Ketika Anak Pejabat tak Bisa Kabur dari Hukuman

Umar bin Khattab memberikan contoh keadilan hukum, termasuk pada anak pejabat. Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa Umar bin Khattab (ilustrasi).
Foto: Republika
Umar bin Khattab (ilustrasi).
 Islam mengajarkan bahwa hukum mesti ditegakkan secara adil. Tidak boleh hukuman tajam untuk kalangan biasa, tetapi tumpul di hadapan penguasa.

Dahulu, pada zaman khaligah Umar bin Khattab, Mesir termasuk wilayah daulah Islam. Gubernur setempat adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yakni Amr bin Ash.

Suatu ketika, ada lomba pacuan kuda di Mesir. Pada babak final, pertandingan memperhadapkan dua peserta. Seorang di antaranya adalah warga muda biasa yang berasal dari kalangan Kristen Koptik. Peserta lainnya bernama Muhammad, yang adalah putra Amr bin Ash.

Dalam perlombaan, pemuda Kristen Koptik itu berhasil mengungguli Muhammad bin Amr. Karena kesal, putra gubernur Mesir itu lantas memukul punggung lawannya itu dengan cemeti. Katanya, “Khuz ha. Wa ana ibnu 'l-akramin." (Rasakan! Biar kamu tahu bahwa aku ini adalah anak pejabat!)

Pemuda Kristen Koptik itu tidak terima. Berangkatlah ia ke Madinah untuk mengadukan persoalannya kepada khalifah Umar bin Khattab.

Mendengar pengaduan itu, sahabat Nabi yang bergelar al-Faruq itu segera memanggil gubernur Mesir, Amr bin Ash, dan putranya. Beberapa waktu kemudian, datanglah bapak dan anak itu ke Madinah.

Umar bin Khattab menyerahkan tongkatnya kepada si pemuda Kristen Koptik. "Ambil tongkat ini. Sekarang, balaslah putra gubernur Mesir ini dengan kau memukulnya," perintah sang khalifah.

Pemuda Kristen Koptik itu melakukan apa-apa yang diinstruksikan. Sudah puas membalas pukulan, anak muda ini pun mengembalikan tongkat tadi kepada Umar.

Tak disangka-sangka, sang khalifah menolaknya. "Jangan kau buru-buru kembalikan. Sekarang, pukul ayahnya anak ini!" perintah Umar.

Maksudnya, sang amirul mukminin ingin agar si pemuda Kristen Koptik juga memukul bapaknya Muhammad, yakni gubernur Mesir, Amr bin Ash.

"Demi Allah, anaknya memukulmu adalah karena jabatan orang tuanya ini," ujar Umar bin Khattab lagi.

Pemuda Kristen Koptik itu berkata, “Sudah, Ya Amirul Mukminin. Saya sudah puas dan menerima hak saya.”

Kemudian, Umar menoleh kepada Amr bin Ash seraya berkata, “Hai, Amr! Sejak kapan engkau memperbudak orang-orang, padahal mereka dilahirkan ibunya dalam keadaan merdeka?”

Kepada pemuda Kristen Koptik itu, sang amirul mukminin berkata, "Pulanglah dengan tenang! Jika ada sesuatu yang terjadi padamu, segera kirimkan surat kepadaku.”

Ketegasan Umar al-Faruq tidak hanya menyasar orang lain. Anaknya sendiri pun dihukum dengan sangat tegas kala berbuat salah.

Dikisahkan, putra Umar bin Khattab yang bernama Abdurrahman dicambuk karena terbukti mabuk minum minuman keras dan mengganggu orang-orang.

Sesudah algojo mencambuk Abdurrahman, Umar melanjutkan eksekusi tersebut atas anaknya sendiri.

"Kebinasaan orang-orang sebelum kalian adalah karena tidak mau menindak tegas kalangan terhormat yang mencuri, tetapi langsung menghukum orang lemah,” kata Umar bin Khattab berkali-kali, sembari tangannya tetap mencambuk keras tubuh putranya.Rol

No comments: