Nabi Adam Mendebat Malaikat Maut

Inilah kisah tentang Nabi Adam AS berbantahan dengan malaikat maut. Red: Hasanul Rizqa Jabal Rahmah atau Bukit Kasih Sayang jadi titik pertemuan Nabi Adam AS dan Hawa ratusan tahun terpisah.
Foto: dok. Kemenag.go.id
Jabal Rahmah atau Bukit Kasih Sayang jadi titik pertemuan Nabi Adam AS dan Hawa ratusan tahun terpisah.

 Allah SWT menciptakan manusia pertama, yakni Nabi Adam AS. Sebelum diturunkan ke Bumi, ia dan istrinya, Hawa, sempat berada dalam surga.

Akibat teperdaya godaan setan, keduanya memakan buah dari pohon terlarang. Allah menurunkan Adam dan Hawa ke Bumi setelah itu.

Allah SWT telah menetapkan jatah usia Nabi Adam AS yakni seribu tahun. Namun, ada suatu kejadian yang menyebabkan jatah usia itu dikurangi sehingga menjadi 940 tahun. Semuanya atas izin Allah Ta'ala.

Di detik-detik menjelang ajal, Nabi Adam rupanya lupa akan soal pengurangan jatah usia itu, sehingga sempat mendebat sang malaikat pencabut nyawa. Kisah ini disampaikan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, sebagaimana diriwayatkan at-Tirmidzi dari Abu Hurairah.

Suatu ketika, Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabat beliau, "Setelah Allah menciptakan Adam, Allah mengusap punggungnya, lalu dari punggungnya jatuhlah setiap nyawa yang Allah ciptakan hingga Hari Kiamat."

Adapun dalam riwayat dari Ibnu Abbas, dikatakan, "Sungguh Allah telah memukul bahu Adam yang sebelah kanan, maka keluarlah seluruh jiwa yang berwarna putih jernih yang tercipta sebagai penghuni surga. Allah berfirman, 'Mereka adalah penghuni surga'. Setelah itu, Allah memukul bahu Adam yang sebelah kiri, maka keluarlah seluruh jiwa berwarna hitam yang tercipta sebagai penghuni neraka. Allah berfirman, 'Mereka adalah penghuni neraka.'

Selanjutnya, Allah mengambil janji dari semua keturunan Adam supaya mereka beriman kepada-Nya, mengenal-Nya, dan membenarkan-Nya serta (menaati) perintah-Nya. Allah juga mengambil kesaksian atas diri mereka sendiri, maka mereka pun menyatakan beriman, membenarkan, mengenal, dan mengakui-Nya."

Riwayat itu dikutip Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya, Syifa'ul 'Alil fi Masa'ilil Qadha wal Qadar wal Hikmah wat Ta'lil.

Dalam hadis riwayat at-Tirmidzi dari Abu Hurairah, dijelaskan bahwa "Kemudian Allah berfirman kepadanya (Adam) dengan dua tangan menggenggam, 'Pilih mana yang kau mau di antara keduanya.' Adam menjawab, 'Aku memilih yang kanan, wahai Rabbku.'

Kedua tangan Rabbku kanan dan penuh berkah. Kemudian Allah membentangkannya, ternyata padanya ada Adam dan keturunannya. Adam bertanya, 'Wahai Rabb, siapa mereka?'

Allah menjawab, 'Mereka adalah keturunanmu.' Dan ternyata, setiap orang sudah tertulis usianya di antara kedua matanya. Dan di antara mereka, ada salah seorang yang paling bersinar wajahnya.

Adam bertanya, 'Wahai Rabb, siapa dia?' Allah menjawab, 'Dia anakmu, Daud. Aku tetapkan usianya 40 tahun.'

Adam pun meminta, 'Wahai Rabb, tambahkanlah usianya.' Allah menjawab, 'Aku sudah tetapkan untuknya.'

Adam meminta lagi, 'Wahai Rabb, aku berikan 60 tahun dari (jatah) usiaku untuk dia.' Allah berfirman, 'Baik.'

Adam kemudian ditempatkan di dalam surga, sebagaimana Allah berkehendak. Setelah itu (memakan buah dari pohon terlarang), (Adam dan Hawa) diturunkan dari surga.

Adam menghitung usianya. Lalu (setelah sekian tahun hidup di dunia), malaikat maut datang kepadanya. Adam pun berkata kepadanya, 'Kau terburu-buru. Usiaku ditetapkan seribu tahun.'

Malaikat maut menjawab, 'Betul, tapi kau sudah memberikan (jatah usia) 60 tahun untuk anakmu, Daud.'

Adam ingkar, keturunannya pun ingkar. Adam dibuat lupa, keturunannya pun dibuat lupa.' Sejak saat itu, diperintahkan (oleh Allah SWT) untuk mencatat (setiap perkara) dan (mendatangkan) saksi."

Begitulah. Sifat pelupa dan cenderung membantah ternyata sudah menjadi tabiat manusia sejak Nabi Adam AS. Untuk menghindari perbantahan tentang apa-apa yang telah diucapkan atau diperbuat manusia, maka Allah memerintahkan pencatatan dan persaksian.

Demikian syarah hadis tersebut oleh Umar Sulaiman al-Asyqar dalam kitabnya, Shahihul Qashash an-Nabawy.Rol

No comments: