadah yang banyak.
Dengan alasan ini ia meninggalkan sholat-sholat sunnah rawatib, sholat berjamaah di masjid, sholat sunnah witir, wirid harian, membaca Al-Qur'an, dzikir pagi petang, dan lain-lain. Ini karena ia merasa sudah lebih baik dari 1.000 ahli ibadah.
Padahal Hadis di atas dijadikan cambuk penyemangat untuk orang-orang yang malas belajar dan menyindir orang-orang yang terlalu memberikan porsi waktunya untuk ibadah sehinga kewajiban belajarnya terbengkalai.
Mari kita pahami Hadis ini dengan sikap para imam mazhab yang sudah sampai di puncak kefaqihan. Kita menyebut sekelumit di antaranya, ada Imam Syafi'i yang membagi malamnya menjadi tiga, satu di antaranya untuk ibadah. Imam Ahmad juga dahulu menghidupkan setiap malamnya dengan sholat sunnah 300 rakaat, dan ibadah-ibadah para imam lain yang sangat menakjubkan.
"Para pendahulu kita yang menjadi bintang-bintang umat dalam ilmu fiqih tidak pernah tertipu dengan ilmunya sehingga meninggalkan ibadah kepada Allah," kata Ustaz Amru.
Ilmu dan amal ibadah itu bagaikan dua sayap yang menerbangkan pemiliknya menuju Allah. Tidak boleh ada salah satu yang rapuh. Ilmu itu sangat penting, jadi teruslah belajar dan tingkatkan amal.
Ketiga
Para ulama sering menasihati para penuntut ilmu untuk belajar satu persatu secara bertahap, perlahan tapi pasti, tidak tergesa-gesa dan terus mengikuti dengan sabar peta ilmu yang sudah digariskan.
Setan lagi-lagi menebarkan muslihatnya pada nasihat ini, para tholib (penuntut ilmu) yang santai dalam belajar menjadikan ini sebagai dalil dan pembenaran untuk tetap santai. Membiarkan waktu kosongnya berlalu tanpa faedah. Ketika dikatakan, "Kenapa tidak belajar?" Ia menjawab: "Belajar itu tidak boleh tergesa-gesa."
Padahal nasihat ini ditujukan kepada para tholib yang terlalu berambisi dalam belajar sehingga menabrak tatanan belajar yang benar. Jadi, belajarlah dengan rapi dan teratur, jangan bersantai-santai.
Demikian jerat halus Iblis yang perlu kita ketahui khususnya bagi penuntut ilmu. Semoga bermanfaat.
(rhs)
Rusman Hidayat Siregar
No comments:
Post a Comment