Kisah Muslim Menaklukkan Sicilia dengan Mengerahkan 10.000 Pasukan Multi-Etnis

Kisah Muslim Menaklukkan...
Penaklukan Islam ke Sicilia dimulai ketika khalifah diduduki oleh Muawiyah. Ilustrasi: Ist
PENAKLUKANIslam ke Sicilia dimulai ketika khalifah diduduki oleh Muawiyah dengan mengirimkan armada laut yang dipimpin oleh Muawiyah bin Khudayj.

Proses Penyerangan ini dilatarbelakangi oleh rasa tidak aman bagi wilayah yang telah dikuasainya di Afrika , meskipun pada waktu itu telah dapat mengusai Carthage.

Mereka menganggap Sicilia masih menjadi pangkalan armada laut Byzantium yang selalu mempunyai kemungkinan untuk menyerang Qairawan dan Tripoli serta kota-kota lainnya dalam wilayah kekuasaan Islam sepanjang pantai Afrika utara.

Dengan demikian, Sicilia masih menjadi wilayah yang dapat membahayakan keamanan Afrika utara. Oleh karena itu penyerangan ke Sicilia masih terus dilancarkan.

Di antara penyerangan yang dianggap penting yang terjadi pada tahun 740 dan 753. Salah satu yang menyebabkan kekalahan Sicilia adalah adanya seorang perwira tinggi angkatan laut Byzantium bernama Comander Euphemius yang memberontak terhadap atasannya. Ia ia merebut Syracuse, tetapi ia dikalahkan perwira lainnya “Balata”.

Kemudian karena ia merasa terdesak, pada akhirnya meminta bantuan (intervensi) Dinasti Aghlab yang pada waktu itu berada di bawah pimpinan Amir Ziyadat-Allah I.

Ia pun mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Asad bin Al-Furat. Penyerbuan pertama ke Sicilia pada tahun 827 M di bawah pimpinan Asad bin Al-Furat dari Afrika utara.

Pada waktu itu, Afrika Utara diperintah oleh Amir Aghlab III yakni Ziyadat Allah I. Dari sinilah dimulainya sejarah baru Islam di Sicilia.

Asad bin al-Furat gugur dalam usaha pengepungan kota benteng Syrocuse.

Penyerbuan itu dilengkapi dengan komposisi pasukan dari berbagai etnis, misalnya orang-orang Arab, Barber, Spanyol Islam, Muslim dari Crete, muslim Persia. Di samping itu pasukan tersebut dilengkapi dengan para ilmuan yang sederajat dengan kepintaran dan kecerdikan Asad bin al-Furat.

Sehingga dari pasukan dengan berbagai jenis etnis tersebut jika dijumlahkan mencapai 70-100 kapal dengan 10.000 pasukan perang.

Dalam pengepungan kota Castrogiovani, pasukan Islam menguasai daerah luar kota. Jendral Theodatus dari pasukan Byzantium mengadakan penyerangan terhadap pasukan Islam, tapi gagal.

Bahkan Ibn Ali al-Jawairi mencetak uang atas namanya dan Ziyadat Allah. Hal ini membuktikan bahwa kekuasaan Islam telah menguasai daerah Castrogiovani.

Setelah Asad bin al-Furat meninggal komandan dipimpin oleh Muhammad bin Abi al-Jawairi. Pada masa Mohammad bin Abi aljawairi penyerangan tidak berhasil dan akhirnya pasukan kembali ke Afrika utara.

Penghubung Afrika-Eropa

Sicilia adalah pulau yang merupakan jalur penghubung antara daratan Afrika dan Eropa. Melalui jalur ini pula kemudian Islam dapat berkembang di dua daratan tersebut.

Sicilia terletak di laut tengah, dipisahkan oleh selat Messina dengan Italia yang terletak di sebelah utaranya. Bentuk pulaunya mirip segi tiga dengan luas daerah 9.926 mil persegi. Di sebelah utaranya terdapat teluk Palermo dan Italia.

Sedangkan di sebelah timurnya terletak teluk Catonia. Kedua pantai teluk ini agak curam, sementara di bagian selatannya landai dan datar.

Belahan baratnya berbukit-bukit memanjang sejajar dengan Italia selatan. Lereng-lereng gunungnya tertutup dengan berjenis-jenis tanaman keras dan hutan lebat yang menjulang tinggi.

Secara geografis, Sicilia dapat menjadi penghubung antara daratan Afrika dengan daratan Eropa. Sicilia dikelilingi oleh pulau-pulau. Hal ini membuat tempat ini sangat setrategis untuk dijadikan wilayah pertahanan bagi imperium Byzantium pada permulaan Islam.

Dapat dipahami bila Constans II sengaja meninggalkan pusat pemerintahannya di Constantinopel menuju Sicilia, dalam rangka memberi perhatian khusus terhadap “bahaya Islam” yang marak dibagian selatan, dan mempertahankan Italia dan Sicilia dari serangan Islam melalui Afrika.

Ahmad A. Aziz dalam "History of Islamic Sicily (Edinburg, University Press, 1975) menyebut Raja Constans II menetap di daerah tersebut sampai ia meninggal pada tahun 668 M.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: