Apakah Nabi SAW Senang Musuh Islam Mati, Lantas Mengapa Bangga Ahli 'Bidah' Meninggal?
Ustadz Dr Yendri Junaidi Lc MA, Ketua MUI Tanah Datar
Sebenci-bencinya kafir Quraisy terhadap Islam tapi kebencian mereka masih tampak nyata dan terang benderang.
Berbeda dengan kaum munafik. Kebencian mereka berbalut Islam. Mereka menampakkan keimanan tapi menyembunyikan kekafiran. Mereka lebih berbahaya dari kafir sesungguhnya.
Pemimpin kaum munafik di Madinah adalah Ibnu Ubay bin Salul. Tak terhitung upaya yang dilakukannya untuk menghancurkan Islam, fitnah-fitnah yang disebarkannya dan komentar-komentar negatif tentang Rasulullah Saw yang dilontarkannya.
Tapi ketika Dia sekarat, Nabi SAW datang menjenguknya. Putranya yang bernama Abdullah memohon pada Nabi SAW untuk bersedia memberikan gamisnya sebagai kafan bagi ayahnya, menshalatkannya dan memohonkan ampunan baginya. Nabi SAW pun memberikan gamisnya. Lalu beliau bersabda:
آذِنِّي أُصَلِّي عَلَيْهِ“Beri tahu aku (jika ia wafat) untuk aku shalatkan.” (HR. Bukhari).
“Dalam riwayat dari Jabir bin Abdullah ra disebutkan bahwa ketika Nabi Saw mendengar Ibnu Ubay meninggal dunia, beliau langsung datang ke kuburannya. Nabi Saw meminta mayatnya dikeluarkan kembali. Kemudian Nabi Saw meletakkan mayat itu di kedua kakinya, beliau tiup dengan ludahnya lalu beliau pakaikan gamisnya.” (HR Bukhari nomor 1350).
Begitu sikap Rasulullah SAW terhadap musuhnya, pemimpin kaum munafik dan sosok yang paling berbahaya terhadap Islam dan Muslimin.
Sementara itu, sikap Nabi SAW terhadap kafir juga tak kalah menakjubkan. Sudah dimaklumi, tokoh kafir yang paling banyak memusuhi dan menyakiti Nabi SAW adalah Abu Jahal. Putra Abu Jahal bernama Ikrimah.
Ikrimah awalnya juga sangat memusuhi Nabi SAW. Tapi kemudian ia sadar dan mau masuk Islam. Ketika Nabi Saw tahu bahwa Ikrimah ingin masuk Islam, beliau bersabda:
يأتيكم عكرمة بن أبي جهل مؤمنا مهاجرا فلا تسبوا أباه فإن سب الميت يؤذي الحي ولا يبلغ الميت
“Ikrimah bin Abu Jahal akan datang pada kita sebagai seorang mukmin dan muhajir. Karena itu jangan cela ayahnya, karena mencela orang yang mati hanya akan menyakiti yang hidup dan tidak akan sampai pada yang mati.”
Suatu ketika ada jenazah yang lewat di depan Nabi Saw. Beliau pun berdiri. Para sahabat berkata, “Itu jenazah Yahudi.” Rasulullah Saw bersabda, “Bukankah ia juga manusia?” (HR Bukhari nomor 1312).
Kalau terhadap gembong munafik, kafir dan Yahudi yang meninggal dunia Nabi SAW begitu memuliakan dan menghormati, apalagi terhadap sesama Muslim?
Oleh : Ustadz Dr Yendri Junaidi Lc MA, Ketua MUI Tanah Datar
Lalu mengapa ada orang yang berbahagia dengan kematian orang-orang yang mereka sebut sebagai ahli bidah? Apakah ahli bidah bagi mereka lebih berbahaya daripada munafik, kafir, dan Yahudi?
Bukankah tiga riwayat diatas semestinya cukup menjadi pedoman bagi umat Rasulullah Saw bagaimana seharusnya bersikap ketika seseorang -siapapun itu- meninggal dunia?
Mungkin ada yang berkata, “Bukankah memang ada pendapat para ulama tentang dibolehkan atau bahkan dianjurkannya bergembira ketika mendengar kematian ahli bidah?
Bukankah mereka ulama salaf yang wajib kita ikuti?” Jawabannya, “Mau ikut ulama atau ikut Nabi?”
والله تعالى أعلم وأحكم
No comments:
Post a Comment