Kisah Khalifah Umar bin Khattab Ingin Abu Ubaidah Menggantikannya
Abu Ubaidah Amir bin Abdullah bin al-Jarraḥ (583-639 M) adalah Sahabat Nabi Muhammad dan termasuk10 orang yang dijanjikan masuk surga. Beliau adalah Muhajirin dari kaum Quraisy Makkkah yang termasuk paling awal untuk memeluk agama Islam . Beliau wafat tahun 639, sebelum Umar bin Khattab , disebabkan oleh wabah penyakit. Dan diimakamkan di Deir Alla, Yordania
Kala itu, Khalifah Umar bin Khattab tengah membujur di tempat tidur di rumahnya sementara tabib mengatakan kepadanya supaya ia berwasiat.
Pada hari Rabu, 4 Zulhijah tahun ke-23 Hijriyah atau 644 Masehi itu, Khalifah Umar bin Khattab mengalami luka serius akibat mendapat tusukan Abu Lu'lu'ah Fairuz, budak al-Mugirah. Tikaman itu mengenai bawah pusar Umar. Akibatnya memutuskan lapisan kulit bagian dalam dan usus lambungnya.
"Kaum muslimin bertanya-tanya gerangan apa yang mendorong Abu Lu'lu'ah melakukan kejahatan itu," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987)
Di sisi lain, para pemuka Muslimin berbicara kepada Umar mengenai apa yang akan terjadi jika ajal Khalifah yang agung itu sudah ditentukan oleh Allah sampai di situ.
"Tentang siapa yang akan menggantikan Umar, itulah yang lebih banyak menyita pikiran mereka dan pikiran Umar sendiri," tutur Haekal.
Adakah meniru Abu Bakar yang memilih orang yang akan menggantikannya, atau membiarkan mereka yang akan menentukan sendiri seperti dalam rapat mereka di Saqifah Banu Sa'idah ketika Allah telah memanggil Rasul-Nya?
Ibn Umar ketika itu berkata kepada Umar bin Khattab: "Tidakkah Anda akan menunjuk seorang pengganti?"
"Siapa?" tanya Umar.
Sang putra itu menjawab: "Dengan berijtihad, karena Anda bukan pemilik mereka! Bagaimana kalau Anda mengirim utusan kepada seorang penanggung jawab daerah Anda. Tidakkah Anda ingin menunjuk seseorang menjadi pengganti sampai ada jalan lain?"
"Ya; memang. Bagaimana kalau Anda mengutus orang kepada gembala kambing Anda, tidakkah Anda ingin digantikan oleh seseorang sampai ada jalan lain?" para tokoh menambahkan.
Kata Umar: "Kalaupun saya menunjuk seorang pengganti maka yang akan menggantikan saya harus orang yang lebih baik dari saya, dan kalau saya tinggalkan, saya juga ditinggalkan oleh orang yang lebih baik dari saya."
Disebutkan juga bahwa ketika Sa'id bin Zaid bin Amr berkata kepada Umar: "Kalau Anda menunjuk seseorang dari kalangan Muslimin orang sudah percaya kepada Anda."
Umar menjawab: "Saya sudah melihat sahabat-sahabat saya mempunyai ambisi yang buruk!" Kemudian katanya lagi: "Andaikata salah seorang dari dua tokoh itu masih ada, soal ini akan saya serahkan kepada orang itu. Dan orang yang saya percayai itu: Salim bekas budak Abu Huzaifah atau Abu Ubaidah bin Jarrah."
Dalam sebuah sumber disebutkan bahwa Umar bertanya: "Siapa yang akan saya tunjuk sebagai pengganti? Sekiranya saja Abu Ubaidah bin Jarrah masih ada!"
Tetapi ada orang yang berkata kepadanya: "Amirulmukminin, bagaimana dengan Abdullah bin Umar?"
Dijawab oleh Umar: "Orang celaka Anda ini! Sekali-kali Allah tidak menghendaki yang begini! Saya akan menunjuk orang yang tidak mampu untuk menceraikan istrinya!"
Ada juga sumber yang mengatakan bahwa Umar memanggil Abdur-Rahman bin Auf sesudah dibawa ke rumahnya selepas mendapat tikaman dan berkata kepadanya: "Saya ingin mempercayakan kepada Anda."
Abdur-Rahman bin Auf berkata: "Amirulmukminin, kalau Anda yang menunjuk saya, saya terima."
Kata Umar: "Apa maksud Anda?"
Abdur-Rahman berkata dengan permintaan kepadanya: "Demi Allah! Anda menunjuk saya untuk itu?"
Umar menjawab: "Tidak!"
Kata-kata Abdur-Rahman sesudah pertemuan itu: "Saya samasekali tidak akan memasuki persoalan ini!"
Sumber-sumber ini menunjukkan bahwa pemilihan khalifah belum lagi mempunyai ketentuan yang sudah pasti dalam Islam, juga menunjukkan bahwa - sejak pertama kali kedaulatan membentang luas - Muslimin ketika itu sudah memulai bersaing satu sama lain dan saling iri hati.
Dalam hal inilah Umar berkata: "Saya sudah melihat sahabat-sahabat saya mempunyai ambisi yang buruk!"
Adanya ambisi buruk inilah yang membuatnya ragu menunjuk seorang pengganti untuk menggantikan kedudukannya, seperti yang pernah dilakukan oleh Abu Bakar tatkala ia menunjuk penggantinya.
Mengenai kata-katanya bahwa dia akan menunjuk Salim bekas budak Abu Huzaifah atau Abu Ubaidah bin Jarrah sekiranya salah seorang dari mereka masih hidup. Maksudnya dengan itu, menurut dugaan Haekal, ingin menjauhi situasi yang begitu genting kendati yang menghadapinya Umar, yang selama hidupnya dikenal sangat berterus terang, tegas dan pasti dalam segala hal.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment