Kisah Amr bin Ash Jadi Tawanan Perang Romawi: Menghina Maslamah Lalu Minta Maaf
Kisah Amr bin Ash menjadi tawanan perang Romawi terjadi pada saat terjadi pertempuran penaklukan Iskadaria oleh muslim di era Khalifah Umar bin Khattab .
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" dan diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000) mengisahkan setelah menerima surat dari Khalifah Umar bin Khatab yang isinya tentang kekecewaan Amirulmukmnin atas lambannya dirinya menaklukkan Mesir, Amr bin Ash bertindak sesuai arahan Khalifah Umar.
Ia mengumpulkan anggota pasukannya lalu membacakan surat itu. Setelah itu ia memanggil dan menampilkan 4 orang untuk posisis menyerang di depan.
Selanjutnya ia memerintahkan mereka berwudu dan salat dua rakaat, kemudian berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala untuk memohonkan kemenangan dalam menghadapi musuh. Semua itu mereka lakukan dan Allah memberikan kemenangan kepada mereka.
Menurut Haekal, dalam sebuah sumber disebutkan bahwa mengenai rencana penaklukan Iskandariah itu Amr meminta pendapat Maslamah bin Mukhallad. Dia menyarankan, perjuangan itu agar diserahkan kepada Ubadah bin as-Samit.
Amr lalu memanggil Ubadah dan ia menerima kepala tombaknya itu dari dia dan pimpinan perang menghadapi Romawi diserahkan kepadanya. Dia bertempur menghadapi mereka dan hari itu juga Allah telah memberikan kemenangan menaklukkan Iskandariah di tangannya.
Pada suatu hari pasukan Romawi menggempur pasukan Muslimin begitu sengit. Setelah pertempuran memuncak, seorang prajurit Romawi berduel dengan Maslamah bin Mukhallad, yang kemudian dapat dihempaskan dan ia terlempar dari kudanya, dan akan diterkam kalau tidak segera dilindungi oleh salah seorang rekannya.
Sungguhpun Maslamah pemberani, tetapi ia berbadan gemuk. Setelah melihat kejadian itu Amr bin As marah kepada Maslamah dengan mengatakan: "Mengapa laki-laki yang seperti perempuan itu memberanikan diri terjun ke dalam urusan laki-laki dan meniru-niru mereka!"
Maslamah marah karena kata-kata Amr itu, tetapi ia menyimpan kemarahannya dalam hati. Kemudian pertempuran itu berkecamuk makin sengit.
Pasukan Muslimin menyerbu masuk ke dalam benteng Iskandariah, Amr dan Maslamah juga ikut bersama mereka.
Pihak Romawi mengadakan serangan balik dan berhasil mengeluarkan mereka semua dari benteng, kecuali ada empat orang tak dapat keluar.
Pintu benteng itu oleh pihak Romawi ditutup dan mereka terkurung di dalamnya. Amr dan Maslamah termasuk di antara keempat orang itu, tetapi pasukan Romawi tidak mengenal kedua orang ini.
Ada orang Romawi yang dapat berbahasa Arab berkata kepada Amr dan sahabat-sahabatnya: "Kalian sekarang sudah menjadi tawanan kami, maka menyerahlah kalian sebagai tawanan perang dan jangan membunuh diri kalian."
Tetapi setelah mereka menolak, orang Romawi itu berkata lagi: "Di tangan kawan-kawan kalian ada beberapa kawan kami yang mereka tawan. Inilah janji kami kepada kalian: Kami akan menebus kawan-kawan kami dengan kalian dan kalian tidak akan kami bunuh."
Mereka tetap menolak. Selanjutnya orang Romawi itu berkata lagi: "Maukah kalian menerima rencana kami ini: Seorang dari kalian dan seorang dari kami berduel. Kalau dari kami dapat mengalahkan yang dari kalian, maka kalian menjadi tawanan kami dan kami bebas bertindak terhadap kalian. Kalau dari pihak kalian yang mengalahkan kami, kami bebaskan kalian kembali ke tempat kalian?"
Keempat orang itu setuju dengan tawaran ini.
Dari pihak Romawi tampillah seseorang yang ketangkasannya sudah dapat dipercaya. Amr bermaksud akan tampil sendiri bertanding. Tetapi Maslamah mencegahnya, khawatir dia yang akan menjadi korban dan dengan terbunuhnya itu bencana besar akan menimpa kawan-kawannya semua. Dia meminta izin untuk berduel.
"Silakan," kata Amr. "Semoga Allah memberikan jalan ke luar kepada Anda."
Maka tampillah Maslamah bertanding dengan orang Romawi itu. Sejenak mereka bertarung kemudian Allah menolong Maslamah dan orang Romawi itu pun mati dibunuhnya.
Setelah itu pintu benteng itu dibuka oleh pihak Romawi dan mereka pun keluar semua. Amr merasa malu akan ucapannya yang pernah dikatakannya kepada Maslamah. Ia meminta maaf dan Maslamah pun memaafkannya.
Lalu kata Amr: "Saya pernah tiga kali berbuat tidak sopan; dua kali di zaman jahiliah, dan ini yang ketiga. Saya menyesal akan semua itu. Yang paling saya rasakan sampai begitu malu, apa yang pernah saya katakan kepada Anda! Saya harap selama hidup saya jangan terulang sampai keempat kalinya!"
Haekal menceritakan bahwa gambaran ini memang lebih mirip dongeng. Tetapi ini memperlihatkan satu segi dari akhlak Maslamah, dan segi lain pula akhlak Amr.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment