Uwais al Qarni yang Sangat Dinanti Umar bin Khattab
Uwais Al-Qarni bekerja sebagai penggembala domba. Hasil usahanya hanya cukup untuk makan ibunya sehari-hari. Bila kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin. Uwais Al-Qarni dikenal seorang yang taat beribadah dan sangat patuh pada ibunya. ia sering kali berpuasa.
Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya sering bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Sedang ia sendiri belum pernahberjumpa dengan RasulullahSAW. Namun, kKetika mendengar gigi Nabi Muhammad patah karena dilempari batu oleh kaum thaif yang enggan diajak dalam dakwahnya, segera Uwais ikut mematahkan giginya dengan batu hingga patah.
Ia rindu ingin mendengar suara Nabi SAW, kerinduannya karena iman kepada Allah dan Muhammad sebagai rasulnya.
Ia tak dapat membendung lagi keinginannya itu. Pada suatu hari Uwais datang mendekati ibunya mengeluarkan isi hatinya dan mohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah.
Setelah ia menemukan rumah Rasulullah, hanya bertemu istri Aisyah r.a. Sementara, di waktu yang sama ia ingat pesan ibunya agar cepat pulang ke Yaman. Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya itu mengalahkan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah pun pulang dari medan pertempuran. Sesampainya di rumah beliau menanyakan kepada Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Aisyah ra menjelaskan bahwa memang benar ada yang mencarinya, tetapi karena tidak menunggu, ia segera kembali ke Yaman karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa orang itu penghuni langit. Nabi menceritakan kepada para sahabatnya, "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya."
Nabi pun menyarankan para sahabatnya ketika bertemu dengan Uwais Al-Qarni, "Apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan bumi."
Suatu ketika di musim haji, jauh setelah Rasulullah SAW wafat, Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, dia bertanya-tanya kepada jamaah haji siapa yang mengenal Uwais Al-Qarni.
Umar : "Adakah di antara kalian Uwais Al Qarni?"
Jamaah Haji: "Tidak."
Umar : "Bagaimana bisa kalian meninggalkanya?"
Mereka (jamaah haji) menjawab tanpa mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni.
Jamaah Haji: "Kami meninggalkannya karena dia tidak punya harta, pakaiannya usang."
Umar : "Celakalah kalian! Sesungguhnya Nabi telah menceritakan tentang dia. Kemudian beliau bersabda kepada saya, "Jika engkau sempat bertemu dengannya dan minta didoakan ampunan, maka lakukanlah."
Setiap musim haji tiba, Umar terus mencari dan menunggu Uwais Al Qarni. Sampai suatu hari, tanpa sengaja Umar bertemu dengan seorang haji dari Yaman. Umar ingin mencari kepastian apakah yang ditemuinya itu adalah Uwais Al-Qarni.
Umar : "Siapa namamu?"
Uwais : "Uwais."
Umar : "Berasal dari mana?"
Uwais : "Dari Qarn."
Umar : "Dari kabilah apa?"
Uwais : "Kabilah Murad."
Umar : "Bagaimana kabar ayahmu?"
Uwais : "Saya hidup bersama ibu, sedangkan ayah saya sudah lama meninggal."
Umar : "Bagaimana keadaan bersama ibumu?"
Uwais : "Saya harap semoga saya menjadi anak yang berbakti."
Umar : "Apakah engkau pernah sakit?"
Uwais : "Ya. Saya sakit kusta, lalu berdoa kepada Allah agar menyembuhkan penyakit saya, dan saya sembuh."
Umar : "Apakah ada suatu bekas sakitmu dulu?"
Uwais : "Ya, ada bekasnnya di lengan saya seperti uang dirham."
Uwais menunjukkan lengannya itu. Ketika Umar menyaksikan tanda itu, dia langsung memeluknya dan berkata.
Umar: "Engkaulah orangnya yang diceritakan Nabi dan kucari-cari selama ini. Berdoalah dan mintakanlah saya ampunan dari Allah."
Uwais : "Wahai Amirul Mukminiin, apakah saya harus memohon supaya engkau diampuni?"
Umar : "Benar."
Umar terus memintanya dan akhirnya dia didoakan. Kemudian, Umar menanyakan tujuan Uwais setelah melaksanakan ibadah haji.
Uwais : "Saya akan pergi ke Murad menemui penduduk Yaman, lalu ke Irak."
Umar : "Bagaimana kalau saya menuliskan surat tentang dirimu untuk gubernur Irak."
Uwais : "Demi Allah, saya bersumpah. Jangan sampai engkau melakukan itu wahai Amirul Mukminin!". Biarkan saya berjalan di tengah-tengah orang-orang seperti orang asing, sebagaimana orang lain."Rol
No comments:
Post a Comment