Jejak Noda Darah Sang Renta Ezra Yachin

 

Ezra Yachin (95) tentara cadangan Zionis 'Israel' mantan Geng Lehi tanganya banyak membunuh warga Palestina

Salah satu fase dari kekejaman Geng Lehi adalah “Pembantaian Deir Yassin”, dengan cara membunuh, memperkosa, mengasingkan warga Palestina dari desa-desa mereka, inilah keterlibatan Mbah Ezra Yachin

Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi  https://dakwah.media/

KETIKA Zionis meluncurkan “Operasi Pedang Besi” hari Sabtu, 7 Oktober 2023, di media massa viral seorang seorang tentara cadangan ‘Israel’ berusia 95 tahun, menenteng senjata otomatis dan bergabung dengan tentara penjajah untuk melawa pejuang kemerdekaan Pelestina.

Dalam sebuah brefing kepada tentara-tentara muda IDF, kakek renta ini bahkan memberi motivasi agar tidak segan “menghapus ingatan… keluarga, ibu dan anak-anak” Palestina.

“Bersikaplah penuh kemenangan dan habisi mereka dan jangan tinggalkan siapa pun. Hapus ingatan tentang mereka,” kata Yachin saat berpidato di depan pasukan ‘Israel’, dalam sebuah video yang viral. “Hapus mereka, keluarga mereka, ibu dan anak-anak mereka. Hewan-hewan ini tidak boleh hidup lagi,” tambahnya.

— Ethar Shrouf🇵🇸 (@ShroufEthar) October 22, 2023

Nama pria renta ini adalah Ezra Yachin. Siapa sesungguhnya Ezra Yachin?

Yachin adalah anggota milisi Zionis Geng Lehi, yang telah melakukan kekejaman bahkan sebelum pembentukan negara palsu bernama ‘Israel’ tahun 1948. Dia adalah tentara yang terlibat dalam pembantaian Deir Yassin pada tanggal 9 April 1948, ketika milisi Zionis tergabung dalam kelompok Lehi dan Irgun menyerbu dari rumah ke rumah warga, menewaskan lebih dari 100 orang di desa kecil Palestina dekat Al-Quds (Baitul Maqdis, zionis menjulukinya Yerusalem), meskipun telah menyetujui gencatan senjata sebelumnya.

Banyak dari korban yang dibunuh adalah perempuan, anak-anak, dan orang tua. Pembantaian tersebut, di antara kekejaman lainnya, menyebabkan pengusiran paksa ratusan ribu warga Palestina dari tanah air mereka yang kemudian dikenal sebagai Hari Nakba (hari malapetaka).

Dalam sebuah wawancara dengan Jewish Press pada 2020, Yachin mengatakan unit Geng Lehi miliknya dipanggil untuk melakukan serangan terhadap Deir Yassin. “Desa itu adalah tempat persembunyian teroris,” katanya. 

“Para sejarawan sayap kiri menyatakan bahwa kami dengan kejam dan terencana telah membantai penduduk desa, termasuk perempuan dan anak-anak. Memang benar bahwa perempuan dan anak-anak dibunuh, tapi itu karena mereka bertugas sebagai pejuang,” katanya dikutip Middle East Eye (MEE).

Saat itu, 13.000 warga Palestina telah dibunuh dan ratusan desa dihancurkan dan akhirnya mendirikan negara baru bernama ‘Israel’tahun 1948 di tanah bangsa Palestina.

Sekitar 750.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka, dan jumlah keturunan mereka yang kini mencapai sekitar enam juta pengungsi Palestina, sebagian besar tinggal di negara-negara tetangga.

Untuk memahami kecenderungan politik Yachin, pertama-tama kita harus mengungkapkan bahwa ia adalah bagian dari Geng Lehi, atau Stern (setelah pendirinya Avraham Stern), sebuah kelompok paramiliter yang memisahkan diri dari sayap revisionis Irgun dari gerakan Zionis.

Alasan perpecahan terjadi ketika Stern ingin mengambil sikap yang lebih keras terhadap Inggris setelah mereka menandatangani “Buku Putih” pada tahun 1939, yang mencakup pembentukan aliansi dengan kelompok manapun yang akan mendukung tujuan Zionis menetap di Bumi Palestina.

Tentu saja, termasuk Nazi Jerman, yang ingin membentuk aliansi kuat dengan Stern. Pada saat ini semua faksi Zionis memperjuangkan kerjasama pribadi dengan Hitler, namun secara terbuka mengecam faksi lain karena melakukan hal yang sama, sebuah oportunisme yang terbaik.

Anggota Geng Lehi mengungkapkan kekagumannya terhadap Hitler dan Mussolini, karena keduanya adalah orang yang “berjuang untuk negaranya”. Ketika Inggris menghentikan sementara imigrasi orang Yahudi ke Palestina, mereka mengambil sikap garis keras terhadap hal tersebut.

Geng Lehi memisahkan diri dari Irgun dan berorganisasi dalam sel-sel bawah tanah, dengan tujuan untuk mendatangkan malapetaka terhadap Inggris, tujuan bersama yang menyatukan mereka dan rekan-rekan Nazi mereka.

Pada tahun 1941, Lehi menerbitkan “The Principles of Renaissance”, yang menguraikan platform kelompok tersebut. Hal ini termasuk menggandakan gagasan bahwa orang-orang Yahudi adalah “penduduk asli tanah suci ‘Israel’” sebagaimana tercantum dalam Taurat (sebuah kepalsuan yang hina).

Lehi menguraikan ketentuannya dalam “era kedaulatan”, mencakup pembersihan etnis massal orang-orang Palestina, dan kebangkitan kembali bahasa Ibrani, yang awalnya merupakan bahasa mati pada saat itu (tidak seperti bahasa Latin).

Geng Lehi mengembangkan surat kabar sebagai alat propaganda (ironisnya surat kabar yang memberitakan operasi militer diberi nama Hama’as. Para anggota Lehi diperintahkan untuk membawa senjata setiap saat.

Pada tahun 1945, Lehi dan Irgun mulai bekerja sama dan bergabung kembali dengan mereka dan Haganah dalam Gerakan Perlawanan Ibrani pada bulan November tahun itu. Pada titik ini mereka mulai melakukan serangan teror terorganisir, terutama terhadap Inggris pada awalnya.

Inggris dipandang tidak berbuat cukup banyak untuk membantu pendirian “negara palu ‘Israel’”, sehingga diserang oleh Geng Lehi beberapa kali (misalnya pemboman bengkel kereta api Haifa pada bulan Juni 1946 yang menewaskan 11 milisi.

Pada bulan Juli 1946, Gerakan Perlawanan Ibrani dibubarkan setelah pemboman Irgun di Hotel King David (Menachem Begin juga terlibat dalam operasi ini). Namun Geng Lehi tetap melanjutkan kampanye terornya.

Pada bulan April 1947, Lehi menempatkan bahan peledak di kantor polisi Inggris di Sarona (sekarang Tel-Aviv). Kelompok ini mulai memfokuskan operasinya di Baitul Maqdis (Yerusalem), dengan keras menolak setiap upaya Inggris untuk memberlakukan rencana pembagian wilayah mereka (orang-orang Arab seharusnya tidak mendapat apa-apa).

Setelah tahun 1947, Lehi mulai memfokuskan operasi mereka di luar Palestina. Seorang anggota Geng Lehi pernah diperintahkan untuk membunuh Menteri Luar Negeri Ernest Bevin di London karena “tindakannya yang pro-Arab”.

Seorang anggota Geng Lehi di New York mengirimkan bahan peledak ke London untuk membantu hal ini. Namun, pembunuhan tersebut dihentikan oleh anggota Lehi lainnya, yang memutuskan bahwa hal tersebut tidak sebanding dengan masalah yang terjadi mengingat Inggris mulai menarik diri dari Palestina pada saat ini.

Terlepas dari itu, Lehi mempunyai niat untuk membunuh orang lain di London. Mereka mengirimkan bom kepada mantan komandan pasukan Inggris di Palestina, Jenderal Evelyn Barker, dan Mayor Roy Farran, yang telah menyiksa dan membunuh seorang pejuang Lehi di Baitul Maqdis (Yerusalem).

Barker memberi tahu pihak berwenang bahwa dia mencium bau bom dan saudara laki-laki Farran terbunuh oleh bom lainnya.

Pada titik ini perang ‘Israel’ dimulai dan Lehi menutup selnya di London untuk fokus pada Palestina. Inggris menentang Lehi sebagai kelompok radikal, sering kali memenjarakan mereka dan terkadang menghukum mati mereka.

Lehi merespons dengan cara membobol penjara. Namun menghindari Inggris, kaum Lehi membantu pembukaan lahan dengan kekerasan sebagai bagian dari “Rencana Dalet” (Dalet Plan) pada Maret 1948.

Pembantaian Deir Yassin

Salah satu fase dari proses kekerasan ini adalah “Pembantaian Deir Yassin”, di mana milisi Lehi membunuh, memperkosa, dan mengasingkan warga Palestina tanpa pandang bulu dari desa-desa mereka.

Kembali pada Ezra Yachin, ia adalah satu peserta “Pembantaian Deir Yassin”. Setelah keberhasilan mendirikan ‘negara palsunya’, mantan bekas anggota Geng Lehi akhirnya dimasukkan ke dalam The Israel Defense Forces (IDF) atau Pasukan Pertahanan Israel dan para pemimpinnya akan bergabung dengan organisasi seperti Mossad.

Kelompok teror rasis ini menjadi satu dengan “negara paslu ‘Israel’” yang tidak dapat dipisahkan.

Yachin kini ditempatkan di perbatasan utara ‘‘Israel’’, tidak untuk berhadap-hadapan dengan pejuang Palestina, namun tugasnya adalah memotivasi pasukan cadangan muda, yang akan menghadapi pertempuran langsung dengan pejuang pembebasan Palestina dan Masjid Al-Aqsha.

Dengan lebih dari 9.000 pidato motivasi, Yachin mengaku menyaksikan kemenangan ‘Israel’ saat ini melawan banyak rintangan di seluruh dunia. “Pada saat itu, tidak ada yang bisa membayangkan bahwa negara kecil seperti ‘Israel’ dapat menantang kerajaan yang tersebar di seluruh dunia. Tapi kami melindungi negara kami dan menang. Kali ini Hamas menantang kami. Dan kami akan menghadapinya,” kata veteran yang tanganya banyak berlumurah darah rakyat Palestina ini.*

No comments: