Biasanya Orang Terkena Musibah Sedih, tapi Nabi Ayyub & Cucu Nabi Yusuf Malah Lakukan ini

Nabi Ayyub merupakan teladan bersabar dan bersyukur.

Red: Erdy Nasrul
Gua kesabaran Nabi Ayyub
Foto: http://www.portalsanliurfa.com
Gua kesabaran Nabi Ayyub Ada kisah seorang nabi yang diuji oleh Allah dengan cara yang luar biasa pedih lagi menyakitkan, yaitu dengan penyakit. Bukan sekadar demam, ini penyakit mengakibatkan tubuh si penderita mengalami luka dan menimbulkan bau busuk, membuat orang-orang di sekitar membencinya. Dialah Nabi Ayyub alaihissalam, nabi yang tergolong dalam Ulul Azmi atau mereka yang mendapatkan cobaan yang luar biasa.

Dia adalah putra dari Mush bin Zurah Al-Aish bin Ishaq bin Ibrahim. Hidup pada masa abad ke-15 hingga ke-14 Sebelum Masehi, Ayyub hidup di tengah Bangsa Romawi. Di sana dia hidup penuh kenikmatan. Ternaknya berlimpah. Ladangnya hijau lagi menghasilkan banyak hasil panen, istri dan anaknya menjadi makhluk yang enak dipandang serta senantiasa membuat Ayyub ingat Allah.

Dalam keadaan demikian, Nabi Ayyub bersyukur kepada Allah, selalu mengagungkan asma-Nya, dan beribadah dalam berbagai kesempatan. Kepasrahan kepada Allah membuat membentuk kepribadiannya menjadi ringan menjalankan segala perintah Allah dan selalu menjauhi segala apa yang dilarang.

Imam Nawawi menuliskan kisah Nabi Ayyub dalam kitabnya Uqudullujjain. Ketakwaan Nabi Ayyub membuat penghuni langit sangat mengapresiasinya. Banyak malaikat mendoakan Nabi Ayyub di Baitul Makmur. mereka senang mengetahui segala kabar tentang sang nabi.

Namun sebaliknya, ketakwaan Nabi Ayyub malah membuat setan marah. Mereka menghadap Allah, kemudian meminta izin-Nya untuk ‘menguji’ dan memberikan cobaan kepada Ayyub. Allah memberikan izin kepada setan untuk menggoda Ayyub dengan satu syarat, jangan membunuh Ayyub. Setan mengiyakan perintah itu.

Maka datanglah setan kepada Ayyub. Dia membakar ladangnya, menghabisan ternaknya. Namun itu tidak menggoyahkan keimanan sang nabi.

Cobaan berikutnya, dia menewaskan anak-anak Ayyub, sehingga mereka tidak lagi membersamai Ayyub. Itu pun tidak juga menggentarkan Nabi Ayyub beriman dan bertakwa kepada Allah.

Kemudian ada lagi cobaan yang ketiga, setan datang meniup hidung Nabi Ayyub. Ketika tiupan setan terhirup sang nabi, badannya mulai terasa sakit. Lambat laun mengakibatkan tubuhnya terbaring lemah menjadi sakit. Semakin hari, penyakitnya semakin parah. Bukan hanya demam, kulitnya yang semula bersih dan mulus menjadi berkoreng dan menimbulkan bau busuk. Orang-orang di sekitar Nabi Ayyub menjadi pergi, bahkan mereka tidak sudi berada di dekat sang nabi. 

Namun di tengah keterpurukan itu, istri Nabi Ayyub yang tidak lain adalah cucu Nabi Yusuf tetap membersamainya. Dia adalah Rahmah binti Afraim bin Yusuf bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim.

Rahmah selalu menemani Nabi Ayyub, memberinya makan, membersihkan luka, dan selalu mendoakannya. Suatu ketika Rahmah berdialog dengan sang suami. Dia berkata, wahai Ayyub, engkau adalah nabi yang mulia, utusan Allah, mintalah kepada Allah agar penyakit ini disembuhkan-Nya.

Mendengar perkataan itu, Nabi Ayyub mengatakan, dirinya tidak enak meminta seperti itu kepada Allah. Sebabnya, dia sudah lama diberi kenikmatan. Kemudian kenikmatan itu membuatnya selalu bersyukur. Dan kini dia diberi sakit dan cobaan, dan itu pun menjadi penyebabnya tetap bersyukur di kala sedih.

Penjelasan tersebut sesuai dengan firman Allah dalam Surah Hud ayat 9-11 berikut ini

وَلَئِنْ أَذَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَٰهَا مِنْهُ إِنَّهُۥ لَيَـُٔوسٌ كَفُورٌ

wa la`in ażaqnal-insāna minnā raḥmatan ṡumma naza’nāhā min-h, innahụ laya`ụsung kafụr

9. Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.

وَلَئِنْ أَذَقْنَٰهُ نَعْمَآءَ بَعْدَ ضَرَّآءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ ٱلسَّيِّـَٔاتُ عَنِّىٓ ۚ إِنَّهُۥ لَفَرِحٌ فَخُورٌ

wa la`in ażaqnāhu na’mā`a ba’da ḍarrā`a massat-hu layaqụlanna żahabas-sayyi`ātu ‘annī, innahụ lafariḥun fakhụr

10. Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata: “Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku”; sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga,

إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ

illallażīna ṣabarụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāt, ulā`ika lahum magfiratuw wa ajrung kabīr

11. kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.

Dalam kondisi berpenyakit yang berbau busuk dan menyakitkan dirinya, Nabi Ayyub melapor kepada Allah bahwa dirinya diganggu setan dengan kepayahan dan kepedihan (Shad:41). Kemudian Allah memerintahkan sang nabi untuk menendang suatu tanah, kemudian dari situ muncullah air yang sejuk (Shad ayat 42). Nabi Ayyub memerintahkan Ayyub untuk mandi dan minum dengan air tersebut. Kemudian sembuhlah penyakitnya.

Bersyukur di kala susah

Pelajaran berharga dari Nabi Ayyub adalah selalu bersukur baik di kala berlimpah nikmat maupun sedih. Ketika kemalangan datang, Nabi Ayyub tidak mudah mengeluh. Dia hadapi segala cobaan yang ada. Pertanian dan peternakannya habis. Anak-anaknya wafat.

Kemudian orang-orang yang biasa membersamainya pergi meninggalkan bahkan mengusirnya, karena tak sanggup menyaksikan Ayyub yang berbau busuk.

Kemudian dalam keadaan seperti itu, Nabi Ayyub tetap bersyukur kepada Allah. Dia bersyukur masih diberi kesempatan hidup dan dimampukan untuk beribadah mempertahankan takwa dan keimanan di dalam hati.

Dengan selalu bersyukur, Allah menjanjikan kenikmatan yang besar. Nabi Ayyub yang senantiasa bersyukur, akhirnya disembuhkan penyakitnya. Istrinya melahirkan banyak anak. Ladang dan peternakannya kembali menghasilkan dan memberi manfaat kepada banyak orang. Kemudian orang-orang baik kembali mendekatinya, mendengarkan dakwahnya, dan sama-sama berada dalam ketakwaan.Rol

No comments: