Israel Kuasai Yerusalem tahun 1967, Bertekad untuk Tidak Akan Pernah Meninggalkannya Lagi
Mantan anggota Kongres AS, Paul Findley (1921 – 2019) mengatakan dalam dua hari sejak dimulainya perang pada 1967, pasukan Israel berhasil merebut Kota Tua Yerusalem dari Yordania . Para pemimpin Israel dengan segera menyatakan bahwa mereka tidak akan melepaskan kota itu.
Shlomo Goren, rabbi kepala Ashkenazi dari Pasukan Pertahanan Israel, tiba di Tembok Ratapan dalam waktu setengah jam dan menyatakan: "Saya, Jenderal Shlomo Goren, rabbi kepala dari Pasukan Pertahanan Israel, telah datang ke tempat ini dan tidak akan pernah meninggalkannya lagi."
Menteri Pertahanan Moshe Dayan juga tiba, dan berkata: "Kita telah menyatukan Yerusalem, ibukota Israel yang terbagi. Kita telah kembali ke tempat paling suci dari tempat-tempat suci kita, dan tidak akan pernah berpisah lagi dengannya."
"Menjelang berakhirnya pertempuran dalam waktu enam hari, pasukan Israel telah membanjiri seluruh Semenanjung Sinai, Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan Dataran Tinggi Golan milik Syria," tulis Paul Findley, dalam bukunya berjudul "Deliberate Deceptions: Facing the Facts about the US - Israeli Relationship" yang diterjemahkan Rahmani Astuti menjadi "Diplomasi Munafik ala Yahudi - Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel" (Mizan, 1995).
Wilayah yang direbut meningkatkan kontrol Israel atas tanah dari semula 5.900 mil persegi yang diserahkan padanya dalam Rencana Pembagian PBB tahun 1947 menjadi 20.870 mil persegi.
Meskipun pada awalnya Israel berjanji bahwa ia tidak berusaha untuk meluaskan wilayah, dengan segera ia bertindak dengan mengusir orang-orang Palestina dan mendirikan pemukiman Yahudi di wilayah-wilayah pendudukan, termasuk Jerusalem Timur Arab.
(mhy)Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment