Kisah Khalifah Abu Bakar Mengutus Ala' bin Hadrami Hadapi Kaum Murtad Bahrain
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq mengutus Ala' bin Hadrami kembali ke Bahrain memimpin sebuah brigade dari kesebelas brigade untuk menghadapi golongan murtad di negeri itu. Kaum murtad itu dipimpin al-Hutam bin Dabi'ah.
Di sisi lain, mereka yang bertahan dengan keislamannya dipimpin Banu Qais bin Sa'labah. Jumlah kaum muslim di Bahrain lebih sedikit dibanding kaum murtad yang pada saat itu mengembargo mereka.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987) memaparkan keberangkatan Ala' ini setelah Khalid bin Walid dapat menumpas Musailimah dan pengikut-pengikutnya. Saat melalui Yamamah mereka yang sudah kembali kepada Islam cepat-cepat bergabung kepada Ala'.
Dari kalangan Muslimin kemudian menyusul Sumamah bin Asal dan kaumnya, Qais bin Asim al-Minqari dan sekian banyak lagi di Yaman dan kabilah-kabilah lain yang sudah merasa bahwa kekuatan dan kekuasaan Muslimin tak dapat tidak akan kembali seperti sediakala.
Di sisi lain, mereka yang bertahan dengan keislamannya dipimpin Banu Qais bin Sa'labah. Jumlah kaum muslim di Bahrain lebih sedikit dibanding kaum murtad yang pada saat itu mengembargo mereka.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987) memaparkan keberangkatan Ala' ini setelah Khalid bin Walid dapat menumpas Musailimah dan pengikut-pengikutnya. Saat melalui Yamamah mereka yang sudah kembali kepada Islam cepat-cepat bergabung kepada Ala'.
Dari kalangan Muslimin kemudian menyusul Sumamah bin Asal dan kaumnya, Qais bin Asim al-Minqari dan sekian banyak lagi di Yaman dan kabilah-kabilah lain yang sudah merasa bahwa kekuatan dan kekuasaan Muslimin tak dapat tidak akan kembali seperti sediakala.
Haekal mengatakan, tidak heran kalau begitu! Pada setiap bangsa dan zaman manusia cenderung pada yang kuat, sebab mereka menduga bahwa kebenaran dan kekuatan itu saling menopang. Segala yang dasarnya ketidakadilan dan kezaliman, menurut hemat mereka tak akan dapat berdiri.
Sebelum dulu bergabung dengan Ala', Qais bin Asim dan kaumnya termasuk orang yang enggan mengeluarkan zakat dan sedekah. Tatkala Ala' singgah di Yamamah sesudah kemenangan Khalid, Qais kembali kepada Islam dan mau mengumpulkan zakat dan menyerahkannya kepada Ala'. Ia sudah membatalkan niatnya semula dan bersama-sama dengan Ala' menghadapi Bahrain.
Mukjizat Allah
Bersama pasukannya Ala' meluncur terus mengarungi gurun Dahna' ke tempat tujuannya. Setelah malam tiba ia memerintahkan pasukannya berhenti dan turun dari kendaraan agar tidak tersesat di padang pasir.
Sesudah mereka berhenti, unta-unta itu terpencar di sahara dan kabur bersama persediaan makanan dan minuman yang dibawanya. Kala itu tak ada lagi yang akan mereka makan atau minum. Ketika itulah mereka hanya dipengaruhi oleh perasaan sedih. Mereka yakin bahwa sekarang hanya berhadapan dengan maut. Satu sama lain mereka sudah saling berwasiat.
Tetapi Ala' berkata kepada mereka: "Apa yang ini terjadi? Apa yang mempengaruhi kamu?"
"Bagaimana kami dapat disalahkan," jawab mereka. "Kalau sampai besok, sebelum terik matahari sempat membakar kami, kami sudah tinggal jadi cerita orang."
Dengan kalbu penuh iman Ala' berkata lagi:
"Saudara-saudara! Jangan takut. Bukankah kita Muslimin? Bukankah kita berjuang di jalan Allah? Bukankah kita berjuang membela agama Allah?"
"Benar," sahut mereka.
"Bergembiralah! Sungguh, Allah tidak akan mengecewakan orang semacam kita."
Bertalian dengan ini juga ada sumber lain yang menyebutkan bahwa selesai salat subuh mereka hanyut dalam doa, hingga begitu matahari terbit tampak oleh mereka sekilas bayangan udara (fatamorgana), kemudian menyusul yang kedua lalu yang ketiga. Pemimpin mereka berkata: "Air!"
Mereka pergi mendatangi tempat itu. Mereka minum, mandi dan mengambil air sepuas-puasnya.
Matahari pun sudah makin tinggi. Tiba-tiba dari segenap penjuru unta-unta itu datang kembali dan menderum (berlutut) di depan mereka. Sekarang mereka menaiki kembali unta masing-masing dan meneruskan perjalanan.
Diceritakan juga bahwa Abu Hurairah dan seorang sahabatnya dari orang Arab pedalaman yang sudah mengenal daerah ini, ketika kembali ke tempat ditemukannya air tadi, ternyata tak melihat kolam ataupun bekas air.
Orang yang sudah mengenal benar daerah-daerah ini mengatakan bahwa ia tahu benar tempat ini, dan sebelum kejadian itu memang tak pernah ia melihat ada air tergenang di sana. Itu sebabnya dikatakan bahwa kejadian ini adalah salah satu mukjizat Allah, dan bahwa air itu merupakan anugerah dari Allah.
Serangan Muslimin
Menurut Haekal, beberapa Orientalis menyatakan kesangsiannya mengenai cerita ini. Baik kesangsian itu beralasan atau tidak, yang jelas Ala' dan pasukan untanya sudah berangkat dan meneruskan perjalanan sampai tiba di Bahrain.
Dalam pada itu Ala' tetap memberi semangat kepada Jarud dan teman-temannya. Dia sendiri memang sudah siap menghadapi Hutam. Tetapi dilihatnya kaum murtad itu jumlah orang dan persenjataan yang cukup besar, yang tak akan mudah diserang begitu saja.
Oleh karena itu kedua pihak, Muslimin dan kaum murtad sama-sama membuat parit dan mereka mengadakan serangan silih berganti kemudian kembali ke parit masing-masing.
Selama sebulan mereka dalam keadaan begitu tanpa mengetahui bagaimana nasib mereka kelak. Sementara mereka dalam keadaan demikian itu, suatu malam Muslimin mendapat kesempatan berharga, lawan itu mendapat pukulan yang sangat menentukan.
Ketika itu pihak Muslimin mendengar suara-suara ribut di markas kaum musyrik itu seperti yang biasa terjadi bila orang sedang panik atau sedang dalam perang.
Ala' mengirim orangnya untuk mencari berita. Kemudian diketahuinya bahwa malam itu mereka sedang hanyut dalam minum minuman keras, sedang dalam keadaan mabuk, sudah tak menyadari dirinya. Ketika itulah Muslimin keluar dari dalam parit dan langsung menyerbu markas mereka, menghantam dan membantai mereka dengan pedang.
Kaum murtad yang lain melarikan diri, ada yang mundar mandir di parit, ada yang kebingungan, ada yang terbunuh dan yang ditawan, dan ada pula yang selamat tapi mereka gelisah. Ketika itu Qais bin Asim mendekati Hutam yang sudah tergeletak di tanah lalu dihabisinya. Sedang Afif bin Munzir al-Garur ditawan.
"Engkau telah menyesatkan mereka," kata Ala'.
Al-Garur kemudian masuk Islam dan dia berkata: "Aku bukan yang Garur - bukan yang menyesatkan, tapi aku disesatkan orang."
Oleh Ala' ia maafkan.
Mereka yang selamat dari tawanan dan dari maut melarikan diri, berlayar
Mereka yang selamat dari tawanan dan dari maut melarikan diri, berlayar ke pulau Darin. Oleh Ala' mereka dibiarkan di sana.
Sementara itu Ala' mendapat surat yang memberitahukan bahwa kabilah-kabilah yang tinggal di Bahrain sudah kembali kepada agama Allah. Bala tentara Ala' pun bertambah jumlahnya dengan bergabungnya warga keturunan Persia di tempat itu. Ia memerintahkan orang pergi ke Darin supaya tak ada lagi di sana tempat berlindung buat golongan murtad.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment