Kisah Raja yang Kelaparan Disuruh Makan Emas
Raja ini kemudian dieksekusi mati dengan cara diinjak-injak pasukan berkuda. Red: Hasanul Rizqa
Sejak 1257, Hulagu Khan dari bangsa Mongol telah menarget Abbasiyah. Untuk mewujudkan rencananya, cucu Genghis Khan sang penakluk itu mempersiapkan kekuatan untuk menyerbu Baghdad.
Tidak kurang dari 150 ribu orang pasukan berhasil dikumpulkannya. Di samping itu, para petinggi militer Mongol turut menyertainya.
Antara Januari dan Februari 1258, pengepungan Baghdad berlangsung. Kota Seribu Satu Malam bagaikan telur di ujung tanduk.
Pada akhirnya, pasukan Mongol dapat menjebol benteng kota itu. Kemudian, Hulagu Khan memanggil raja Abbasiyah saat itu, al-Mustashim.
Membuka pembicaraan, Hulagu mendesak sang khalifah agar menyerahkan kepadanya sejumlah upeti. Tidak punya pilihan lain, pemimpin Abbasiyah itu hanya bisa taat. Selanjutnya, pemimpin bangsa Mongol itu membagi-bagikan semua harta itu kepada para panglima dan sekutunya.
Saat memasuki pusat Kota Baghdad, Hulagu meyaksikan sebuah menara besar di istana. Bangunan tinggi itu tampak penuh sesak harta benda, yang ternyata milik al-Musta'sim.
Menurut sejarawan Mesir Ibnu Al Furat (1334-1405), sebagaimana dinukil Justin Marozzi dalam Baghdad: City of Peace, City of Blood (2014), sang khalifah bernasib nahas usai pengepungan Baghdad. Ia tidak hanya dipenjara, melainkan juga dibiarkan kelaparan selama berhari-hari.
Dengan kepayahan, al-Mustashim memohon-mohon air dan makanan. Hulagu kemudian menyuguhkan kepadanya emas, perak, dan berbagai perhiasan yang dirampasnya dari menara istana Baghdad. Semua harta itu lalu diletakkannya di atas piring-piring.
"Makanlah itu semua!” katanya kepada al-Mustashim.
"Ini semua tidak mungkin bisa dimakan,” kata sang khalifah.
“Lantas," hardik Hulagu Khan kemudian, "mengapa selama ini kau simpan semuanya di menara istana? Mengapa tidak kau berikan saja kepada para prajuritmu? Mengapa emas, perak, dan juga pintu-pintu istanamu tidak kau lebur saja untuk jadi senjata yang bisa pasukanmu gunakan untuk menghalau tentaraku?”
Beberapa hari kemudian, eksekusi dijatuhkan. Mula-mula, al-Mustashim dimasukkan ke dalam karung. Dalam kondisi demikian, raja terakhir Abbasiyah itu diinjak-injak sampai tewas oleh puluhan kuda milik pasukan Hulagu.
Cara demikian sesuai dengan adat kepercayaan bangsa Mongol. Mereka memandang tabu bahwa darah seorang bangsawan--dari negeri manapun--tumpah ke tanah.
Demikianlah. Bukan hanya akhir bagi nyawa al-Mustashim, melainkan juga riwayat Kota Baghdad.
Ratusan tahun lamanya kota ini menjadi mercusuar peradaban dunia Islam. Hanya dalam waktu beberapa pekan, pasukan Mongol mengubahnya menjadi sebuah kota mati. Rol
No comments:
Post a Comment