KH Mahfudz Shiddiq dan Sikap Tegas NU Pada Perjuangan Palestina di Tahun 1938
Semenjak sebelum Indonesia merdeka NU selalu dukung perjuangan kemerdekaan Palestina
Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Konflik Palestina yakni pertempuran antara Hamas dan Israel mengharu biru Muslim Indonesia. Bahkan kalangan Nahdlatul Ulama telah menaruh perhatian kepada masalah ini sejakl dahulu kala, yakni semenjak Indonesia belum merdeka.
Pada zaman sebelum penjajahan Jepang dan Belanda belum hengkang dari Indonesia itu, Nahdlatul Ulama (NU) telah membuat dua langkah dalam mendukung perjuangan Palestina. Pertama, NU mendukung melalui doa berupa Qunut Nazilah sebagai dukungan batin. Yang kedua, menggelar acara peryaan hari besar Islam, yakni menggelar perayaan Pekan Rajabiyah sebagai ikhtiar memberikan dukungan lahir terhadap perjuangan Palestina berupa mengumpulkan bantuan materi.
Kala itu dalam hal Qunut Nazilah, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), yang saat itu bernama Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO), menginstruksikan kepada seluruh cabang NU untuk membacakannya kala kaum Nahdliyin menegerjakan shalat fardhu.Uniknya, adanya instruksi pembacaan Qunut Nazilah ini sempat dilarang oleh Kejaksaan Agung saat itu karena dinilai menghinakan golongan tertentu.
Padahal, tidak ada niatan hal tersebut, melainkan hanya sebagai bentuk solidaritas sesama umat Islam agar mereka dilepaskan dari segala bentuk marabahaya yang dihadapinya.
Saking pentingnya acara itu, maka kala itu para petinggu NU menggabungkan seruan doa kepada Palestina melalui gabungan sebuah acara yang sangat penting. Acarata itu adalah sebuah momentum yang berisi tiga kegiatan, yakni peringatan Isra Mi'raj (Perayaan Rajabiyah), Peringatan hari lahir NU karena NU lahir pada 13 Rajab 1334 H, sekaligus acara mengumpulkan bantuan berupa dukungan moral dan material kepada pejuang Palestina saat itu.
Seruan Qunut Nazilah saa itu dikomandoi secara langsungKetua Umum PBNU KH Mahfudz Shiddiq. Tindakan ini dilakukan karena Kiai Mahfudz Shiddiq mendapat kenyataan banyaknya pendatang dari kaum Yahgud zionis dari berbagai negara di Eropa dan Ameroka.
Akan halnya tersebut, maka Kiai Mahfudz Shiddiq meluaskan hubungannya dengan mengajak ormas Islam lain. Melalui surat seruannya tertanggal tertanggal 12 November 1938 M (19 Ramadhan 1357 H) di kemudian mengajak PB al-Hidayah al-Islamiyah, PB Wartawan Muslimin Indonesia, PB al-Islam, PB Muhammadiyah, PB Musyawaratut Thalibin, PB al-Jam'iyyatul Washiliyah, PB al-lrsyad, PB ar-Rabithah al-AJawiyah, PB Perserikatan Ulama Indonesia, Lajnah Tanfidziyah PSII, Pucuk Pimpinan PSII Penyadar, dan Dewan Pimpinan Majelis Islam a'la Indonesia untuk menyikapi suasana Palestina saat itu.
Pada seruan itu NU mengajak semua partai dan ormas Islam di seluruh Indonesia untuk bersikap tegas atas apa yang dilakukan bangsa Yahudi. Bangsa Indonesia haru berdiri bahu-membahu dengan rakyat Palestina dalam memperjuangkan agama dan kemerdekaan tanah air mereka dari cengkeraman kaum penjajah dan komplotan Zionisme.
" NU juga mengajak serta mereka untuk menghimpun dana (Palestina Fonds) sebagai sumbangsih umat Islam Indonesia untuk meringankan beban penderitaan perjuangan warga Palestina,'' kata Kiai Mahfud Shidiq.Rol
No comments:
Post a Comment