Seberapa Panas Matahari Menjelang Kiamat?
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Iżasy-syamsu kuwwirat.
Apabila matahari digulung, (QS At-Takwir Ayat 1)
Matahari digulung dalam ayat tersebut bermakna makin meredup hingga kehilangan cahayanya. Hilangnya cahaya Matahari bisa diakibatkan oleh debu yang menutupi angkasa, bisa juga akibat benturan benda jatuh antariksa.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُۙ
Wa jumi‘asy-syamsu wal-qamar(u).
serta matahari dan bulan dikumpulkan, (QS Al-Qiyamah Ayat 9)
Matahari dan bulan dikumpulkan, mengindikasikan adanya evolusi matahari yang dipercepat sehingga matahari menjadi bintang raksasa merah yang mungkin mencaplok planet-planet di dekatnya, termasuk bulan dan bumi.
Menurut teori evolusi bintang..
Menurut teori evolusi bintang, matahari akan membesar menjadi bintang raksasa merah menjelang kematiannya. Saat itu matahari bersinar sedemikian terang, membuat laut mendidih dan kering, batuan meleleh, dan kehidupan akan punah.
Matahari akan terus membesar hingga planet-planet di sekitarnya seperti Merkurius, Venus, Bumi dan Bulan, serta Mars, masuk ke dalam bola gas matahari. Barangkali kejadian inilah yang diisyaratkan di dalam Alquran pada Surah al-Qiyamah Ayat 7 sampai 9. Sebagai bersatunya matahari dan bulan.
Kita tidak bisa bicara tentang rentang waktu tibanya peristiwa matahari membesar ini sampai kehancuran total alam semesta. Walaupun secara teoritis dapat diperkirakan kapan matahari akan menjadi membesar atau menjadi bintang raksasa merah, sekitar 5 miliar tahun lagi, tetapi kepastian tentang saat kehancuran hanya Allah yang tahu.
Sudah menjadi isyarat Alquran bahwa matahari dan kiamat merupakan sesuatu yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
Pada akhir abad 20, kemajuan pemahaman manusia tentang fenomena kelahiran dan kematian bintang telah berkembang dengan pesat. Jejak perubahan fisik bintang dalam evolusi bintang, dari kelahirannya hingga kematiannya, dapat dipahami melalui teori evolusi bintang. Implikasi pengetahuan itu juga dapat mengajak manusia untuk menerawang masa depan matahari, menerawang saat-saat akhir hayatnya.
Saat ini diketahui bahwa matahari tidak berhenti memancarkan energi radiasi. Energi ini diperlukan untuk menopang kehidupan dalam biosfer planet bumi. Apakah kondisi yang relatif nyaman saat ini akan berlangsung abadi ataukah akan berakhir pada suatu waktu? Berapa lama lagi kondisi nyaman dapat bertahan? Bisakah manusia memahami fenomena ini dengan baik melalui ilmu pengetahuan astronomi?
Pada saat matahari menjadi bintang raksasa merah, kemungkinan besar koloni kehidupan di bumi tidak lagi sanggup menerima panas matahari, dan bumi tidak lagi nyaman seperti sekarang. Fenomena mendidihnya air laut sebagai indikator kiamat dapat dimengerti bahwa suatu saat ketika matahari berubah bentuk menjadi bintang raksasa merah, permukaan matahari yang panas bisa mencapai bumi.
Api kiamat dikirim dari permukaan matahari yang kini masih berada pada jarak yang jauh, lebih dari 125 juta kilometer, saat itu mungkin akan ditempuh dengan waktu yang singkat.
Matahari bisa berjumpa dengan bulan dan menelannya. Mungkin matahari sempat padam sejenak saat bagian luarnya mengelupas, lalu energinya diubah menjadi radiasi inframerah, seperti halnya banyaknya bintang yang sekarat hanya tampak atau terdeteksi dalam panjang gelombang inframerah. Saat itu angkasa bumi akan mengelupas, atau pemandangan ke arah langit terbelah. Tak ada lagi pemandangan langit biru, yang ada hanya pemandangan api plasma matahari.
Oleh karenanya, tak ada lagi meteor yang hancur, meteoroid yang tertumbuk bumi bisa jadi masih utuh dan banyak. Bumi akhirnya juga hancur bersama gunung-gunung menjadi atom-atom karena panasnya. Seperti halnya matahari, bintang-bintang lain dalam galaksi pun akan terus berevolusi mencapai titik akhir dan akhirnya padam.
No comments:
Post a Comment