Membantah Klaim Zionis
Yahudi adalah kaum yang memiliki karakter gemar menentang Nabi ﷺ, munafik, ingkar janji, adu domba, curang, juga dikenal sebagai kaum yang suka mengklaim sesuatu tanpa bukti yang nyata
Ali Mustofa Akbar
DALAM perjalanan sejarahnya, karakter dari kaum Yahudi dikenal sebagai kaum yang memiliki karakter gemar menentang Nabi, munafik, ingkar janji, adu domba, curang, juga dikenal sebagai kaum yang suka mengklaim sesuatu tanpa bukti yang nyata.
Sebagaimana karakter mereka yang asal klaim tanpa bukti ini diabadikan dalam Al-Quran, Allah ta’ala berfirman:
يٰا اَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ لِمَ تُحَآجُّونَ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَمَآ أُنزِلَتِ ٱلتَّوْرَىٰةُ وَٱلْإِنجِيلُ إِلَّا مِنۢ بَعْدِهِۦٓ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Wahai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?” (QS. Ali Imran: 65).
Berkenaan dengan Ayat ini Ibnu Abbas, ra sebagaimana diterangkan dalam tafsir Ibnu Katsir mengatakan:
عن ابن عباس رضي الله عنه قال : اجتمعت نصاری نجران ،وأحبار يهود عند رسول الله فتنازعوا عنده فقالت الأحبار : ما كان إبراهيم إلا يهوديا وقالت النصارى : ما كان إبراهيم إلا نصراليا فأنزل الله تعالى : {يا أهل الكتاب لم تحاجون في إبراهيم وما أنزلت التوراة والإنجيل إلا من بعده أفلا تعقلون} أي : كيف تدعون أيها اليهود أنه كان يهوديًا . وقد كان زمنه قبل أن ينزل الله التوراة على موسى وكيف تدعون أيها النصارى أنه كان نصرانيا وإنما حدثت النصرانية بعد زمنه بدهر ؟ ولهذا قال تعالى {أفلا تعقلون}
Dari Ibnu Abbas Ra berkata; orang-orang Nasrani Najran dan pembesar Yahudi berkumbul di sisi Rasulullah ﷺ. Mereka saling berdebat satu sama lain. Pembesar Yahudi berkata: “Sesungguhnya Ibrahim tiada lain adalah seorang Yahudi”. Dan berkata orang-orang Nashrani: “Ibrahim tiada lain adalah seorang Nashrani”.
Kemudian turunlah firman Allah ta’ala yang artinya: “Wahai Ahli Kitab kenapa kalian saling berbantah-bantahan tentang Nabi Ibrahim, bukankah taurat dan injil itu diturunkan setelah masanya Nabi Ibrahim, apakah kalian tidak berfikir?”
Yaitu: kenapa kalian mengklaim wahai orang Yahudi, bahwa Nabi Ibrahim itu seorang yahudi adahal zaman (hidupnya) Ibrahim itu jauh sebelum Taurat diturunkan kepada Musa. Dan kenapa kalian mengklaim wahai orang Nashrani bahwa Ibrahim itu seorang Nashrani, padahal agama nashrani itu baru ada sesudah zamannya Ibrahim, dengan jarak waktu yang sangat lama. Maka disitu Allah Ta’ala berfirman: “Kenapa kalian tidak berfikir?” (Tafsir Al-Qur’anul A’dzim, III/75).
Begitulah bantahan telak dari Allah Swt atas klaim tanpa ilmu dari mereka. Ibarat sederhananya tidak mungkin Pangeran Diponegoro itu mendukung Persis Solo, karena di masa hidup Pangeran Diponegoro belum ada klub sepakbola Persis Solo.
Asal klaim itu pula yang saat ini dilakukan oleh Yahudi di tanah Palestina, tanah yang menjadi kiblat pertama umat Islam. Mereka mengklaim bahwa Palestina merupakan tanah yang dijanjikan Tuhan dan warisan leluhur mereka.
Padahal klaim itupun sejatinya telah terbantahkan.
Secara Normatif
Padahal, semangat Al-Kitab bukanlah seperti itu itu. Dalam Genesis (Kajadian), xxiii, hal. 3-20, disebutkan bahwa Nabi Ibrahim (Abraham ala mereka) yang anak keturunannya mereka klaim sebagai Israel sama sekali tidak memandang dirinya sebagi pemilik negeri Palestina (dahulu bernama Kanaan.
Di daerah Hebron, dengan ketawadhuannya serta ketinggian akhlaknya, Nabi Ibrahim mengajukan permintaan kepada Ephron, orang dari Suku Hittit, agar bersedia menjual tanahnya di Machpelah, untuk kuburan isterinya, yakni Sarah.
Robert Piter De Vauk seorang cendekiawan sekaligus punya perhatian besar terhadap Kitab Perjanjian Lama mengatakan tidak ada bukti eksplisit kepada Bapak kaum Ibrani tentang periode yang dihabiskan di Mesir maupun penaklukan Palestina di waktu lampau.
Hal ini diaminkan oleh Roger Geraudy menyebutkan bahwa mereka tidak memiliki alasan secara historis injili, maupun yuridis untuk menguasai Palestina. (Roger Geraudy, Mitos Politik Israel, 2000).
Secara Antropologis
Thomas Kiernan salah seorang antropolog pernah mengatakan bahwa para ahli antropologi menjelaskan bahwa para founder Zionis yang saat ini rasnya mayoritas bermukim di ‘Israel’ menyatakan bahwa mereka sangat sedikit bahkan mereka tidak ada yang memmpunyai hubungan biologis dengan Palestina.
Menurut beberapa sejahrawan seperti Ernest Renan, Kevin Brook dalam the jews of khazaria, teori khazaria ini menyebut para founder Zionis merupakan Yahudi Ashkenazi yang berasal dari Eropa Timur, sebagian lagi dari Eropa Barat.
Dalam teori ini menyatakan bahwa orang-orang Yahudi Ashkenazi adalah keturunan orang-orang Khazar yang dahulu pernah eksis di kawasan Eurasia. Merupakan suku semi nomaden yang dahulu tinggal yang sekarang bernama Rusia, Ukraina dan Kazakhtan.
“The Khazars, a semi-nomadic Turkic people who once lived in the region that is now modern-day Russia, Ukraine, and Kazakhstan, converted to Judaism.” (Kevin Brook, The Jews Of Khazaria, 1999).
Tokoh Yahudi seperti Chaim Weizhman (Presiden pertama Israel), David De Gurion (Perdana Menteri pertama Israel), Benyamin Netanyahu (Perdana Menteri saat ini), hingga aktris Hollywood pemeran film Wonder Women yang merupakan dari Yahudi Ashkenazi.
Mereka adalah golongan warga kelas atas sementara Yahudi lain, drus, nasrani, muslim tetap bermukim di ‘Israel’ adalah warga kelas dua yang sering mendapatkan tindakan diskriminatif. Maka dari itu, mereka bukanlah Yahudi yang sering kita baca dalam kitab suci. (Republika Digest, 2020).
Sehingga dapat dikatakan ternyata mereka yang mayoritas merebut tanah Palestina itu bukanlah orang-orang dari bekas kerajaan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman di Yudea dan Samaria.
Hal ini dibenarkan Roger Geraud, dalam mitos politik ‘Israel’ juga menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi tidak memiliki keabsahan hak historis, injili, maupun yuridis untuk berdiri di tempat yang mereka tegakkan sekarang ini. Tidak memiliki hak historis untuk mengklaim sebagai bangsa yang mendiami wilayah palestina. (Roger, Mitos Politik Israel, 2020)
Historis
Sekalipun itu, dalam sejarahnya pula dahulu, sudah ada bangsa Aramean, juga diketahui ada bangsa Asli Kanaan, yakni Orang Hittit dari bangsa Maobit yang bermukim diselitar laut mati. Pada saat yang sama datang pula Suku Filistine.
Merekalah yang disebut orang Palestina penduduk asli Kanaan yang sekarang bernama Palestina. Merekalah nenek moyang warga Palestina yang sekarang menetap di bumi suci para Nabi tersebut.
Baru kemudian bangsa Ibrani masuk sebelum abad 13 SM dan pada abad 13 SM disebut sebagai bangsa Israel. Maka, warga Palestinalah yang lebih berhak mewarisi warisan leluhur mereka.
Di luar dari semua itu bukankah dalam status kepemilikan benda sebagaimana halnya kepemilikan tanah itu, yang berhak memiliki adalah yang berstatus kepemilikan secara sah yang terakhir?! Dan bukan berdasar kepemilikan nenek moyang padahal sudah berpindah tangan secara sah dan legal.
Jadi tidak ada alasan Zionis main klaim padahal status kepemilikan yang sah di tangan kaum muslim warga Palestina.
Secara sosial-politik
Berbondong-bondongnga orang-orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia ke Palestina, sesungguhnya lebih dominan disebabkan karena pengejaran-pengejaran yang mereka alami di berbagai belahan dunia termasuk Nazi, bukan karena kerinduan pada negeri leluhur asal nenek moyang mereka. Dalam sejarahnya tahun 1854 terdapat 12.000 orang Yahudi di Palestina.
Tahun 1882 akibat pengejaran terhadap orang-orang Yahudi, terutama di Rusia, terjadi imigrasi orang-orang Yahudi besar- besaran ke wilayah Palestina. Dimana sebelum menargetkan Palestina, mereka punya tujuan Uganda dan Argentina. Lalu secara massif, terstruktur, dan terorganisir mereka menjadikan seolah-olah Palestina sebagai tanah warisan leluhur mereka.
Free Palestina
Oleh karenanya, Zionis tak ubahnya adalah pihak penjajah sebagaimana dahulu para penjajah menjajah negri ini. Maka solusinya adalah diusir, bukan membagi wilayah seperti dua negara, sebagian buat penjajah dan sebagian buat pihak terjajajah.
Namun kita tahu pihak Zionis tidak sendirian, mereka ada Amerika dan sekutunya. Disamping kita mendukung, membantu sebisanya, serta mendoakan saudara di Palestina, maka sejatinya kaum muslim butuh institusi pemersatu umat.
Institusi yang dipimpin oleh seorang Imam yang menerapkan hukum-hukum Islam, menjalinkan ukhuwah, sebagai perisai, serta menghimpun berbagai potensi umat untuk melawan penjajahan termasuk di Palestina. Daya juang saudara kita di Palestina, semoga menjadi inspirasi kita yang juga sedang berjuang melawan penjajah dalam bentuk non fisik. Wallahu A’lam.*
Pemerhati Sosial-Politik
No comments:
Post a Comment