Kisah Perang Yarmuk, Pertempuran Terdahsyat Mengakhiri Kekuasan Romawi
Perang Yarmuk merupakan perang yang melibatkan Pasukan Muslim dalam melawan Kekaisaran Romawi Timur di Negeri Syam (Palestina). Dinamakan perang Yarmuk karena berlangsung di lokasi tidak jauh dari lembah Yordania yakni Sungai Yarmouk.
Perang tersebut terjadi pada tahun 636 selama enam hari dari tanggal 15 Agustus hingga 20 Agustus 636 M. Peperangan ini melibatkan 36.000 pasukan muslim melawan 240.000 pasukan kekaisaran Romawi Timur. Perang ini menjadi salah satu moment ekspansi serta penaklukan oleh umat Islam yang dilakukan di luar Arab.
Dikutip dari buku "Panglima Surga, Abu Fatah Grania (2008:166)", Perang Yarmuk terjadi pada masa pemerintahan Umar bi Khattab. Perang ini terjadi empat tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SHallallahu alaihi wa sallam. Pada awalnya pasukan muslim menyerang Suriah dan berhasil merebut Damaskus. Namun kekaisaran Romawi Timur Heraclius mengatur sebuah pasukan sekitar 40.000 orang setelah mengetahui Damaskus sudah berhasil direbut oleh pasukan muslim.
Pasukan Romawi Timur dengan jumlah yang besar ini mendesak pasukan muslim ntuk mundur menuju ke Sungai Yarmuk. Pada saat itu sebagian dari pasukan Romawi Timur di bawah pimpinan Sacellarius berhasil dikalahkan di luar Emesa. Kemudian pasukan muslim bertemu pasukan Romawi di bawah pimpinan Baanes di lembah Sungai Yarmuk. Sampai pada akhirnya pasukan muslim berhasil merebut Suriah, Damaskus, dan Yerusalem.
Latar Belakang Perang Yarmuk
Setelah Rasulullah SAW wafat, kemudian Abu Bakar Ash-Shiddiq diangkat menjadi Khalifah. Saat Abu Bakar menjadi khalifah, dihadapkan dengan permasalahan banyaknya orang yang murtad. Orang-orang munafik ini mayoritas takut dibunuh ketika zaman Rasullullah SAW sehingga mereka pura-pura masuk Islam. Saat Rasulullah wafat, mereka banyak yang keluar dari agama Islam. Menyikapi hal ini, Abu Bakar Ash-Shiddiq mengirim 11 pasukan untuk memerangi banyaknya orang yang murtad ini. Salah satunya adalah pasukan yang di komandani oleh Khalid Bin Walid. Tidak perlu waktu lama, Khalid berhasil membereskan mereka sehingga tuntaslah masalah orang murtad di Jazirah Arab.
Kemudian Abu Bakar melakukan ekspansi ke utara yaitu Yordania, Palestina, Suriah, yang dikenal dengan negeri Syam dan Iraq (Persia). Abu Bakar mengutus enam komandan perang satu ke Iraq untuk berhadapan dengan kekaisaran persia yaitu Khalid Bin Walid (10.000 pasukan) dan lima komandan ke negeri Syam untuk berhadapan dengan kekaisaran Bizantium (Romawi Timur) kelima komandan tersebut adalah Yazid Bin Abi Sufyan (6000 pasukan), Syurahbil Bin Hasanah (6.000 pasukan), Ammar Bin Ash (7.000 pasukan), Abu Ubaidah Ibnul Jarrah (5.000 pasukan), Ikrimah Bin Abu Jahal (2.000 pasukan).
Seiring berjalannya waktu, peperangan oleh kelima komandan yang berhadapan dengan pasukan Romawi Timur di beberapa daerah mengalami kesulitan, hal ini diketahui oleh Khalifah Abu Bakar sehingga beliau menulis surat kepada Khalid Bin Walid sebagai komandan di Iraq untuk bergabung secepatnya ke negeri syam untuk membantu saudara muslimnya yang sedang kesulitan.
Menerima surat ini Khalid Bin Walid langsung merespon dan mempersiapkan pasukan untuk bergerak ke negeri syam. Namun jarak yang jauh antara Iraq dan Syam yaitu 30 hari perjalanan, membuat Khalid harus meminta saran kepada penunjuk jalan agar mengetahui jalan tersingkat ke negeri syam. Kemudian penunjuk jalan tersebut memberitahukan kepada Khalid bahwa ada jalan tersingkat ke negeri syam dan hanya membutuhkan 15 hari perjalanan. Namun jalan tersebut melewati gurun yang gersang dan kering sama sekali tidak ada sumber air.
Beliau juga memberitahukan bahwa di perjalanan nanti hanya ada satu pohon kurma sebagai patokan perjalanan. Setelah melalui pertimbangan, akhirnya beliau mengambil saran dari penunjuk jalan untuk melalui jalan yang gersang dan kering tersebut agar sampai lebih cepat. Walaupun sudah terbayang oleh Khalid beratnya perjalanan yang akan dihadapi diri dan pasukannya beliau tetap meneguhkan hati dan mengatakan hadits Rasulullah SAW :
” Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, selama hamba itu masih menolong saudaranya”
Kemudian Khalid Bin Walid menyusun strategi untuk menghadapi perjalanan 15 hari yang berat. Beliau menginstruksikan untuk membuat lapar unta-unta yang akan dibawa dan kemudian memberi makanan yang kering agar unta tersebut haus sehingga punuk-punuknya terisi banyak air. Akhirnya, khalid dan pasukannya tiba di syam sesuai dengan estimasi 15 hari perjalanan.
Setibanya di Syam, khalid menemui kelima komandan pasukan dan berdasarkan surat dari khalifah bahwa setelah semua pasukan bergabung maka Khalid Bin Walid sebagai komandan Utama. Diantara 5 komandan pasukan negeri syam tersebut ada komandan yang paling senior yaitu Abu Ubaidah, namun sebagai junior Khalid Bin Walid menunjukkan adab yang tinggi, beliau katakan ” kalau bukan karena surat dari Khalifah maka saya tidak berani menjadi komandan bagi anda” ujarnya. Abu Ubaidah juga menunjukkan sikap senior yang luar biasa, beliau katakan ” Engkau lebih kompeten, dan lebih ahli dalam peperangan, engkau memang lebih pantas dari pada saya” ujarnya.
Bahkan ketika sesaat sebelum perang yarmuk dimulai, datang kembali surat dari madinah yang dikeluarkan oleh khalifah Umar Bin Khattab yang menunjuk Abu Ubaidah menjadi komandan utama menggantikan Khalid Bin Walid, kemudian khalid di depan para sahabat nabi yang akan berperang mengatakan bahwa khalifah sudah menunjuk Komandan Utama yang baru dan bukan aku lagi melainkan Abu Ubaidah.
Begitulah Akhlaq yang ditunjukkan para sahabat nabi. Mereka tawadhu’ dan saling menyayangi satu sama lain, tidak ada yang merasa lebih berkuasa satu sama lain apalagi mendzolimi saudaranya dengan jabatan yang dimiliki.
Jalannya Perang Yarmuk
Ketika awalnya Khalid Bin Walid ditugaskan Khalifah Abu Bakar sebagai komandan utama, beliau merencanakan strategi untuk membagi 36.000 pasukan kaum muslimin menjadi pasukan sayap kanan, tengah dan sayap kiri yang masing-masing dipimpin seorang komandan dari sahabat nabi. Kemudian dari masing-masing sayap tersebut dibentuk lagi pasukan-pasukan kecil yang terdiri dari 1000 orang dan dipimpin oleh seorang komandan. Hal ini dilakukan Khalid karena ia paham betul bahwa pasukan romawi terdiri atas pasukan kavaleri (pasukan yang menggunakan kendaraan) dan pasukan infantri (pasukan yang berjalan kaki). Oleh karenanya, ia membentuk pasukan kecil agar jarak antara pasukan kavaleri dan infantri romawi terpisah jauh dengan masuk ketengah antara pasukan kavaleri dan infantri. Sehingga pasukan muslim bisa menyerang dari depan dan belakang.
Saat Khalifah Umar mengganti komandan utama dari Khalid Bin Walid ke Abu Ubaidah, strategi ini tetap dipakai Abu Ubaidah. Kemudian dimulailah perang Yarmuk, pasukan muslim sesuai instruksi Khalid bahwa di awal berperang dengan kekuatan kecil lebih dulu dan cenderung bertahan sehingga pasukan romawi merasa menang dan terlena. Ketika pasukan Romawi terlena baru pasukan muslim menyerang dengan kekuatan penuh. Dengan strategi ini berhasil membuat pasukan Romawi kesulitan karena setelah berlalu tiga hari pasukan muslim masih bisa menahan serangan mereka yang secara jumlah sangat sedikit.
Kemudian di malam hari masih dalam keadaan perang, datanglah salah seorang jenderal pasukan Romawi yang bernama Mahan ke basis pasukan muslim. Tujuan dari kedatangan Mahan adalah bertemu dengan Khalid Bin Walid agar bersedia mengakhiri peperangan dan Romawi akan memberikan 10 dinar untuk setiap orang. Tahun depan Romawi akan beri lagi 10 dinar perorang.
Namun Khalid menjawab tawaran itu dengan berkata ” Tidak Mahan, Kami datang kesini bukan karena itu. Kami datang ke sini wahai Jenderal, Wallahi kami adalah bangsa peminum darah. Dan kami mendengar bahwa darahnya orang romawi adalah darah terlezat di muka bumi. Maka kami datangkan kepada kalian kaum yang mencintai kematian”. ujarnya. Kemudian dengan rasa takut Mahan kembali ke pasukannya dan bertemu dengan Panglima pasukan Romawi yang bernama Georgia.
Karena Georgia penasaran dengan apa yang dikatakan Mahan, maka beliau sendiri pergi ke basis pasukan muslim untuk bertemu Khalid. Setelah terjadi dialog dan Khalid menjawab pertanyaan Georgia tentang Islam. Akhirnya Panglima pasukan Romawi itu masuk islam, dan keesokan harinya berada dalam barisan pasukan Muslim dan Qadarullah, Georgia meninggal dalam pertempuran tersebut.
Akhirnya pasukan muslimin berhasil mendesak pasukan Romawi hingga masuk diantara pasukan kavaleri dan Infantri serta membunuh 100.000 pasukan Romawi. Pasukan Romawi akhirnya dapat dikalahkan dan kehilangan lebih dari 120.000 pasukan sedangkan pasukan muslim yang syahid hanya 3.000 orang.
Demikian kisah Perang Yarmuk. Mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah bahwa Allah tidak memenangkan kaum muslimin karena jumlah melainkan karena keimanan dan ketakwaannya pada Allah SWT.
(wid)
No comments:
Post a Comment