Jeniusnya Jabir Ibn Aflah, Ilmuwan Muslim yang Merevisi Sistem Tata Surya

Saintis asal Sevilla itu menunjukkan kesalahan sistem planet milik Ptolemeus. Red: A.Syalaby Ichsan Jabir Ibn Aflah
Foto: Ist
Jabir Ibn Aflah
Para ilmuwan Muslim era kejayaan berhasil membangun dasar keilmuan yang sangat membanggakan. Salah satu tokoh yang terlibat secara intens dalam kegiatan ini adalah astronom bernama Jabir ibn Aflah.Dia meneliti dan mengoreksi pemikiran Ptolemeus, cendekiawan Yunani yang legendaris. Termasuk di dalamnya risalah Ptolemeus yang sangat terkenal, Almagest, dijadikan objek kajiannya. Seperti diketahui, naskah ilmiah itu begitu berpengaruh bagi pembentukan ilmu astronomi Islam sepanjang abad pertengahan.

Almagest diterjemahkan ke dalam bahasa Arab sejak awal abad 9. Buku itu memberikan pijakan kuat bagi pengembangan perhitungan matematika-astronomi di dunia Islam.

Jabir yang lahir tahun 1.100 telah tertarik pada buku itu sehingga mendorongnya melakukan observasi lanjutan. Kerja ilmiahnya dituangkan dalam buku Islah al Majisi (Koreksi terhadap Almagest). Pada beberapa bagian, ia memang mengoreksi pandangan, perhitungan, dan teori Ptolemeus terkait fenomena benda-benda angkasa.

Saintis asal Sevilla itu menunjukkan kesalahan sistem planet milik Ptolemeus dan memperbaikinya. Ini terkait letak dua planet kecil di tata surya, yakni venus dan merkurius. Ptolemeus menempatkan kedua planet tadi berada di antara matahari dan bulan.

Menurut Ptolemeus, venus dan merkurius tidak terdapat pada  jalur lintasan planet yang mengelilingi matahari. Itulah mengapa sulit melihat kedua planet berada di depan matahari. Teori ini diragukan keakuratannya oleh Jabir.

Dia pun menempatkan venus serta merkurius lebih dekat ke bumi daripada ke matahari. Para sejarawan sains mencatat ini merupakan kritik pertama terhadap Ptolemeus dari ilmuwan Muslim asal Andalusia (Barat).

photo
Sebuah asteroid langka yang mengorbit dalam tata surya telah ditemukan oleh kamera survei yang berbasis di Palomar Observatory. - (Caltech via space news feed)

Pada bagian lain, ia menilai sejumlah perhitungan maupun rumus dasar matematika astronomi dari ilmuwan Yunani itu perlu dikaji kembali. Jabir sejatinya juga dikenal sebagai seorang matematikawan andal. Dalam karyanya, ia membahas secara akurat mengenai perhitungan trigonometri.

Sistem ini digunakan pada kajian astronomi guna menentukan jarak dan letak sebuah planet atau benda angkasa secara lebih tepat. Maka itulah, ia memakai bentuk lingkaran trigonometri menggantikan teorema Menaleus yang muncul beberapa dekade sebelumnya.

Tak hanya itu, ia memelopori penyusunan formula cos B = cos b sin A, cos C = cos A cos B yang diterapkan pada segitiga siku-siku. Jabir juga mengedepankan pemikirannya yang dinamakan ‘Rule of the Four Magnitudes’.

Seperti dijelaskan Emilio Calvo dalam artikel berjudul Jabir ibn Aflah, astronom Muslim ini berpandangan bahwa empat elemen, antara lain ruang, waktu, dimensi, dan jarak punya kedudukan penting pada perhitungan astronomi. Ini bisa dikalkulasi melalui metode angka serta tabel.

 

Kalkulator astronomi.. 

Dari situlah, ia dan beberapa astronom terkemuka lain bekerja memperbaiki sistem parameter dan model tata surya Ptolemeus. Jabir menyempurnakan model instrumen angkasa yang disebut tarquetum.

Fungsinya untuk mengukur koordinat maupun gerakan benda-benda langit. Richard P Lorch dalam buku The Astronomical Instruments of Jabir ibn Aflah, mengatakan, tarquetum berhasil menggabungkan model tata surya Ptolemeus dan fungsi astrolabe.

Peralatan itu ditemukan oleh ilmuwan Barat, Bernard dari Verdum dan Franco dari Polandia pada abad 13, serta segera menarik perhatian kalangan saintis Barat. Tarquetum turut melingkupi tiga unsur koordinat  angkasa, garis lintang, ekuator, serta sudut ekliptik.

Jadi, papar Paul M Ribsky pada buku Important Astronomers, Their Instrument and Discoveries, alat itu bisa dikatakan sebagai kalkulator astronomi. Kegunaan lain adalah untuk menemukan posisi komet. Seperti disebutkan pada buku Cometary Theory in Fifteen Century, Jane L Jervis menilai, tarquetum yang dikembangkan Jabir merupakan alat pertama untuk mengobservasi komet maupun meteor. 

Pengaruh dari instrumen tadi begitu besar bagi kemajuan ranah astrnomi di dunia Islam. Hingga pada abad 13, observatorium terkemuka, Maragha, melengkapi fasilitas penelitiannya dengan alat tersebut. Beberapa astronom terkenal semisal Nasir al Din al Tusi tercatat pernah pula memanfaatkan tarquetum.  

Dalam buku History of Science, George Sarton memuji keahlian Jabir pada lingkup kajian astronomi Islam. Ia tidak hanya memperbaiki kesalahan Ptolemeus, tetapi juga membuka pintu bagi pengembangan matematika astronomi modern di era berikutnya.  

Karya serta pemikiran Jabir ibn Aflah terus menjadi rujukan berharga baik di Timur dan Barat. Pada tahun 1229, di Damaskus, dilakukan penulisan ulang teks Islah al Majisi. Saat ini, buku Islah al Majisi masih disimpan di perpustakaan Berlin, Jerman. Ilmuwan asal Persia, Qutb al Din al Shirazi, kemudian membuat kesimpulan dari risalah tersebut.

Tradisi astronomi bangsa Yahudi banyak mengutip pandangan ilmiah dari Jabir. Ini dimulai oleh Moshe ben Tibbon, astronom dari tahun 1274. Sementara itu, Samuel ben Yehuda di Merseilles menerjemahkan karya Jabir ke bahasa Yahudi.

Dari buku berbahasa Yahudi inilah, pemikiran Jabir berkembang luas di daratan Eropa. Namanya dikenang dalam tinta emas sejarah kejayaan peradaban Islam serta tertera pada deretan ilmuwan Muslim yang berpengaruh pada bidang sains dan pengetahuan. Rol

No comments: