Kisah Mukjizat Nabi Muhammad, Hujan Turun Hapus Kekeringan
Di antaranya adalah kisah ketika Nabi Muhammad SAW masih anak-anak. Dalam usia itu, beliau sudah menunjukan tanda-tanda kenabian.
Pada suatu ketika, Makkah dilanda kekeringan. Ibnu Asakir men-takhrij dari Julhumah bin Arfathah, ia berkata, "Ketika aku tiba di Makkah, orang-orang sedang dilanda musim paceklik. Kaum Quraisy berkata, 'wahai Abu Thalib, negeri ini sedang kekeringan dan kemiskinan melanda. Marilah kita berdoa meminta hujan.'"
Ketika itu, Abu Thalib sebagai pemuka Quraisy keluar untuk menuju Baitullah, Ka'bah. Ia bersama seorang anak kecil yang ke manapun melangkah, gumpalan awan selalu menaunginya.
Di sekitar Abu Thalib juga ada beberapa anak kecil lainnya. Abu Thalib memegang tangan keponakannya itu. Kemudian, anak lelaki ini dimintanya duduk dan bersandar pada dinding Kabah.
Ajaib, langit yang tadinya bersih, kini tiba-tiba meredup. Matahari seakan bersembunyi di balik awan gemawan.
Awan mendung pun datang. Kemudian, langit menurunkan hujan yang sangat deras, sehingga lembah-lembah terairi dan orang-orang menjadi bersuka cita.
Abu Thalib mengenang peristiwa ini dalam syair yang sering dibacakannya, "Putih berseri meminta hujan dengan wajahnya, penolong anak yatim dan pelindung wanita janda."
Anak kecil yang dibawa Abu Thalib adalah Muhammad SAW. Keponakannya itu sejak kecil sudah menampakan tanda-tanda kenabian.
Dalam riwayat lain, ada pula peristiwa yang berbeda tentang kedatangan awan hujan lantaran doa Nabi Muhammad SAW. Waktu itu, beliau sudah diangkat menjadi utusan Allah.
Rasulullah SAW pernah melaksanakan sholat istisqa, yakni ibadah sunah yang dilaksanakan untuk meminta kepada Allah SWT agar hujan turun.
Dikisahkan, Nabi Muhammad SAW memerintahkan semua kaum Muslimin untuk mengikutinya, termasuk para perempuan yang sedang haid. Beliau dan Muslimin melakukan sholat minta hujan. Sebelum doa selesai, mendung tiba dan kemudian turunlah hujan.
Riwayat lain menyebutkan, pada suatu ketika, Nabi Muhammad SAW melaksanakan khutbah Idul Fitri terlalu panjang, sehingga para jamaah gelisah karena terik Matahari. Lalu datanglah mendung atau awan tebal yang menutupi sinar matahari hingga acara selesai.
Untuk mengenang peristiwa ini, dibangunlah sebuah masjid yang diberi nama Masjid Ghamamah, yang berarti awan atau mendung. Masjid ini terletak di arah barat daya atau sekitar 500 meter dari Masjid Nabawi.Rol
No comments:
Post a Comment