Asam Sulfat Ternyata Penemunya Seorang Ilmuwan Muslim
Asam Sulfat yang sedang ramai dibincangkan netizen ternyata penemunya seorang ilmuwan muslim kelahiran Khurasan Persia Tahun 721 M (Abad ke-7). Topik ini menjadi viral usai salah satu Cawapres salah sebut Asam Folat jadi Asam Sulfat untuk ibu hamil.
Topik Asam Sulfat mendadak naik daun. Setidaknya ada 11,2 juta unggahan menggunakan kata Asam Sulfat di platform media sosial seperti dirilis akun IG @gen.saladin 5 Desember 2023. Belajar dari sejarah dan ilmu pengetahuan, seorang muslim harus bisa membedakan Asam Sulfat dan Asam Folat.
Di balik viralnya Asam Sulfat ini, mungkin banyak yang tidak tahu kalau penemunya ialah seorang ulama dan ilmuwan Muslim bernama Abu Musa Jabir ibnu Hayyan Al-Azdi (721-815 M). Di Barat beliau dinamai dengan "Geber".
Sekadar informasi, Asam Folat dan Asam Sulfat adalah dua senyawa yang memiliki perbedaan mendasar. Asam Folat (Folic Acid) adalah vitamin yang baik untuk ibu hamil karena mengandung B9, salah satu vitamin B kompleks.
Sedangkan Asam Sulfat (Sulphuric Acid) adalah senyawa kimia atau cairan berbahaya yang sering dipakai untuk pembuatan aki, pupuk, pulp, dan kertas. Asam Sulfat ini terdiri dari dua atom hidrogen, satu atom belerang, dan empat atom oksigen.
Jasa Besar Jabir ibn Hayyan
Jabir ibn Hayyan merupakan ilmuwan Muslim pertama yang menemukan Asam Sulfat. Beliau dikenal sebagai Bapak Kimia Modern karena berjasa dan berkontribusi besar dalam mengenalkan ilmu Kimia.
Ayahnya bernama Hayyan Al-Azdi adalah seorang ahli farmasi dari Kabilah Yaman yang besar yaitu Kabilah Azad yang sebagian besar dari mereka berhijrah ke Kufah setelah rubuhnya Bendungan Ma'rif. Setelah ayahnya wafat, Jabir dan keluarganya kembali ke Yaman dan mulai mempelajari Al-Qur'an dan disiplin ilmu lainnya dari seorang ilmuwann bernama Harbi al-Himyari.
Jabir kembali ke Kufah setelah Dinasti Abbasiyah berhasil menumbangkan Umayyah dan mulai merintis kariernya di bidang kimia. Ketertarikannya dalam bidang ini membuatnya terus mendalaminya sehingga menjadi seorang ahli Kimia yang meneruskan profesi ayahnya sebagai seorang peracik obat.
Sejak saat itu Jabir menuntut ilmu dari seorang imam yang mahsyur. Bahkan Jabir sempat belajar kepada Khalid Ibnu Yazid. Jabir kemudian mempelajari ilmu kedokteran pada masa Kekhalifahan Abbasiyah di bawah pimpinan Harun Ar-Rasyid dari seorang guru yang bernama Barmaki Vizier.
Ia terus bereksperimen dalam bidang kimia dengan tekun di sebuah laboratorium dekat Bawaddah di Damaskus, Suriah. Bahkan instrument yang digunakan untuk eksperimennya ia buat sendiri dari bahan logam, tumbuhan dan hewani. Di laboratoriumnya itulah Jabir berhasil menemukan berbagai penemuan besar yang bermanfaat di masa sekarang. Bahkan di laboratorium itu pula ditemukan berbagai peralatan kimia miliknya. Setelah berkarier di Damaskus, Jabir kembali ke Kufah setelah terjadi tragedi Baramikah Tahun 705 M.
Sekembalinya ke Kufah tak banyak yang mengetahui tentang keberadaannya. Namun dua abad setelah wafatnya, barulah ditemukan laboratoriumnya. Di dalamnya didapati peralatan kimianya dan penemuan-penemuan yang luar biasa. Pemikirannya juga berpengaruh bagi para ilmuwan muslim lainnya seperti Al-Razi (9 M), Tughrai (12 M) dan Al-Iraqi (13 M).
Tidak hanya itu, buku-buku yang ditulisnya pun sangat berpengaruh bagi perkembangan kemajuan ilmu kimia di Eropa. Jabir ibn Hayyan tutup usia pada Tahun 815 M di Kota Kufah. Dalam catatan sejarah, Jabir Ibnu Hayyan adalah orang pertama menemukan asam belerang, natrium karbonat, pottasium karbonat, dan sepuh. Zat-zat kimia ini kini menjadi dasar perkembangan peradaban pada abad 19 dan 20 di bidang kimia, farmasi, pertanian, dan lainnya.
(rhs)
Rusman Hidayat Siregar
No comments:
Post a Comment