Konspirasi Yahudi: Kisah Zionisme Kuasai Inggris di Era Perdana Menteri Lloyd George
David Lloyd George (17 Januari 1863 – 26 Maret 1945) menjadi Perdana Menteri Inggris pada masa perang antara tahun 1916 hingga 1922. Siapa sangka tokoh ini adalah kaki tangan konspirasi Yahudi internasiona l, lalu Zionisme . Dia adalah salah satu trio antek Yahudi . Dua lainnya adalah Arthur Balfour dan Winston Churchill.
William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993) menyebut konspirasi Zionisme berhasil menguasai Inggris sepenuhnya pada masa David Lloyd George.
Dalam periode ini digambarkan oleh seorang penulis Inggris A.N. Field dalam bukunya "That's all Things" sebagai berikut: "Demikianlah pengaruh Yahudi tampak jelas setelah Lloyd George memegang kendali pemerintahan."
Pertemuan pertama yang diadakan oleh komite politik organisasi Zionisme, setelah Lloyd George memegang kendali kekuasaan dilaksanakan 7 Februari 1917 di Kota London.
L. Fray dalam bukunya "Waters Flowing to the East" mengatakan: "Pertemuan pertama yang diadakan oleh Komite politik organisasi Zionisme adalah tanggal 7 Februari 1917 di rumah kediaman Moshe Gaster di London, dihadiri oleh:
1. Lord Rothschild, kepala Rothschild and Brothers cabang London, dan James Rothschild putra Edmond De Rothschild, kepala cabang Perancis untuk kelompok Rothschild and Brothers, dan kepala Dewan Pemukiman Yahudi yang mewakili Rothschild di Palestina.
2. Sir Mark Sykes, yang rumah tinggalnya terletak di distrik Ballingham Guinness London, yang merupakan pusat gerakan Zionisme di Inggris.
3. Sir Herbert Samuel, yang kelak menjadi komisioner Tinggi Inggris pertamadi Palestina dan koordinator imigrasi Yahudi di wilayah itu.
4. Herbert Pantowich, yang kelak menjadi gubernur jenderal di Palestina. Dialah orang yang bertanggung jawab dalam bidang hukum dan undang-undang serta pelaksanaannya di Palestina.
5. Harry Sasheer
6. Joseph Cowen
7. Haim Weisman, seorang ketua Zionisme politik terbesar.
8. Nachom Sokolov, penanggungjawab dalam bidang propaganda yang kelak menulis buku The History of Zionisme.
Topik utama yang dibahas dalam pertemuan itu adalah strategi yang akan dipakai sebagai landasan pijak dalam perundingan resmi, yang akan menentukan perjalanan nasib Palestina, Armenia dan Irak.
Seorang politikus Amerika Jeffrey menambah informasi mengenai pertemuan itu dalam sebuah komentarnya yang ia sajikan kepada pihak organisasi Zionis di Amerika Serikat sebagai berikut:
"Saya menyampaikan rincian hasil pertemuan ini kepada organisasi Zionisme di Amerika. Kemudian sejak itu, mereka mencampuri urusan dalam negeri Inggris, dan mengarahkan pemerintahan Lloyd George dalam masalah penting yang menjadi bidangnya."
Selanjutnya kita perlu mengukur, sejauh mana penyusupan Zionisme ke dalam pemerintahan Inggris pada saat itu diatur. Berikut ini beberapa pengakuan seorang tokoh Yahudi Samuel Landman yang dibeberkan sendiri kelak dalam bukunya Yahudi Internasional, diterbitkan di London tahun 1926 sebagai berikut:
"Setelah persetujuan ditandatangani oleh Sir Mark Sykes dan Haim Weizmanserta Sokolov, mereka sepakat untuk mengirim sepucuk surat kepada jaksa agung Amerika Serikat LD Brandes, yang sekaligus juga kepala Komite Organisasi Zionisme di New York, untuk memberitahukan, bahwa pemerintah Inggris telah menyetujui untuk membantu orang-orang Yahudi dalam merebut Palestina dari tangan bangsa Arab.
Imbalannya, persatuan Yahudi internasional bersedia bersekutu dengan Inggris, dan Zionisme di Amerika bersedia mendesak pemerintah Amerika untuk bergabung dengan sekutu. Pada saat itu, Amerika belum melibatkan diri dalam perang.
Kemudian gerakan Zionisme di Amerika meniupkan arus kuat untuk mendukung dan menekan pemerintah Amerika agar terlibat dalam perang memihak Inggris. Ini membuat kekuatan Inggris menjadi unggul seketika."
"Kami mengirimkan surat serupa kepada jenderal Mac. Donaff, komandan angkatan darat Inggris. Dr Weizman sejak itu telah menjadi orang yang punya pengaruh besar, sehingga memungkinkan ia mengadakan hubungan langsung dengan jenderal Mac. Donaff, dan bisa mencampuri urusan militer. Ia berhasil memperoleh hak pembebasan 6 orang pemuda Yahudi dari dinas wajib militer. Padahal, negara masih dalam keadaan perang.
"Adapun kepentingan utama yang dimaksud tidak lain adalah mendirikan kantor khusus untuk gerakan Zionisme, langsung di bawah pimpinan Weizman. Sedangke 6 pemuda itu adalah saya sendiri dan 5 kawan lainnya, di antaranya Harry Sasheer, seorang anggota Komite politik organisasi Zionisme.
Pemerintah baru di bawah pimpinan Lloyd George, Balfour dan Churchill menganggap organisasi Zionisme sebagai kawan dan sekutunya.
Kantor-kantor perwakilan kita mendapat perlakuan istimewa dalam pelayanan urusan paspor untuk beberapa orang tertentu, transportasi dan pendanaan. Sebagai contoh, kami sendiri bisa menguruskan dokumen-dokumen perjalanan untuk seorang Yahudi berkebangsaan Turki Utsmani, karena ia adalah kawan kami sendiri.
Kementerian dalam negeri Kerajaan Inggris dengan mudah memberikan berbagai fasilitas, meskipun kerajaan Turki pada saat itu sedang berperang melawan Inggris. Setiap warga Turki Utsmani dianggap musuh."
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment