Karamah Syuhada, Jasadnya Dijaga Kawanan Lebah
Berangkatlah para sahabat ini, sesuai dengan penugasan dari Nabi SAW. Di rute yang menuju Makkah, keenam sahabat tersebut dicegat kelompok Bani Hudzail. Orang-orang kabilah itu sudah terhasut oleh Quraisy sehingga memusuhi Rasulullah SAW.
Tim Ashim bin Tsabit dikepung sekira 100 orang pasukan Bani Hudzail. “Kalian tidak akan mampu melawan kami!” seru kaum kafir itu.
Sejenak, Ashim menoleh pada kawan-kawannya. Para sahabat itu memahami isyarat ini. “Demi Allah, kita akan terus berjuang,” kata mereka kepada sang komandan tim.
Maka dengan berucap takbir, Ashim pun memimpin kelima kawannya itu. Dalam kontak senjata itu, orang-orang Hudzail unggul dalam kuantitas. Bagaimanapun, kaum musyrik itu tetap saja kerepotan oleh kehebatan dan ketangguhan para Muslimin ini.
Di tengah pertempuran, Ashim menggumamkan doa, “Wahai Allah, aku memelihara agama-Mu dan bertempur karenanya. Maka lindungilah jasadku. Jangan biarkan seorang pun dari musuh-musuh-Mu menjamah.”
Tiga orang sahabat Nabi SAW gugur. Adapun ketiga orang lainnya ditawan oleh kabilah kafir ini. Awalnya, para pemuka Hudzail tidak mengetahui bahwa di antara para korban adalah Ashim bin Tsabit. Begitu menyadari hal tersebut, mereka girang bukan kepalang. Teringat pada sayembara yang diadakan si wanita musyrik, Sulafah binti Sa’ad.
Seorang dari kelompok itu lalu dikirim ke Makkah guna menemui langsung Sulafah. Beberapa waktu kemudian, utusan itu datang lagi ke lokasi untuk mengabarkan, wanita tersebut ingin mereka membawa kepala Ashim kepadanya sebagai bukti.
Langsung saja, pemimpin kaum Hudzail menyuruh para bawahannya untuk memisahkan kepala Ashim dari jasad. Namun, Allah berkehendak. Tiba-tiba, ratusan lebah berdatangan dan menghalangi mereka. Orang-orang musyrik itu pun terhalang dari jenazah sang syuhada.
Ketika mereka hendak menghampiri tubuh Ashim yang telah menjadi mayat, serangga itu terbang menyerang. Banyak di antaranya yang menggigiti muka, mata, dan kening mereka. Berulang kali mencoba, sia-sia upaya mereka.
“Biarkanlah dahulu sampai malam. Biasanya bila malam, mereka terbang menjauh,” kata seseorang.
Mereka pun menanti hingga lewat tengah malam. Saat orang-orang musyrik itu hendak meraih jenazah Ashim, tiba-tiba hujan turun dengan amat deras. Kilat dan petir juga sahut-bersahutan.
Dengan cepat, air banjir mengalir dari tebing-tebing, memenuhi sungai-sungai, dan menutup permukaan lembah tempat jenazah sang syahid berada. Usai waktu subuh, kaum Hudzail kembali mencari tubuh Ashim di segala penjuru. Namun, usaha mereka sia-sia.
Rupanya banjir telah menghanyutkan mayat Ashim tanpa diketahui ke mana perginya. Allah SWT memperkenankan doa sang sahabat Nabi SAW. Jenazahnya tidak disentuh tangan-tangan kotor kaum kafir. Rol
No comments:
Post a Comment