Kisah Amr bin Ash Memasuki Mesir, Begini Kondisi Sungai Nil Waktu Itu

Kisah Amr bin Ash Memasuki Mesir, Begini Kondisi Sungai Nil Waktu Itu
Amr bin As sudah memasuki Mesir dengan tekadnya yang begitu kuat hendak membebaskannya. Ilustrasi: Ist
Kisah Amr bin Ash memasuki Mesir diceritakan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" dan diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab "Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000).

Dikisahkan kurir Khalifah Umar bin Khattab melintas jalan cepat-cepat kembali ke Madinah , membawa berita kepada Amirulmukminin bahwa Amr bin As sudah memasuki Mesir dengan tekadnya yang begitu kuat hendak membebaskannya, dan sangat memerlukan bala bantuan.

Haekal memaparkan, ketika Amr berangkat Arisy, kota itu tak ada yang mempertahankan. Ia melintas dengan menyusur ke selatan Danau Serbonis, menempuh jalan yang 25 tahun silam sebelum itu pernah dilalui pasukan Persia untuk menduduki Mesir.
Dalam perjalanan ini Amr tidak menemui rintangan hingga mencapai kota Farama (Pelusium). Di kota ini ia dicegat oleh pasukan Romawi dengan kekuatan yang dapat menghentikannya dan berusaha hendak mencegahnya dari penyerangan.

Jalan dari Arisy ke Farama panjangnya mencapai 70 mil, yang di tempuhnya melalui Sahara, di sela-sela oleh mata air dan desa-desa yang dapat meringankan rasa lelah orang yang dalam perjalanan.

Itu sebabnya jalan antara Palestina dengan Mesir yang sudah dipadatkan dan diratakan itu sudah ada sejak dahulu kala, yang sudah pernah dialami dengan "kedatangan Ibrahim, Yakub, Yusuf, Cambyses, Iskandar Agung, Kleopatra dan keluarga Isa Almasih" ke negeri ini.

Jalan ini adalah jalan para peziarah dari Mesir ke Yerusalem, seperti perjalanan musafir dan perdagangan antara Asia dengan Afrika.

Sebelum itu, Amr bin As sudah sering melalui jalan ini dalam usaha perdagangannya, seperti pernah juga dilalui oleh penjaga gereja dan yang konon dilalui Amr dalam perjalanannya ke Iskandariah untuk menerima hadiah karena telah dua kali menyelamatkan nyawanya.

Kota Farama ini ialah Baramun (Per-Amun) dalam bahasa Kopti atau al-Biluz (Pelusium) dalam bahasa Firaun - terletak di sebuah dataran tinggi di dekat Laut Tengah dan tak jauh dari muara cabang Biluz, salah satu cabang Nil yang tujuh.

Waktu itu dan sebelumnya Sungai Nil di Mesir Hilir (bagian utara) mempunyai tujuh cabang sungai (alur delta): dua cabang yang kita kenal sekarang dengan nama Cabang Dimyat (Fara' Dumyat) dan Cabang Rasyid (Rosetta).

Yang pertama pada waktu itu bernama Cabang Fitanti [Fara' al-Fitanti] dan yang kedua bernama Cabang Bilbiti (Bolbiti).

Cabang yang ketiga berdiri sendiri, dimulai di bagian selatan sekitar enam mil ke arah timur celah Provinsi Syarqiah hingga bermuara di Laut Tengah sejauh lebih dari 24 mil arah timur Port Said. Cabang ketiga ini cabang Biluz.

Cabang yang empat lainnya pecahan dari dua cabang Nil yang masih ada sampai sekarang.

Dua di antaranya mengalir di Provinsi Syarqiah dan Provinsi Daqahliah atau bermuara di Laut Tengah di celah Danau Manzela [Buhairat al-Manzilah]; bagian timurnya Cabang at-Taniti melalui Tanis, yaitu San al-Hajar, kota arkelogi yang masa kita sekarang cukup terkenal, dan yang lain Cabang Mindizi yang menembus Provinsi Daqahliah, bercabang dari Sungai Nil pada sebuah titik di dekat Mit Gamr untuk kemudian bermuara di Danau Manzela, sebuah tempat antara Port Said dengan Dimyat (Damietta).

Cabang Sabanti ini melintasi Provinsi al-Manufiah (Munufia) dan Provinsi al-Garbiah, di mulai dari Cabang Dimyat di dekat al-Qanatir al-Khairiah untuk kemudian bermuara di Danau Barallus [Buhairah al-Barallus].

Selanjutnya Cabang al-Kanubi (Kanopos, Canopus) bercabang lagi dari tengah­tengah Cabang Rasyid yang kemudian mengalir ke utara di sebelah barat hingga bermuara di dekat Iskandariah ke sebelah timurnya.

Pusat jaringan air ini menyebarkan sekian banyak terusan yang mengairi tanah Mesir yang subur dan produktif berbentuk segitiga besar itu. Segitiga ini membentang ke sebelah barat di belakang Iskandariah sampai ke al-Barqah (Sirenaika, Cyrenaica).

Daerah Maryut (Mareotis) ini memang padat, penduduknya ramah dan hidup makmur, tinggal di rumah-rumah yang bagus dikelilingi kebun yang rindang.

Daerah yang melimpah dengan buah-buahan ini membentang jauh sampai ke perbatasan Barqah dengan hasil buah-buahan yang lezat yang banyak diekspor ke Romawi.

Buah anggurnya terkenal luas sehingga Virgilius dan Strabo menyebut-nyebut tentang minuman kerasnya yang bermutu tinggi, seperti Abu Nuwas dan kawan-kawannya ketika melukiskan khamar Hit dan Anat.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: