Hubal, Sosok Berhala yang Dianggap Dewa Bulan

Hubal, Sosok Berhala...
Hubal, sosok berhala yang dianggap dewa bulan. Ilustrasi: Ist
Hubal, sosok berhala yang dianggap dewa bulan. Dia merupakan salah satu dari 360 patung yang ada di sekitar Kakbah ketika Nabi Muhammad SAW menaklukkan Makkah dan menghancurkan semua berhala.

Dr Abdul Aziz MA dalam bukunya berjudul "Chiefdom Madinah: Kerucut Kekuasaan pada Zaman Awal Islam" menyebut berhala Hubal menempati posisi tinggi di kalangan Quraisy , melebihi patung lain. Melalui Hubal, mereka memohon keberkahan dan terhindar dari petaka.

Di depan Hubal pula mereka mengundi nasib atau mencari tahu keabsahan keturunan seseorang. Berhala ini dihormati oleh hampir semua kabilah Arab. Orang-orang yang beribadah kepada Hubal membaca talbiyah yang berbunyi:

Kami memenuhi panggilanmu Ya Allah
Sesungguhnya kami (hanyalah) debu
Engkau haramkan kami gunakan anak panah (berperang)
(Tapi) manusia menghalangi kami mencapai kemenangan (itu)

Pelopor

Pada masa pra-Islam, orang Arab mulanya memeluk agama Ibrahim , yakni agama tauhid . Mereka berhaji ke Rumah-Nya, mengagungkan tanah dan bulan-bulan suci-Nya. Namun, seperti juga manusia lain, mereka menyimpang dari ajaran tersebut dan kemudian menyembah banyak tuhan dalam wujud patung.

Orang yang dianggap sebagai pelopor pertama penyembahan patung di kalangan orang Arab adalah Amr bin Luhay al-Khuza'i yang pernah berkuasa atas Kakbah di Makkah.

Suatu ketika Amr menderita sakit, dan seseorang memberi tahu dirinya bahwa penyakit itu akan sembuh bila ia pergi mandi ke tempat pemandian di daerah bernama Balqa di Syria yang kala itu dihuni kaum Amalik.

Amr pun pergi ke sana, lalu mandi dan kemudian sehat. Di sana, Amr menyaksikan penduduk daerah itu menyembah patung, lalu dia meminta dan diberikanlah kepadanya sebuah patung bernama Hubal.

Setelah kembali ke Makkah, ia menegakkan patung itu di Kakbah, dan ia pun membagikan patung-patung lainnya kepada banyak kalangan suku Arab. Sejak saat itulah penyembahan patung bermula.

Seorang ahli tentang berhala bernama Ibnu al-Kalabi meriwayatkan bahwa patung Hubal, berbentuk manusia yang tangan kanannya patah. Tidak ada penjelasan dari para ahli terkait patahnya tangan kanan patung Hubal, kecuali bahwa ketika hal ini diketahui oleh orang Quraisy, mereka lalu membuatkannya tangan baru yang terbuat dari emas.

Patung itu sendiri dipahat dari bahan batu (akik) merah atau merah ros. Dari keindahan pembuatan dan kehalusan pahatannya, patung ini diperkirakan dibuat oleh orang Syria atau seniman Yunani, diimpor Amr bin Luhay dari sana lalu ditegakkan di tengah Kakbah.

Penganut Politeisme

Hoyland, sebagaimana dikutip Abdul Aziz, memperkirakan bahwa hingga sekitar abad ke-4 M, penduduk Arabia adalah para penganut politeisme (syirk).

Di selatan, tuhan yang sangat populer adalah “Astar, kadang disebut “Asyrar—tetapi setiap kelompok masyarakat memiliki tuhan sendiri sebagai patron, seperti Almaqah untuk orang Saba-i, atau Wadd untuk orang Mina-i.

Di utara, selain Asyrar, artinya “Penguasa Syara”, yaitu gugusan pegunungan yang melintasi Petra, pusar Kerajaan Nabatea, tuhan yang populer di Petra antara lain al-Uzza.

Sedangkan di Gurun Syria dan Hauran terkenal tuhan al-Lit, sementara di wilayah Hijaz, Hubal dan Manat adalah tuhan yang populer.

Sebuah prasasti dari tahun 132 M menyebut nama Shay' al-Qawm (Penjaga Rakyat) sebagai tuhan pemelihara orang-orang yang pergi jauh dari rumah.

Hanya saja, orientalis Ernest Renan berpendapat pada dasarnya orang Arab adalah kaum monoteis, dan agama mereka adalah agama tauhid.

Penilaian ini didasarkan pada analisisnya mengenai tuhan sesembahan kaum Semit. Renan menduga kaum Semit menyembah Tuhan Yang Esa.

Abdul Aziz mengatakan apa pun pendapat para ahli, pada masa menjelang kedatangan Islam (masa jahiliyah), pada akhirnya orang Arab digambarkan menganut beragam agama dan kepercayaan. Di antara mereka ada yang mengimani Allah dan ke-Esa-an-Nya.

Ada pula yang beriman kepada Allah, dan sekaligus menyembah berhala dengan keyakinan bahwa berhala-berhala itu mendekatkan mereka kepada Allah. Tetapi ada juga yang semata-mata menyembah berhala, menganggapnya sebagai pemberi manfaat sekaligus pembawa mudarat.

Di antara mereka ada yang memeluk agama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagian mereka tidak menentukan sikap, dan karena itu tidak mengimani apa pun. Ada juga yang mengingkari keberadaan tuhan. Sebagian lagi meyakini hukum tuhan hanya berlaku dalam kehidupan di dunia dan tak ada kehidupan apa pun lagi setelah mati, sehingga tak ada pengadilan (hisab), tak ada kebangkitan dan tak ada kitab (penetapan hukum baik atau buruk). Sebagian mereka beriman kepada roh-roh, atau menyembah benda langit terutama matahari, bulan dan bintang Zahra.

Namun demikian, penyembahan kepada berhala merupakan tradisi keagamaan yang paling tersebar luas di kalangan orang Arab pada masa jahiliah. Demikian tersebarnya sehingga setiap rumah memiliki berhala yang disembah oleh semua penghuninya.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: