Air Mata Suraqah dan Terwujudnya Nubuat Rasulullah

Suraqah bin Malik tak kuasa menahan tangis, menyaksikan kebenaran nubuat Rasulullah. Red: Hasanul Rizqa ILUSTRASI Rasulullah SAW.
Foto: dok publicdomainpictures
ILUSTRASI Rasulullah SAW. Suraqah bin Malik merupakan seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia berislam lebih belakangan bila dibanding mereka yang pernah merasakan kerasnya intimidasi kaum elite Quraisy, yakni kala periode dakwah Rasulullah SAW di Makkah.

Ada satu fase dalam kehidupan Suraqah bin Malik yang tak mungkin dilupakannya. Dahulu, tatkala masih kafir, ia pernah berupaya membunuh Nabi Muhammad SAW. Saat itu, Rasulullah SAW dalam perjalanan hijrah bersama Abu Bakar ash-Shiddiq.

Suraqah berhasil menemukan Nabi SAW yang sedang berdiri seorang diri di padang pasir. Dalam benaknya, terbayang 100 unta betina sebagai hadiah dari pemuka Quraisy bagi siapapun yang berhasil menangkap sang pembawa risalah Islam itu, hidup atau mati. Dengan semangat, pemuda dari Kampung Madlaji itu memacu kudanya untuk mengejar target buruan.

Namun, seperti ada tembok tak kasat mata, seketika kuda Suraqah terkapar. Ia pun terhempas ke pasir gurun. Tiba-tiba, ia melihat sosok yang diburunya itu mendekat. Nabi SAW tersenyum kepadanya, lalu mengulurkan tangan, membantunya berdiri.

Suraqah terkesima. Akan tetapi, hasratnya untuk mendapatkan hadiah 100 ekor unta tak terbendung. Ia pun kembali berusaha membunuh Nabi SAW. Lagi-lagi, kudanya rebah, seperti menabrak dinding yang tak terlihat. Kejadian yang sama terjadi tiga kali berturut-turut sehingga pemuda ini mengurungkan niatnya.

“Aku berjanji tak akan mengganggu Tuan lagi,” kata Suraqah kepada Nabi SAW, “tetapi kumohon berjanjilah, bila kelak Tuan dan agama Tuan menang, sudilah kiranya memberikan kepadaku jaminan keselamatan.”

Nabi SAW lalu meminta Abu Bakar untuk menuliskan jaminan tersebut di atas sekerat tulang untuk Suraqah.

“Wahai Suraqah, bagaimana pendapatmu bila kelak engkau mengenakan pakaian kebesaran raja Persia?” tanya Nabi SAW saat memberikan tulang tersebut.

Yang ditan

Dalam Perang Qadisiyah—sekira enam tahun sebelum Perang Nahavand—Muslimin berhasil mengalahkan pasukan Persia. Panglima Sa’ad bin Abi Waqqash membawa banyak harta rampasan perang ke Madinah. Di hadapan khalayak, Khalifah Umar bin Khattab secara tak terduga memanggil Suraqah.

Amirul mukminin menyuruhnya untuk memakai seluruh busana raja Persia, lengkap dengan gelang, jubah, dan mahkotanya. Setelah itu, Suraqah dipandanginya dari kaki hingga ujung rambut, dan berkata, “Masya Allah, betapa gagahnya seorang anak Desa Madlaji memakai ini!”

Mendengar itu, air mata Suraqah pun pecah. Sebab, dirinya teringat lagi akan perkataan Rasulullah SAW dahulu. “Demi Allah, kekasihku (Nabi SAW) tidak pernah berbohong! Kekasihku tidak pernah berbohong!” serunya sambil menangis tersedu-sedan.Rol

No comments: