Konspirasi Yahudi Internasional: Kisah Terbunuhnya Presiden Abraham Lincoln
Abraham Lincoln adalah Presiden Amerika Serikat ke-16, yang menjabat sejak 4 Maret 1861 sampai terjadi pembunuhan terhadap dirinya. Dia dikenal amat gigih melawan manuver keras para pemilik modal Yahudi yang ingin merebut perekonomian negerinya.
William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993) menyebut untuk mencapai perjuangan, Lincoln berpegang pada undang-undang Amerika teks ke-5 bagian ke-8 butir 1, yang isinya memberikan wewenang kepada Kongres untuk mengeluarkan mata uang di samping hak untuk mengeluarkan nota Bank senilai 450 juta dolar yang jumlah utang nasional akan dijadikan penutupnya.
Para pemilik modal Yahudi Internasional ketika itu mengerahkan segala kekuatannya untuk menghadapi Lincoln yang mengancam kedudukan mereka. "Mereka mulai mengadakan manuver dan kegiatan terselubung, dengan tujuan menjatuhkan Lincoln," ujar William G. Carr.
Manuver pertama bisa mereka capai melalui Kongres agar Kongres mengesahkan undang-undang baru yang bisa mencegah pembatasan bunga pinjaman nasional atas harga barang-barang impor dengan mata uang tersebut.
Di samping itu, mereka juga mengumumkan perang kepada mata uang baru itu di pasaran internasional dan bank-bank asing, sehingga nilainya turun sampai tingkat rendah, yaitu sepertiga dari nilai normal.
Setelah itu mereka memborong mata uang tersebut yang masih beredar, untuk membeli nota bank simpan-pinjam negara dengan harga penuh menurut nilai dolar. Dengan demikian, para pemilik modal telah berhasil melempar batu dan sekaligus mendapat dua ekor burung, yang mengakibatkan anjloknya nilai mata uang negara dari satu sisi, dan mereka mengeruk keuntungan besar-besaran di sisi lain.
Berikut ini petikan beberapa kalimat dari surat instruksi para pemilik modal di Eropa kepada lembaga keuangan di Amerika Serikat:
"Kami tidak bisa menerima beredarnya mata uang baru Amerika, kecuali kalau itu berpindah di bawah kekuasaan kami. Kami bisa mencapai tujuan ini lewat nota bank pinjaman nasional, yang pada akhirnya bisa menguasai mata uang pemerintah."
Para pemilik modal telah berhasil menanamkan pengaruh mereka di kalangan sejumlah anggota Kongres dan Senat. Dengan mudah mereka bisa menundukkan Kongres dan membungkam suaranya, untuk mendukung disahkannya undang-undang keuangan pada tahun 1863, yang menguntungkan para pemilik modal itu, meskipun ditentang oleh Presiden Lincoln.
Dengan demikian, tertancaplah kuku baru Yahudi dalam memperebutkan perekonomian Amerika Serikat. Berikut ini kutipan sebuah surat dari Konglomerat Rothschild kepada sebuah lembaga keuangan raksasa di London yang terletak di Wall Street , yang kondang sampai sekarang, yaitu lembaga keuangan Eickhaimer, Morton dan Van der Gold. Surat itu tertanggal 25 Juni 1863, berbunyi:
"Mr. John Shirman menulis surat kepada kami dari negara bagian Ohio Amerika Serikat, untuk memberikan informasi mengenai spekulasi keuntungan besar yang akan bisa diperoleh, setelah undang-undang baru yang disahkan oleh Kongres mengenai perbankan. Mr. Shirman mengatakan, bahwa ini merupakan kesempatan yang belum pernah ditemukan oleh para pemilik modal internasional selama ini untuk mengeruk keuntungan besar. Tampaknya undang-undang ini akan menjamin Bank Amerika untuk menguasai perekonomian Amerika."
Rothschild berbicara panjang lebar dalam suratnya itu, yang pada akhirnya ia mengemukakan pandangannya sebagai berikut:
"Hanya beberapa orang yang tahu hakikat undang-undang baru mengenai keuangan. Mereka akan menghadapi dua pilihan, dan tidak ada lainnya, yaitu apakah mereka akan mengikuti di belakang kita untuk mendapat beberapa keuntungan, ataukah akan menentang kita, sedang mereka telah terikat oleh undang-undang itu. Oleh karena itu, sikap oposisi yang menentang undang-undang itu akan sia-sia. Kebanyakan orang Amerika adalah golongan yang tidak bisa berpikir tentang keuntungan apa yang diperoleh oleh para pemilik modal internasional dari undang-undang ini. Mereka tidak akan berpikir, bahwa undang-undang ini sebenarnya merupakan musuh bagi kepentingan mereka sendiri."
Hormat kami ttd. (Rothschild & Brothers)
Di bawah ini adalah kutipan surat balasan yang dikirim oleh perusahaan-perusahaan Eickhaimer, Morton dan Van der Gold kepada Rothschild bersaudara:
"Tuan-tuan yang mulia, kami telah menerima surat tuan. Tampaknya Mr. John Shirman adalah seorang yang memiliki sifat kecerdikan, seperti yang dimiliki oleh seorang konglomerat berbakat dan bisa mengantisipasi perkembangan yang akan mendatangkan keuntungan besar. Padahal umurnya masih sangat muda. Di samping itu, ia mengidamkan untuk bisa menduduki kursi kepresidenan Amerika Serikat. Sekarang ia anggota Kongres. Pikiran sehat telah membuatnya sadar, bahwa untuk memperoleh keuntungan besar adalah dengan mengadakan persahabatan dengan tokoh-tokoh dan lembaga-lembaga yang memiliki sumber dana keuangan besar, yang menurut dia bukan saja menggunakan uang sebagai alat untuk mencari dukungan pemerintah, melainkan juga untuk memukul pihaky ang menentang kepentingan mereka."
"... pihak Bank telah mendapat wewenang bukan untuk mengurangi atau menambah mata uang yang beredar, sesuai dengan kebutuhan. Di samping itu, bank juga mendapat wewenang hukum untuk memberi pinjaman atau menariknya kembali bila dianggap perlu. Mengingat bahwa bank adalah lembaga paling penting dalam suatu negara, maka pihaknya bisa bekerja dalam lingkup satu strategi, dan menentukan pasaran uang, sebagaimana yang dikehendaki. Kalau mau misalnya, mengurangi seluruh jenis produksi nasional dalam satu minggu, atau bahkan satu hari pun, hal itu akan bisa terlaksana. Oleh karenanya, lembaga-lembaga keuangan mendapat eksepsi hukum dari kewajiban membayar pajak atas pinjamannya, sahamnya, depositonya dan seluruh asetnya. Kami yakin, bahwa surat ini akan tuan anggap sebagai catatan istimewa."
Hormat kami ttd (Eickhaimer, Morton dan Van der Gold)
William G. Carr mengatakan surat di atas tidak memerlukan komentar lagi. Hanya sebagai tambahan saja perlu ditandaskan di sini, bahwa dengan adanya undang-undang baru tersebut, para pemilik modal internasional berhasil menguasai perekonomian Amerika Serikat, dan bukan pemerintah yang menguasainya. Bank-bank itu pada hakikatnya adalah lembaga keuangan Yahudi, khususnya ketika modal nasional dalam keadaan lemah.
Sedang pemerintah menggantungkan pada income besar dan tetap. Negara terpaksa akan bergantung pada para pemilik modal internasional tersebut, yang menguasai kebanyakan lembaga keuangan dan bank-bank internasional.
Dalam menghadapi persekongkolan seperti itu, tidak ada jalan lain bagi AbrahamLincoln, kecuali mengingatkan seluruh rakyat Amerika secara terbuka. Kali ini bangsa Amerika akan mendengarkan suara akal dan peringatan dari presiden mereka.
Lincoln tidak segan-segan lagi menyerang secara terbuka para pemilik modal internasional dengan ucapan provokatif, antara lain:
"Saya melihat dengan jelas sebuah ancaman krisis sedang datang mendekati kita sedikit demi sedikit, yaitu sebuah krisis yang membuat bulu-kudukku berdiri, karena cemas apa yang bakal menimpa negeri ini. Siasat suap-menyuap telah menjadi cara yang selalu dijadikan pegangan. Pada gilirannya, kelak akan terjadi kerusuhan dan kehancuran besar-besaran, sebagaimana seluruh kekayaan negara pada akhirnya akan jatuh ke tangan sekelompok kecil orang yang tidak segan-segan lagi menelan dan sekaligus menghancurkan bangsa ini."
William G. Carr mengatakan peringatan Lincoln itu disampaikan menjelang habis masa jabatannya sebagai presiden Amerika Serikat. Akan tetapi, dalam pemilihan berikutnya ia terpilih sebagai presiden untuk kedua kalinya.
Kali ini ia bertekad akan memperjuangkan sebuah undang-undang yang bisa menyingkirkan cengkeraman kuku Konspirasi dari Amerika. Hal inilah yang membuat mereka segera mempersiapkan diri untuk mencegah datangnya bahaya dari Lincoln. Maka, pada malam 14 April 1865, presiden Lincoln dibunuh oleh seorang Yahudi bernama John Dickles Booth.
Mayoritas rakyat Amerika tidak tahu sebab-sebab tindakan kriminil ini. Begitu pula catatan sejarah tidak mengupas peristiwa pembunuhan tersebut secara jelas. Hanya para penyelidik yang mendapat bukti-bukti kuat mengenai adanya hubungan nyata si pembunuh, John Dickles Booth dengan Yahuda B. Benjamin, agen Rothschild di Amerika.
Namun para pemilik modal Yahudi internasional kali ini juga tetap berada di balik layar dengan selamat. Sementara itu, si pembunuh harus menghadapi hukuman setimpal di muka pengadilan.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment