Kisah Tragedi Dendam Khalifah Sulaiman: Menahan Pahlawan Spanyol
Sulaiman bin Abdul Malik memerintah pada tahun 715 - 717 M. Ia dilahirkan pada tahun 54 H, menggantikan saudaranya al-Walid. Hal ini berarti terjadi pengangkatan dua putra mahkota oleh Abdul Malik.
Sebelum al-Walid meninggal, dia pernah bermaksud memecat Sulaiman sebagai putra mahkota. Dalam hal ini al-Walid meminta nasehat kepada para penasehat dan panglima-panglimanya.
Ketiga panglimanya, al-Hajjaj bin Yusuf , Muhamad bin Qasim, dan Quthaibah bin Muslim menyetujui maksud tersebut, tetapi Umar bin Abdul Aziz menentangnya dan mengatakan kepada al-Walid:
"Bai’at dan sumpah setia kepadamu dan saudaramu Sulaiman adalah satu, tidak dapat dibagi-bagi," ujar Umar bin Abdul Aziz sebagaimana dikutip dalam buku berjudul "Sejarah Peradaban Islam" karya Syamruddin Nasution.
Karena mendapat tantangan yang hebat, keinginan alWalid tidak dapat terlaksana, tetapi usaha al-Walid untuk menggeser putra mahkota dari saudaranya kepada anaknya telah berakibat jelek pada masa pemerintahan Sulaiman, diliputi suasana kebencian dan pembunuhan.
Al-Hajjaj meninggal dunia sebelum al-Walid. Dia pun terbebas dari kebencian Sulaiman, tetapi Muhammad bin Qasim dan Quthaibah bin Muslim telah dibunuh oleh Sulaiman.
Demikian juga keluarga Al-Hajjaj. Keluarga Muhammad al-Qasim dan keluarga Quthaibah bin Muslim mendapat siksaan dari khalifah Sulaiman.
Lain halnya dengan Musa bin Nusair. Saat dalam perjalanan pulang dari Andalusia membawa hadiah-hadiah dan bingkisan-bingkisan untuk khalifah al Walid yang sedang sakit, Sulaiman menulis surat kepada Musa agar memperlambat perjalanan dengan harapan al-Walid wafat sebelum barang-barang itu sampai. Akan tetapi, Musa menolak permintaan itu hingga dia sampai ke Damaskus sebelum alWalid wafat.
Sebab itu, Sulaiman menaruh dendam kepadanya. Setelah dia menjadi Khalifah, Musa disiksa dan dimasukkannya dalam penjara dengan membayar denda yang besar, terpaksa Musa meminta pertolongan bangsa Arab untuk membayar dendanya. Itulah “tragedi dendam”.
Kendati demikian, al-Suyuti berpendapat, Sulaiman adalah salah seorang dari khalifah Bani Umaiyyah yang terbaik. Ia berkata fasih dan lancar, mengutamakan keadilan dan suka pergi berperang.
Lebih dari itu dia telah memulai pemerintahannya menggerakkan rakyat beramai-ramai melaksanakan salat pada waktunya, diakhiri dengan menunjuk Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah sesudahnya.
Masa pemerintahan Sulaiman tidak lebih dari dua tahun. Dia adalah khalifah yang menyenangi makanan dan wanita. Pada masa pemerintahannya diwarnai dengan serba kemewahan yang sangat berlebihan sehingga berbagai perbuatan rendah menyebar dari istana sampai kepada para gubernurnya.
Dia sakit selama satu pekan dan menunjuk anak pamannya Umar bin Abd al-Aziz sebagai khalifah penggantinya dalam surat piagam yang ditulisnya sebelum ia wafat.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment