Sa'ad bin Abi Waqash, Sahabat Nabi yang Dijamin Surga
Kisahnya bermula saat didatangi Abu Bakar Ash-Shiddiq. Sa'ad lalu diajak untuk menemui Nabi Muhammad SAW di sebuah perbukitan dekat Makkah.
Pertemuan itu amat mengesankan bagi Sa'ad. Ia pun segera menerima Islam dengan tangan terbuka. Sejak saat itu, lelaki ini menjadi salah satu sahabat yang pertama masuk Islam, yakni dalam era Makkah atau sebelum hijrah.
Silsilahnya secara tidak langsung bersambung dengan Rasulullah SAW. Aminah binti Wahhab, yakni ibunda Nabi Muhammad SAW, berasal dari suku yang sama dengan Sa'ad, yaitu Bani Zuhrah.
Karena itu, Sa'ad juga sering disebut sebagai Sa'ad Zuhrah atau Sa'ad dari Zuhrah. Pria ini memiliki banyak keutamaan. Suatu saat dia pernah disambut Rasulullah SAW dengan gembira.
Rasulullah SAW begitu membanggakan Sa'ad. Beliau bersabda, "Ini dia pamanku...! Siapa orang yang punya paman seperti pamanku ini?" Kakeknya Sa'ad adalah Uhaib, putra dari Manaf yang menjadi paman dari Ibunda Rasulullah SAW.
Anak panah pertama
Selain itu, Sa'ad bin Abi Waqash juga merupakan orang Muslim yang pertama kali melepas anak panah dalam jihad Islam. Dia pula yang mula-mula terkena anak panah dalam kancah jihad.
Pernah suatu kali Rasulullah SAW bersabda di tengah Perang Uhud, "Panahlah hai Sa'ad! Ibu bapakku menjadi jaminan bagimu!" Ali bin Abi Thalib juga mengatakan: "Tidak pernah saya dengar Rasulullah mengatakan ibu bapaknya sebagai jaminan seseorang kecuali untuk Sa'ad."
Sa'ad adalah seorang kesatria Muslim yang paling berani. Ia mempunyai dua kekuatan yang sangat ampuh: panah dan doanya. Jika ia memanah, pasti tepat sasaran. Jika ia berdoa, akan dikabulkan-Nya. Hal ini tak lepas dari doa Rasulullah untuk Sa'ad.
Suatu hari Rasulullah SAW menyaksikan sesuatu dari Sa'ad yang menyenangkan hati beliau. Maka Rasulullah SAW pun bermunajat, "Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya (Sa'ad bin Abi Waqash) dan kabulkanlah doanya..!"
Demikianlah, diri Sa'ad menjadi ma syhur lantaran doanya disebut makbul. Kelak ketika fitnah terjadi pada zaman kekhilafahan Ali bin Abi Thalib, Sa'ad mendengar seorang laki-laki memaki Ali, Thalhah, dan Zubair. Orang itu bahkan terus menolak berhenti mencaci-maki.
Maka, Sa'ad pun berkata, "Kalau begitu, akan saya doakan kamu kepada Allah." Laki-laki tadi lantas berkata, "Rupanya kamu hendak menakutiku, seolah-olah kamu seorang Nabi."
Sa'ad pun pergi wudhu dan melakukan shalat dua rakaat kemudian berdoa: "Ya Allah, kiranya menurut ilmu-Mu, laki-laki ini telah memaki segolongan orang yang telah memeroleh kebaikan-Mu dan tindakan mereka mengundang amarah murka-Mu. Maka mohonlah dijadikan hal ini sebagai pertanda dan pelajaran."
Tidak lama kemudian, tiba-tiba dari salah satu pekarangan rumah muncul seekor unta liar dan menabrak laki-laki tadi sehingga meninggal.
Sa'ad bin Abi Waqash adalah teladan istiqamah dalam iman dan hidayah. Betapa mahalnya hidayah itu bahkan harus dipertahankan dengan susah payah. Terkisahlah ibunda Sa'ad yang melakukan mogok makan berhari-hari demi menentang keislaman anaknya.
Semakin hari semakin parahlah kondisi ibu Sa'ad. Dalam ujian keimanan yang berat seperti ini, keimanan sang sahabat kokoh menghujam dan keluarlah kalimat yang abadi itu. "Demi Allah, ketahuilah wahai ibunda, seandainya bunda memiliki seratus nyawa, lalu ia keluar satu per satu, maka tidak-lah anakmu ini akan meninggalkan agama ini (Islam) walau ditebus dengan apa pun."
Akhirnya, hati ibundanya itu luluh. Tak lama berselang, turunlah ayat Alquran terkait kisah Sa'ad ini, surah Luqman ayat ke-15. Artinya, "Dan seandainya kedua orang tua memaksamu untuk mempersekutukan Aku (Allah), padahal itu tidak sesuai dengan pendapatmu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya."Rol
No comments:
Post a Comment