13 Fakta Perang Khaibar: 1.600 Pasukan Rasulullah SAW Binasakan 10.000 Tentara Yahudi

 13 Fakta Perang Khaibar: 1.600 Pasukan Rasulullah SAW Binasakan 10.000 Tentara Yahudi

Setidaknya ada 13 fakta Perang Khaibar: 1600 Pasukan Rasulullah SAW Binasakan 10000 Pasukan Yahudi. Ilustrasi: Ist
Setidaknya ada 13 fakta Perang Khaibar : 1.600 Pasukan Rasulullah SAW Binasakan 10.000 Pasukan Yahudi . Ini adalah perang terbesar di era itu dan berlangsung sangat sengit. Perang dimenangkan pasukan muslim yang dipimpin langsung Rasulullah SAW.

Berikut ini 13 fakta Perang Khaibar:

1. Perang Khaibar adalah pertemputan antara kaum Yahudi melawan kaum Muslimin. Pasukan muslim dipimpin langsung Rasulullah SAW. Pertempuran ini adalah salah satu dari sekian banyak ghazwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam misi beliau menyebarkan Islam.

2. Perang Khaibar terjadi pada bulan Safar bertepatan dengan tahun 628 M. Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" memaparkan usai meneken perjanjian Hudaibiyah dengan kaum Quraisy, Rasulullah mengirim utusan-utusannya kepada raja-raja agar memeluk Islam.

Di sisi lain, Rasulullah mengumumkan agar kaum muslim bersiap-siap untuk menyerbu Khaibar. Syaratnya, mereka yang ikut hanya mereka yang ikut ke Hudaibiyah saja. Mereka juga harus sukarela tanpa ada rampasan perang yang akan dibagikan. Sebanyak 1.600 orang, termasuk 200 pasukan berkuda muslimin itu berangkat.

Abul Hasan Ali Al-Hasani An Nadwi dalam "Sirah Nabawiyyah" juga menyebutkan sekembalinya Rasulullah SAW dari Hudaibiyah pada bulan Dzulhijjah, beliau tinggal di Madinah selama beberapa hari pada bulan Muharram, lalu sisa hari dari bulan Muharram ke Bulan Safar itulah Rasulullah SAW pergi menuju Khaibar.

3. Perang Khaibar dipicu kekhawatiran Rasulullah SAW akan adanya pengkhianatan pihak Yahudi yang tinggal di sebelah utara Madinah, terutama di oasis Khaibar. Lokasi ini sekitar 150 km dari Madinah, Arab Saudi. Ini adalah daerah sejauh tiga hari perjalanan dari Madinah. Khaibar adalah daerah subur yang menjadi benteng utama Yahudi di jazirah Arab. Terutama setelah Yahudi di Madinah ditaklukkan oleh Rasulullah.

Di sisi lain, kaum Yahudi sendiri sudah membentuk satu koalisi di antara mereka untuk menyerang Madinah agar mereka terlepas dari kekuasaan kaum muslimin.

4. Dalam perang Khaibar pasukan muslim harus berjuang menaklukan Khaibar yang meliputi benteng-benteng terkenal bernama Naim, Qumush, Syiq, dan Nithah. Mereka menghadapi 10.000 pasukan Yahudi.

Pasukan muslim tak gentar. Mereka percaya akan adanya pertolongan Allah SWT, mereka masih ingat akan firman Allah dalam Surah Al-Fath yang turun semasa Hudaibiyah.

5. Yahudi Khaibar sudah mengetahui akan kedatangan pasukan muslim akan datang menyerang. Bahkan jauh-jauh hari mereka sudah menanti-nantikan kedatangan pasukan Rasulullah SAW tersebut. Mereka ingin mencari jalan membebaskan diri.

Sebagian mereka ini ada yang menyarankan supaya cepat-cepat dibentuk sebuah blok, yang terdiri dari mereka dan Yahudi Wadi'l-Qura dan Taima, yang akan langsung menyerbu Yathrib (Madinah) tanpa menggantungkan diri kepada kabilah-kabilah Arab yang lain.

Sedangkan yang sebagian lagi berpendapat supaya masuk saja bersekutu dengan Rasul, kalau-kalau kebencian terhadap mereka dapat terhapus dari hati kaum Muslimin - terutama dari pihak Anshar - setelah dalam kenyataan Huyayy bin Akhtab dan segolongan Yahudi lainnya terlibat dalam usaha menghasut kabilah-kabilah Arab untuk menyerang Madinah dan secara kekerasan mengadakan Perang Parit.

6. Sebelum terjadi perang, pihak Muslimin sudah lebih dulu berhasil menewaskan pemimpin-pemimpin Khaibar masing-masing Sallam bin Abi'l-Huqaiq dan Yasir ibn Razzam.

Sebelum perang, golongan Yahudi juga selalu mengadakan kontak dengan Ghatafan. Itu sebabnya tatkala pertama kali tersiar berita bahwa Nabi Muhammad akan menyerang mereka, cepat-cepat mereka meminta bantuan kabilah-kabilah tersebut.

7. Perang Khaibar adalah merupakan perang terbesar yang pernah terjadi kala itu; mengingat pula kelompok-kelompok Yahudi di Khaibar ini merupakan koloni Israil yang terkuat yang paling kaya dan paling besar pula persenjataannya.

Di samping itu, pihak muslim pun sudah yakin sekali, bahwa selama Yahudi tetap menjadi duri dalam daging seluruh jazirah, maka selama itu pula persaingan antara agama Musa as dengan Islam akan jadi panjang tanpa dapat mencapai suatu penyelesaian. Dengan demikian mereka terjun menyabung nyawa tanpa ragu-ragu lagi.

8. Pihak kafir Quraisy dan seluruh jazirah Arab berbaris menonton peperangan ini. Dari kalangan Quraisy sampai ada yang berani bertaruh mengenai kesudahan perang itu dan siapa pula yang akan menang. Kebanyakan Quraisy mengharapkan pihak Muslimin akan mengalami kehancuran, melihat kukuhnya benteng-benteng Khaibar yang sudah terkenal serta letaknya di atas batu-batu karang dan gunung, di samping pengalaman mereka yang cukup lama dalam medan perang.

9. Pemimpin Yahudi tewas. Pada saat dikepung pasukan muslim, kaum Yahudi berunding dengan sesama mereka. Pemimpin mereka Sallam bin Misykam menyarankan, supaya harta-benda dan sanak keluarga mereka dimasukkan ke dalam benteng Watih dan Sulalim, bahan makanan dan perlengkapan dimasukkan ke dalam benteng Na'im, prajurit dan barisan penggempur dimasukkan ke dalam benteng Natat dan Sallam bin Misykam sendiri bersama-sama mereka, mengerahkan mereka dalam peperangan.

Akhirnya, pasukan kedua belah pihak sudah berhadap-hadapan di sekitar benteng Natat dan pertempuran pun meletus. Dalam perang ini Sallam bin Misykam tewas. Pimpinan pasukan Yahudi pun digantikan Harith bin Abi Zainabin. Ia keluar dari benteng Na'im dengan maksud hendak menggempur pasukan Muslimin. Tetapi oleh Khazraj ia dapat dihalau dan dipaksa kembali mundur ke bentengnya.

10. Perang Khaibar amat sengit. Pihak muslim memperketat kepungannya atas benteng-benteng Khaibar itu sedang pihak Yahudi mati-matian mempertahankan dengan keyakinan, bahwa kekalahan mereka menghadapi Rasulullah berarti suatu penumpasan terakhir terhadap Bani Israil di negeri-negeri Arabin.

11. Ali bin Abi Thalib berhasil mendobrak Benteng Naim. Pada mulanya, Rasulullah SAW menyerahkan bendera kepada Abu Bakar supaya memasuki benteng Na'im. Akan tetapi setelah terjadi pertempuran ia kembali tanpa berhasil menaklukkan benteng itu.

Keesokan harinya pagi-pagi Rasul menugaskan Umar bin Khattab . Tetapi dia pun mengalami nasib yang sama seperti Abu Bakar. Giliran Ali bin Abi Thalib yang dipanggilnya seraya katanya: "Pegang bendera ini dan bawa terus sampai Tuhan memberikan kemenangan kepadamu."

Sayidina Ali berangkat membawa bendera itu. Setelah ia berada dekat dari benteng, penghuni benteng itu keluar menghadapinya dan seketika itu juga pertempuran pun terjadi. Salah seorang Yahudi dapat memukulnya dan perisai yang di tangannya terlempar. Tetapi Sayidina Ali segera menyambar daun pintu yang ada di benteng dan dengan memperisaikan daun pintu yang masih di tangan itu ia terus bertempur. Benteng itu akhirnya dapat didobraknya.

Kemudian daun pintu tadi dijadikannya jembatan dan dengan "jembatan" ini pasukan muslim dapat menyeberang masuk ke dalam benteng itu. Benteng Na'im jatuh setelah komandannya, Harith bin Abi Zainab terbunuh.

12. Setelah benteng Na'im jatuh, selanjutnya pasukan muslim berusaha menaklukkan benteng Qamush. Kala itu, persediaan bahan makanan pasukan muslim sudah tidak mencukupi lagi, sehingga ada beberapa orang yang datang kepada Rasulullah mengeluh, dan minta sesuatu sekadar dapat menyambung hidup. Karena tidak ada sesuatu yang dapat diberikannya kepada mereka itu, maka mereka diizinkan makan daging kuda.

Tiba-tiba salah seorang dari pihak muslim melihat ada sekawanan kambing memasuki salah satu benteng Yahudi itu. Dua ekor kambing di antaranya dapat mereka tangkap, lalu mereka sembelih dan mereka makan bersama-sama.

Setelah pasukan muslim menaklukkan benteng Sha'b b-Mu'adh, kebutuhan makan mereka sudah tidak begitu mendesak lagi. Di tempat ini persediaan makanan cukup melimpah, yang akan memungkinkan lagi mereka meneruskan perjuangan melawan Yahudi dan mengepung benteng-benteng yang ada lainnya.

13. Perang dimenangkan pasukan muslim. Setelah Yahudi Khaibar dapat ditundukkan wilayah-wilayah lain yang dikuasai kaum Yahudi menyerah kalah.

Penduduk Fadak, misalnya, ketakutan sekali. Mereka kahirnya setuju menyerah. Persetujuan diadakan dengan menyerahkan separo harta mereka tanpa pertempuran. Kalau daerah Khaibar menjadi milik Muslimin karena mereka yang telah berjuang membebaskannya, maka Fadak untuk Nabi Muhammad karena pihak Muslimin tidak memperolehnya dengan pertempuran.

Kala itu, semua orang Yahudi tunduk kepada kekuasaan Nabi, dan berakhir pulalah semua kekuasaan mereka di seluruh jazirah.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: