Kisah Ustaz A Hassan Mendebat Ahmadiyah

Tokoh Persatuan Islam, Ustaz A Hassan, dapat mematahkan argumentasi dengan baik. Red: Hasanul Rizqa Ustaz A Hassan (kedua dari kiri), seorang tokoh Persatuan Islam.
Foto: dok wiki
Ustaz A Hassan (kedua dari kiri), seorang tokoh Persatuan Islam.
Ahmad Hassan merupakan tokoh Persatuan Islam (Persis) pada awal abad ke-20 M. Ulama kelahiran Singapura itu juga masyhur dengan sebutan Ustaz A Hassan atau Hassan Bandung. Sebab, ia memang aktif berdakwah di ibu kota Jawa Barat tersebut.

Ustaz A Hassan merupakan autodidak. Walaupun tidak menempuh pendidikan tinggi, ia diakui luas sebagai seorang yang alim. Bahkan, tokoh berdarah India itu juga kerap beradu argumentasi dengan sejumlah figur publik, termasuk Ir Sukarno.

Pernah suatu ketika, Ustaz A Hassan menerima tantangan debat yang dilayangkan gerakan Ahmadiyah, sebuah aliran yang dirintis Mirza Ghulam Ahmad pada 1889 di wilayah India yang dijajah Inggris. Tamar Djaja dalam buku Riwayat Hidup A Hassan menuturkan kisah ini.

Perdebatan berlangsung pada September 1933 di Gang Kenari, Batavia (Jakarta). Kubu Ahmadiyah diwakili dua orang, yakni Abu Bakar Ayyub dan Maulana Rahmat Ali.

Pada masa itu, kelompok Ahmadiyah cukup gencar mengampanyekan ajarannya. Orang-orang kemudian meminta A Hassan untuk beradu argumen dengan mereka.

Tokoh Persis ini sempat meminta adanya moderator debat, tetapi ditolak oleh kubu Ahmadiyah.

Ada beberapa poin perdebatan, antara lain, soal kenabian Mirza Ghulam Ahmad. Tiba gilirannya berbicara, Hassan lalu menyebutkan sebuah "hadis."

"Di hari Rasulullah SAW meninggal, bumi berteriak."

"Katanya (bumi), 'Ya Allah, apakah badanku ini akan Engkau kosongkan daripada diinjak oleh kaki-kaki nabi sampai Hari Kiamat?' Maka Allah berfirman kepada bumi, 'Aku akan jadikan di atas badanmu (di atas bumi) manusia yang hatinya seperti nabi-nabi.'"

Abu Bakar Ayyub lantas mendesak A Hassan untuk menjelaskan riwayat "hadis" tersebut. Awalnya, tokoh Persis ini berpura-pura tidak tahu.

Seketika, Abu Bakar dan para pendukung Ahmadiyah bersorak-sorai karena merasa Hassan sudah kalah. Namun, pendiri Pesantren Persis Bangil ini kemudian bertanya, "Apakah Tuan suka dengan 'hadis' ini? Bila Tuan suka, silakan pakai. Bila tidak, silakan tolak."

Begitu suara riuh-rendah mereda, Hassan menjelaskan bahwa kata-kata yang disangka hadis itu dimuat dalam kitab karya Mirza Ghulam Ahmad. Tidak hanya menyebutkan judul buku tersebut, yakni Tuhfah Baghdad, ia tetapi juga memerinci penerbitnya (Punjab Press Sialkot), tahun terbitnya (Muharram 1311 Hijriyah), dan bahkan halaman yang menjadi lokasi hadis tersebut (halaman 11).

Mendengar nama panutannya disebut, Abu Bakar pucat pasi. Hassan lalu menyuruhnya untuk bertanya langsung kepada Mirza Ghulam tentang siapa perawi hadis itu dan dari kitab mana diambilnya. Apalagi, di sana disebutkan bahwa bumi "berteriak."

"Tentu, teriakan itu didengar banyak orang. Siapa saja dia? Tanyakan kepada 'nabi'kalian, Mirza," ujar Hassan.Rol

No comments: