Kisah Amr bin Ash Berusaha Menguasai Benteng Umm Dunain dan Babilon

Kisah Amr bin Ash Berusaha Menguasai Benteng Umm Dunain dan Babilon
Amr bin Ash memimpin mereka menyeberang padang pasir itu dengan melintasi piramid-piramid al­ Jizah. Ilustrasi: Ist
Kisah pasukan muslim yang dipimpin Amr bin Ash berusaha menguasai benteng Umm Dunain dan Benteng Babilon diceritakan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" dan diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000).

Dikisahkan, Khalifah Umar bin Khattab mengirim pasukan bantuan kepada Amr bin Ash yang tengah masuk wilayah Mesir. Bala bantuan itu tiba setelah Amr mendapat kemenangan di Bilbis serta perjalanannya dari sana.

Ibn Abdul-Hakam menyebutkan dan diikuti pula oleh Suyuti dan Ibn Tagri Bardi: "Amr terus maju tanpa mendapat perlawanan kecuali kecil-kecilan, sampai mencapai Bilbis. Di sini ia mendapat perlawanan selama sekitar satu bulan hingga Allah memberikan kemenangan kepadanya."

"Setelah itu ia meneruskan perjalanannya, juga tanpa mendapat perlawanan berarti. Sesampainya di Umm Dunain ia mendapat perlawanan sengit sehingga kemenangan yang dicapainya memakan waktu agak lama. Ketika ia menulis surat meminta bala bantuan, Umar mengirimkan 4000 prajurit melengkapi yang 8000."

Haekal menjelaskan, dari informasi ini jelas bahwa Amr meninggalkan Bilbis sesudah kemenangannya terhadap Atrabun sebelum datang bala bantuan.

Dia mengalahkan Atrabun dengan jumlah anggota pasukannya yang 12.000 orang itu hanya dengan 4000 orang yang terdiri dari orang-orang Arab dan penduduk pedalaman Mesir.

Amr berangkat dari Bilbis menuju perbatasan padang Sahara hingga mencapai sebuah tempat di dekat desa Umm Dunain di dekat sungai Nil di pangkal Teluk Trajan yang menghubungkan kota Mesir dengan Laut Merah di Suez.

Umm Dunain ini terletak di kampung al ­Azbakiah, salah satu kampung di Kairo sekarang. Kedudukannya sangat kuat, berdekatan dengan sebuah pelabuhan di Suez dengan jumlah kapalnya yang tidak sedikit.

Di sebelah utara Babilon terdapat pula benteng kota Mesir yang terbesar. Gudang persenjataannya di tempat ini merupakan garis depan pertahanan kawasan yang sangat terpandang di mata orang-orang Mesir dan tempat raja-raja mereka masa Firaun dahulu.

Benteng Babilon ini merupakan benteng Romawi yang sangat kukuh terletak di Mesir Lama yang sekarang. Bangunannya kekar dan tembok-temboknya pun kuat. Kekekarannya dapat bertahan menghadapi berbagai macam peristiwa sepanjang sejarah.

Bangunan itu roboh baru pada abad ke-19 Masehi. Sungguhpun begitu puing-puingnya masih dapat kita saksikan. Dalam jarak beberapa mil saja dari selatan benteng itu berdirilah kota Memphis yang menjadi kenangan abadi dengan peninggalannya yang kekal.

Memphis merupakan ibu kota Mesir tatkala seluruh dunia memandangnya sebagai pusat ilham dan pusat peradabannya. Memphis tetap bertahan dengan segala kemegahannya sebelum keagungannya itu mendapat saingan kota Iskandariah.

Peninggalan-peninggalan besar di sekitarnya yang diwarisi dari Zoser dan Ramses serta firaun-firaun Mesir saat seluruh dunia berlindung pada peradaban Mesir, tetap bersaing dengan Iskandariah.

Begitu juga dengan piramid-piramid dan kuburan-kuburan besar yang ada di sekitarnya. Nama Mesir ketika itu dipakai untuk kota Memphis atau kota yang di depannya di seberang Sungai Nil yang berkembang pesat dengan penduduk yang bertambah banyak pula, sehingga kadang disebut kota Memphis juga.

Di padang pasir bagian barat yang sudah kabur terletak antara Memphis dengan al-Jizah, bersambung dengan serangkaian piramid yang mempunyai keagungan dan kebesarannya sendiri, sambung-menyambung sampai ke piramid Khufu dan kedua piramid di dekatnya, serta Sphink yang mendekam di bawahnya menatap dengan mata menyorot ke tempat matahari terbit. Semua itu tegak berhadapan dengan benteng-benteng Babilon dan Umm Dunain.

Pasukan Muslimin berhenti tak jauh dari Umm Dunain. Mereka terperangah melihat pemandangan Sungai Nil dengan ketujuh anak sungainya serta kesuburan yang begitu marak di sekitarnya, pohon-pohon musim semi, tumbuhan hijau segar oleh siraman air di atas tanah dengan hiasan yang begitu menarik bagaikan pemandangan surga.

Akan tetapi perhatian mereka segera berpindah dari semua itu ke benteng­-benteng yang berdiri tegak di depan mereka. Mereka sudah tahu bahwa pihak Romawi sudah mengadakan persiapan untuk menghadapi semua itu, karena mereka yakin bahwa benteng­-benteng itu adalah tempat perlindungan mereka.

Kalau benteng-benteng itu dapat diterobos, maka mereka tak akan lagi dapat bertahan. Pasukan biasa. Mereka memberikan bala bantuan untuk benteng Umm Dunain dengan persenjataan yang cukup tangguh dan sudah siap berperang, sudah tak dapat diragukan lagi.

Itulah perang hidup atau mati: Memukul mundur pasukan Arab, atau sebagai akibatnya mereka harus berkata seperti kata-kata Heraklius ketika meninggalkan Suriah terakhir kalinya: Selamat tinggal Mesir, selamat tinggal untuk tidak bertemu lagi!

Amr bin As sadar bahwa situasinya kini sangat genting. Dari laporan mata-mata yang dikirimnya ia mengetahui bahwa dengan pasukannya yang ada sekarang ia tak akan mampu menaklukkan atau mengepung benteng Babilon, ia tak akan mampu menaklukkan kota Mesir, yang berada di dekat benteng itu dan dalam perlindungannya.

Akan tetapi ia juga sadar bahwa kalau ia mundur dan tidak menyerang pihak Romawi, akan melemahkan kedudukannya dan mematahkan semangat anak buahnya.

Sebaliknya, pihak musuh akan bertambah kuat dengan akibat ia sendiri dan pasukannya akan terpukul mundur. Ia tidak ingin mengalami akibat yang demikian.

Dia sendiri yang mendesak untuk menaklukkan Mesir, dan ia yakin tak lama lagi Amirulmukminin akan mengirimkan bala bantuan. Mau tak mau ia harus mempertaruhkan diri sampai mencapai kemenangan.

Kala itu, ia harus pandai memancing untuk mengulur waktu sampai nanti datang bala bantuan. Kalaupun benteng Babilon belum dapat ditembus, maka ia harus mengepung benteng Umm Dunain.

Ia harus berusaha sekuat tenaga untuk menaklukkannya. Kalau sudah dapat ia kuasai, kapal-kapal yang membuang jangkar di pelabuhannya akan berada di bawah kekuasaannya. Ia akan mampu mengatur dan menyusun strategi sendiri.

Amr harus waspada untuk tidak terlalu mengerahkan anak buahnya atau akan menjerumuskannya ke dalam bahaya. Ia harus meminta Amirulmukminin agar lebih mempercepat bala bantuan untuk menanamkan harapan yang lebih besar dalam hati pasukannya.

Untuk itu ia mengutus orang ke Madinah membawa surat dengan laporan yang melukiskan perjalanannya ke Mesir itu serta situasi menghadapi benteng-bentengnya. Perlu sekali ia mendapat bala bantuan supaya dapat menerobosnya.

Kemudian ia mengumumkan kepada pasukannya bahwa bala bantuan sudah hampir tiba. Sesudah itu ia melangkah maju ke Umm Dunain dan mulai mengadakan pengepungan dengan mencegah masuknya pasokan senjata dan bahan makanan ke sana.

Pasukan Romawi yang berada di dalam benteng Babilon itu tidak berencana hendak menghadapinya. Mereka sudah belajar dari pengalaman Panglima Perang Romawi Atrabun yang kalah dan tewas karena melakukan perang terbuka.

Tetapi orang-orang bersenjata dalam benteng Umm Dunain kadang keluar bertempur kemudian kembali lagi ke dalam benteng kendati tak dapat mengalahkan pasukan Muslimin.

Selama berminggu-minggu keadaan tidak berubah, walaupun pihak Muslimin tidak gelisah karena segala bahan makanan berada di tangan mereka.

Sementara dalam keadaan demikian itu tiba-tiba datang berita tentang kedatangan bala bantuan pertama yang sudah hampir tiba. Mereka pun merasa bertambah kuat. Dan tatkala bala bantuan tiba dan dilihat oleh garnisun dari pasukan Heraklius di benteng itu, mereka sangat terkejut dan jarang keluar untuk menghadapi pasukan Muslimin.

Melihat semua itu, Amr yang sudah mengenal benar keadaan luar benteng itu, tinggal mencari waktu untuk memerintahkan anak buahnya semua sekaligus menyerbu serentak ke dalam benteng itu. Ia sendiri memelopori di depan sampai di pintunya. Setelah terjadi pertempuran sengit benteng itu pun jatuh ke tangan mereka dan musuh yang masih hidup ditawan.

Menurut Haekal, kalangan sejarawan tidak merinci lebih jauh mengenai pertempuran sengit yang terjadi pada hari itu. Butler berpendapat bahwa Amr waktu itu merasa kesal terhadap anak buahnya dengan mendasarkan pada cerita yang dibawa oleh para sejarawan Arab bahwa Amr melihat mereka masih maju-mundur untuk berperang. Maka lalu ia berteriak membangkitkan dan mendorong mereka.

Salah seorang di antara mereka berkata: Kami tidak diciptakan dari besi.

Amr naik pitam dan membentak: "Diam! Kau pembohong!"

Orang itu membalas: "Kau pemimpin anjing!"

Amr pun meninggalkan orang itu. Ia memanggil sahabat-sahabat Rasulullah seraya mengatakan kepada mereka: "Majulah kalian, Allah akan memberikan kemenangan kepada kalian."

Maka mereka pun terjun ke medan laga diikuti oleh yang lain. Dan Allah pun memberikan kemenangan kepada pasukan Muslimin.

Ibn Asir menyinggung cerita ini ketika ia bercerita tentang pertempuran Ain Syams. Apa pun yang terjadi yang telah melahirkan cerita itu, yang pasti datangnya bala bantuan itu berpengaruh besar terhadap keberhasilan pasukan Muslimin menguasai Umm Dunain setelah terlambat sekali penaklukannya, dan bahwa setelah diduduki Amr bersama pasukannya menyeberangi Sungai Nil dengan kapal-kapal yang berlabuh di sana.

Ia memimpin mereka menyeberang padang pasir itu dengan melintasi piramid-piramid al­ Jizah.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: