Kisah Wahyu Pertama dan Reaksi Rasulullah
Sesudah bangun dari tidur itu, sosok yang berjulukan al-Amin tersebut diberikan oleh Allah rasa senang untuk melakukan perenungan atau menyendiri (tahannuts). Beliau lantas memilih Gua Hira sebagai tempatnya.
Demikianlah keadaannya, Muhammad SAW senang melakukan tahannuts di sana. Sampai pada akhirnya, Malaikat Jibril turun dengan membawa awal surah al-'Alaq.
Jibril mengatakan kepada Muhammad SAW: “Bacalah!”
Beliau menjawab “Aku tidak bisa membaca.”
Kemudian, Jibril meraih dan memeluk Muhammad SAW hingga dirinya merasa payah. Setelah melepaskan pelukan, Jibril kembali mengatakan, "Bacalah!"
"Aku tidak bisa membaca," jawab al-Amin lagi.
Untuk ketiga kalinya, malaikat itu meraih dan mendekap Muhammad. Akhirnya, beliau bertanya, apa yang harus kubaca?
اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّكَ الَّذِىۡ خَلَقَۚ
خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍۚ
اِقۡرَاۡ وَرَبُّكَ الۡاَكۡرَمُۙ
الَّذِىۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِۙ
عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡؕ
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
Setelah itu, Rasulullah SAW pulang dengan hati yang kacau. Beliau langsung menemui istrinya, Khadijah binti Khuwailid.
"Selimuti aku. Selimuti aku," katanya. Maka Khadijah menyelimuti Rasulullah SAW hingga kegelisahannya mereda.
Nabi Muhammad SAW memberi tahu Khadijah tentang kejadian itu dan mengatakan "Aku sungguh mengkhawatirkan diriku."
Khadijah menjawabnya, “Sama sekali tidak. Demi Allah, selamanya Allah tidak akan menghinakanmu. Engkau selalu menjalin kekerabatan, memikul beban, menolong orang yang tidak punya, memuliakan tamu, dan membantu pihak yang benar.”
Selanjutnya, Khadijah mengantarkan Rasulullah ke sepupunya Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul bin Uzza yang merupakan penganut Nasrani. Khadijah mengatakan, “Wahai sepupuku, dengarlah cerita anak saudaramu ini.”
Waraqah, yang ketika itu sudah sangat tua dan buta, pun bertanya kepada Muhammad SAW, “Wahai anak saudaraku, apa yang kau lihat?”
Maka Rasulullah menceritakan apa yang beliau lihat.
Menanggapi itu, Waraqah mengatakan, “Itu adalah an-namus yang berarti wahyu yang turun kepada Musa. Seandainya aku masih muda dan kuat dan andai saja aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu.”
Kemudian Rasulullah bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?”
Dia menjawab “Ya. Setiap kali seseorang membawa apa yang kau bawa, pastilah dia dimusuhi. Apabila masamu itu kualami, niscaya aku akan menolongmu sekuat tenaga.”
Tak lama setelah itu, Waraqah meninggal dunia lantara usianya sudah terlalu tua. Sementara itu, wahyu tidak turun dalam waktu lama.
Mengenai jarak waktu antara wahyu pertama dan kedua, para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengemukakan tiga tahun. Ada yang mengatakan, kurang dari tiga tahun.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah yang bercerita tentang masa kekosongan wahyu itu. Dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Ketika berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Maka aku melihat ke atas. Ternyata itu adalah malaikat yang pernah datang menemuiku di gua."
"Dia duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku merasa takut terhadapnya sehingga aku bergegas pulang. Aku berkata ‘Selimuti aku. Selimuti aku.’ Lantas Allah Azza wa Jalla menurunkan firman ‘Hai orang yang berselimut,’ hingga firman-Nya. ‘dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah.’ Sejak itu, wahyu diturunkan secara sambung-menyambung.” Rol
No comments:
Post a Comment