3 Kota yang Dinamakan Gaza, Asal Usul, dan Kerinduan Mendalam Imam Syafi'i
Namun orang Arab masih menyebutnya Gazzah (Gaza) atau Gazzah Hasyim yang merujuk pada kakek Rasulullah SAW “Hasyim bin Abdul Manaf” yang meninggal di sana, dan di sanalah Imam Syafi'i, salah satu dari empat imam yang paling tekun dalam Islam, pendiri mazhab Islam yang terkenal, dilahirkan, yang mengatakan tentang hal itu:
وإني لمشـتـاق إلى أرض غـــزة
وإن خانني بعـد التفــرقِ كتمـاني
سقى الله أرضا لو ظفرت بتربها
كحَّلْتُ بها من شدة الشوق أجفاني
Sungguh aku merindukan bumi Gaza, meski jauhnya perpisahan yang tersejumbunyi mengkhianatiku
Allah menyiram bumi, jika aku mendapatkan debunya, niscaya kupergunakan untuk bercelak, sebab kuatnya kerinduan yang menyiksaku
Adapun orang Ibrani menyebutnya “Azza” dengan huruf 'ain atau hamzah, bukan ghain. Al-Arif dalam kitabnya berjudul Tarikh Ghazzah, menyatakan bahwa Bangsa Kanaan menyebutnya “Hazati”, sedangkan bangsa Mesir kuno menyebutnya “Gazato” atau “Gadatu”.
Arif menyebutkan bahwa leksikon Yunani menyatakan bahwa kota ini memiliki beberapa nama di era yang berbeda, termasuk: “Ioni”, ‘Minoa’ dan ‘Constantia’, dan Tentara Salib menyebutnya ‘Gadris’. Orang Turki menyebutnya: Gaza.
Arti Gaza
Eusebius dari Kaisarea, yang disebut sebagai “bapak sejarah gerejawi”, yang hidup pada abad keempat Masehi, mengatakan bahwa “Gaza” berarti kebanggaan, kekebalan, dan kekuatan. Pendapat yang sama diutarakan William Smith dalam Kamus Perjanjian Lama, sebagaimana diutarakan Al-Arif.
Pengusung pendapat ini mengaitkan alasannya dengan banyaknya peperangan yang terjadi di dalam dan di sekitar kota, di mana Gaza bertahan menghadapi keteguhan para tiran.
Ada juga yang mengatakan bahwa kata ini berarti perbendaharaan, atau kekayaan, dan mereka menghubungkannya dengan asal-usul Persia. Di antara pengusung pendapat ini adalah Sophronius, penulis Kamus Perjanjian Baru yang diterbitkan di Aleksandria pada 1910.
Sophronius mengatakan “Gaza” adalah kata Persia yang berarti harta kerajaan, sebuah makna yang tidak jauh berbeda dengan mereka yang mengatakan bahwa ‘Gaza’ adalah kata Yunani yang berarti kekayaan atau perbendaharaan.
Kelompok membenarkan pendapatnya dengan sebuah kisah dalam buku-buku sejarah bahwa seorang raja Persia mengubur hartanya di Gaza dan lantas raib, kemudian kembali ke sana dan menemukannya di sana seperti semula. Dikatakan bahwa kisah ini terulang kembali pada era Romawi.
Dalam kamus-kamus bahasa Arab disebutkan: “Ghazza fulan bi fulan artinya dia mengkhususkan dia dari kalangan sahabat-sahabatnya, ini adalah makna yang disebutkan oleh Al-Hamawi dalam kamusnya ketika berbicara tentang kota Gaza.
Al-'Arif menjelaskan maknanya dengan mengatakan: Artinya, orang-orang yang membangun Gaza mengkhususkannya di antara lokasi-lokasi lain di Laut Tengah.
Yaqut al-Hamawi juga menyebutkan bahwa “Gaza” adalah nama istri Tirus, yang membangun kota Tirus di Fenisia, yang sekarang terletak di Lebanon.
Sejarawan Al-Maqdisi, Arif al-Arif, dalam bukunya Tarikh Ghazza mendukung pendapat pertama dan melemahkan pendapat lainnya, karena Gaza disebut dengan nama ini jauh sebelum Persia, Yunani, dan Romawi mendudukinya, dan sebelum raja ini atau raja itu menguburkan hartanya di sana.
Tiga kota bernama Gaza
Arif Al-Arif menyebutkan bahwa ada tiga kota di muka bumi yang dinamai dengan nama ini, dan dalam ensiklopedia “Maajam Al-Baladan” oleh penulis dan pengembara Yaqut Al-Hamawi, kita menemukan tiga kota yang dikenal dengan nama ini di wilayah ini, yang pertama di Jazirah Arab, yang dibicarakan oleh Al-Akhtal dalam sajaknya.
Yang kedua adalah sebuah negara di “Afrika”, yang merupakan nama lama Tunisia, dan al-Hamawi mengatakan bahwa antara kota ini dan Kairouan terdapat perjalanan selama tiga hari, dan kafilah-kafilah yang melakukan perjalanan ke Aljazair turun di sana.
Gaza yang paling terkenal sepanjang sejarah adalah Gaza di Palestina, dan al-Hamawi menggambarkan lokasinya sebagai “sebuah kota di ujung Levant dari sisi Mesir, yang merupakan salah satu distrik Palestina di sebelah barat Ashkelon.”ROl
No comments:
Post a Comment