Kisah Shalahuddin Al Ayyubi Menyerang Negeri Pengikut Syiah al-Ismailiyyah

Kisah Shalahuddin Al Ayyubi Menyerang Negeri Pengikut Syiah al-Ismailiyyah
Setelah Shalahuddin meninggalkan Halab, ia berkehendak menuju negeri pengikut al-Ismailiyyah pada bulan Muharram. Ilustrasi: Ist
Kisah Shalahuddin Al Ayyubi menyerang negeri pengikut Syiah al-Ismailiyyah diceritakan Ibnu al-Atsir dalam bukunya berjudul "Al-Mukhtar Min al-Kamil fi al-Tarikh; Qishshah Shalahuddin al-Ayyubi" yang diterjemahkan Abu Haytsam menjadi "Shalahuddin Al-Ayyubi Sang Pembebas Tanah Para Nabi"

Peristiwa ini terjadi pada tahun 572 H. Dikisahkan, setelah Shalahuddin meninggalkan Halab, ia berkehendak menuju
negeri pengikut al-Ismailiyyah pada bulan Muharram . Ia ingin memerangi mereka sebagai pelajaran atas percobaan pembunuhan yang mereka lakukan atas dirinya.

Shalahuddin menyerbu negeri mereka, dan membumi-hanguskannya. Ia mengepung benteng Mashyat yang merupakan benteng terbesar dan terkuat mereka. Ia hujani benteng itu dengan tembakan meriam pelontar batu.

Orang-orang yang berada di dalam benteng itu merasa terdesak. Keadaan ini terus berlangsung hingga diutuslah Sinan, komandan tentara al-Ismailiyyah, menemui Syihabuddin al-Harimi -penguasa Humat, paman Shalahuddin. Ia meminta Syihabuddin untuk menjadi perantara untuk melakukan rekonsiliasi, dan agar Shalahuddin mengasihi mereka.

Sinan mengatakan kepadanya: “Jika engkau tidak mau, maka kami akan membunuhmu, dan seluruh anggota keluarga Shalahuddin.

Syihabuddin akhirnya mau menjadi perantara dan meminta Shalahuddin agar berdamai dengan mereka. Shalahuddin mengabulkan permintaan ini, dan mau berdamai. Ia kemudian pergi meninggalkan mereka, sebab bala tentaranya sudah merasa jemu karena lamanya pertempuran yang mereka alami.

Sedangkan mereka telah banyak memperoleh harta pampasan perang dari tentara Moshul, dan hasil pendudukan negeri pengikut Syiah al-Ismailiyyah. Mereka minta ditarik mundur ke negeri mereka guna beristirahat, dan Shalahuddin mengizinkannya.

Lalu pulanglah ia bersama bala tentaranya ke Mesir. Sudah lama sekali mereka meninggalkan negeri mereka. Ia tidak bisa meninggalkannya begitu saja karena waspada atas negeri Syam.

Ketika Saifuddin berhasil dikalahkan, dan Shalahuddin mengepung dan menguasai Halab lalu mengadakan perundingan damai, keamanan negeri Syam dipulihkan kembali.

Shalahuddin kemudian bergerak kembali ke Mesir dan memerintahkan untuk membangun tembok pertahanan di Mesir, tepatnya di kota Kairo. Tembok ini dibangun di atas gunung al-Muqaththam. Panjang tembok ini mencapai 29.000 hasta, dan memiliki lebar 300 hasta. Proyek pembangunan ini terus berlangsung hingga Shalahuddin wafat.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: