Manisnya Buah Kesabaran
Abu Jandal pernah mengalami dilema, yakni ketika penandatanganan Perjanjian Hudaibiyah terjadi. Kesepakatan itu mengikat antara kaum Muslimin dan musyrikin.
Saat Perjanjian Hudaibiyah sedang ditulis, Abu Jandal yang dalam keadaan terbelenggu memaksa masuk ke dalam tenda tempat perundingan. Ia segera ditarik oleh ayahnya sendiri, yang tergolong kafir.
Dengan keras, Suhail menampar putranya. Tidak cukup dengan itu, musyrik tersebut juga menendang dan membanting anak itu hingga kepayahan.
"Wahai kaum Muslimin, apakah aku akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik!? Mereka pasti akan melakukan segalanya untuk memaksaku murtad!” seru Abu Jandal.
Suhail langsung menyela, sembari telunjuknya diarahkan kepada Nabi SAW, “Wahai Muhammad! Perjanjian antara kami dan kalian sudah ditulis sebelum Ibnu Suhail masuk ke tenda ini!”
Butir perjanjian yang dimaksud adalah: “Jika seorang lelaki dari Makkah datang kepada Muhammad, walaupun ia telah memeluk Islam, maka Muhammad harus mengembalikannya kepada kami (kaum Quraisy).”
Rasulullah SAW diam. Tentu saja, Nabi SAW sangat berat untuk membiarkan sahabatnya kembali ke tengah kaum musyrikin. Bagaimanapun, beliau tidak mau melanggar perjanjian yang baru saja disepakati.
Kemudian, Rasul SAW berpesan kepada Abu Jandal, “Wahai Abu Jandal, bersabarlah dan berharaplah pertolongan dari sisi Allah. Sungguh, Allah akan memberikan jalan keluar bagimu dan orang-orang Muslim yang lemah sepertimu. Mereka (kaum musyrik) telah bersepakat dalam perjanjian ini sehingga kita tidak mungkin berkhianat.”
Hari berganti hari seusai penandatanganan Hudaibiyah. Abu Jandal merasa, tibalah saatnya memulai ikhtiar. Ia mengumpulkan 70 Muslimin yang senasib dengannya di Makkah. Disusunlah taktik untuk membebaskan diri dari tahanan Quraisy.
Pada suatu malam, rencana itu dijalankan. Mereka berhasil melarikan diri dari Makkah. Namun, tujuannya bukanlah menyusul Nabi SAW di Madinah. Sebab, ada kekhawatiran bahwa Rasulullah SAW—yang masih terikat Perjanjian Hudaibiyah—akan mengembalikan mereka kepada kafir Quraisy Makkah.
Abu Jandal dan kawan-kawan lantas bergabung dengan kelompok Abu al-Bashir, seorang Muslim yang terlebih dahulu kabur dari Makkah. Setelah itu, para sahabat Nabi SAW ini bersekutu dengan kabilah-kabilah yang telah berislam di sekitar Makkah, semisal Bani Ghifar, Aslam, dan Juhainah.
Aliansi ini beranggotakan 300 orang. Dengan jumlah yang cukup besar, Abu Jandal dan kawan-kawan rutin mencegat kafilah dagang Quraisy yang melewati rute Makkah-Syam. Orang-orang kafir yang melintasi jalan tersebut pasti diserangnya. Seluruh barang bawaan mereka pun dirampas.
Perbuatan Abu Jandal dan kawan-kawan sangat merepotkan orang-orang Mekah. Kaum Quraisy akhirnya berkirim surat ke Madinah.
Dalam korespondensinya, pihak Quraisy meminta kepada Rasulullah SAW agar mengajak kelompok Abu Jandal dan Abu al-Bashir untuk bergabung ke Madinah. Harapannya, para sahabat beliau itu tidak lagi merintangi kafilah dagang Makkah yang hendak menuju Syam.
Jadi, pihak Quraisy sendiri yang menghendaki pembatalan salah satu poin penting dalam Perjanjian Hudaibiyah. Nabi SAW lantas mengirimkan utusan kepada Abu Jandal dan Abu al-Bashir. Mereka dipersilakan menemui beliau di Madinah.
Sungguh kabar yang menggembirakan hati Abu Jandal dan kawan-kawan. Dengan penuh semangat, mereka memacu kudanya menuju Madinah.
Namun, Allah menakdirkan bahwa Abu al-Bashir terlebih dahulu mengalami sakit. Lelaki itu kemudian wafat dalam keadaan menggenggam surat Rasulullah SAW.
Usai mengurus jenazah sang mujahid, Abu Jandal mengumpulkan seluruh Muslimin dari kabilah-kabilah setempat. Mereka semua berangkat ke Madinah guna berkumpul lagi dengan saudara-saudara seiman.Rol
No comments:
Post a Comment