Kaum Yahudi Mengenal Ciri-Ciri Rasulullah Bagai Anak Sendiri
اَلَّذِيۡنَ اٰتَيۡنٰهُمُ الۡكِتٰبَ يَعۡرِفُوۡنَهٗ كَمَا يَعۡرِفُوۡنَ اَبۡنَآءَهُمۡؕ وَاِنَّ فَرِيۡقًا مِّنۡهُمۡ لَيَكۡتُمُوۡنَ الۡحَـقَّ وَهُمۡ يَعۡلَمُوۡنَ
“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui(nya).” (QS al-Baqarah: 146).
اَ لَّذِيۡنَ اٰتَيۡنٰهُمُ الۡـكِتٰبَ يَعۡرِفُوۡنَهٗ كَمَا يَعۡرِفُوۡنَ اَبۡنَآءَهُمُۘ اَ لَّذِيۡنَ خَسِرُوۡۤا اَنۡفُسَهُمۡ فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ
“Orang-orang yang telah Kami berikan Kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah)” (QS al-An’am: 20).
Fakhruddin ar-Razi di dalam kitab Mafatih Al-Ghaib menuturkan, pada suatu ketika Umar bin Khattab bertanya tentang sosok Nabi Muhammad SAW kepada Abdullah bin Salam, yang dahulunya pernah menjadi pemuka agama Yahudi.
Abdullah bin Salam pun menjawab, “Saya lebih mengenal sosok Muhammad ketimbang anak saya sendiri.”
"Bagaimana itu bisa terjadi?”
Abdullah menimpali, ”Sebab, saya sama sekali tidak pernah meragukan bahwa Muhammad memang seorang nabi utusan Allah. Adapun anak saya sendiri, saya tidak tahu apakah itu benar darah daging saya sendiri atau bukan.”
Mendengar itu, Umar merasa bangga. Sejarah mencatat, Abdullah bin Salam adalah seorang yang wafat dalam keadaan Muslim dan termasuk sahabat Nabi SAW.
Begitu keras upaya ...
Begitu keras upaya kaum Ahli Kitab dalam menyembunyikan berita tentang kedatangan Rasulullah SAW sebagai utusan Allah yang terakhir itu. Padahal, Taurat atau Kitab Perjanjian Lama telah mencantumkan petunjuk tentang kenabian beliau.
Misalnya, dalam Kitab Ulangan (33:2)—bagian dari Perjanjian Lama—disebutkan bahwa “Tuhan telah datang dari Tursina dan telah terbit bagi mereka dari Seir dan kelihatan ia dengan gemerlapan cahaya-Nya dari Gunung Paran.”
Teks itu sesungguhnya berbicara tentang kedatangan risalah Islam yang berpancar dari Makkah. Sebab, Gunung Paran menurut Kitab Kejadian (21:21) dalam Perjanjian Lama, adalah tempat Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim AS memperoleh air (Zamzam).
Dengan demikian, yang tercantum dalam Kitab Ulangan itu mengisyaratkan tempat terpancarnya ajaran Allah yang dibawa oleh nabi, yang datang dari tempat Nabi Ismail AS dan ibundanya mendapatkan air Zamzam.
Siapakah nabi yang datang dari Gunung Paran membawa ajaran Illahi itu? Adakah selain Nabi Muhammad SAW? Faktanya, sejarah membuktikan bahwa hanya Nabi Muhammad SAW sendiri.
Bahkan, kalangan Yahudi pun sebelum diutusnya jauh Nabi Muhammad SAW sudah menyebut-nyebut sosok beliau. Dikisahkan, seorang Yahudi yang ahli sejarah pernah berkata kepada perwakilan dua suku besar di Yastrib (Madinah), Aus dan Khazraj.
Katanya, “Seorang nabi akan diutus tidak lama lagi. Kami akan mengikutinya dalam menumpas kalian, selayaknya kalian adalah kaum Ad dan Iram.”
Itulah alasannya, banyak kabilah Yahudi sesudah mengalami pengusiran dari al-Quds (Yerusalem) oleh bangsa Romawi memilih pindah ke Tanah Arab. Tepatnya, mereka hijrah ke Yastrib. Sebab, para rabi mengetahui bahwa kelak Allah akan memunculkan sang nabi akhir zaman di kota itu.
Nyatanya, ketika Rasulullah SAW akhirnya benar-benar tinggal di Madinah, kebanyakan Yahudi justru enggan taat. Bahkan, mereka menjadi musuh dalam selimut yang kerap mengganggu ketenteraman. Hal itu terjadi lantaran, orang-orang Yahudi merasa dengki bahwa utusan Allah yang terakhir berasal dari Bani Ismail, bukan Bani Israil seperti halnya mereka.Rol
No comments:
Post a Comment