Masjid Pertama di Negeri China
Berlokasi di Guangzhou, Provinsi Guangdong, Republik Rakyat China (RRC), Masjid Huaisheng merupakan sebuah bukti penyebaran Islam paling awal di luar Jazirah Arab.
Selain Huaisheng, masjid tersebut juga dinamakan Masjid Guangta. Artinya, 'masjid menara suar.'
Sebab, di bagian selatan kompleks tempat peribadahan ini ada sebuah menara setinggi 36 meter. Bangunan tinggi itu bahkan disebut-sebut eksis lebih dahulu daripada bangunan utama masjid.
Pada zaman dahulu, menara abu-abu yang berbentuk silinder ini berfungsi tidak hanya sebagai tempat mengumandangkan azan. Fungsinya pun sebagai menara penerang atau semacam mercusuar kecil yang menuntun perahu-perahu pelintas Sungai Zhu Jiang (harfiah: Sungai mutiara). Sungai itu bermuara di Laut Cina Selatan, tepatnya di pelabuhan dagang sekitar Hong Kong.
Dari segi arsitektur, Masjid Huaisheng menunjukkan keunikan karena mengalami perpaduan gaya arsitektur antara China tradisional dan Islam. Satu hal yang membedakannya adalah seluruh bangunan ini bebas dari ornamen-ornamen yang menggambarkan makhluk bernyawa.
Di dalam kompleks ini, ada enam bangunan utama. Di antaranya, menara kuni (guangta), pelataran imam, ruang koleksi mushaf-mushad klasik, koridor, paviliun tugu peringatan. Kaligrafi yang memadukan gaya Arab-Cina terpampang indah di muka ruang shalat. Tulisan besar Laa ilaaha illa Allah tergurat begitu indahnya.
Seperti bangunan China tradisional pada umumnya, bagian gerbang masjid ini berbentuk lengkung. Pada gerbang utama yang terletak di selatan, terpasang atap dua tingkat yang ujung-ujungnya berbentuk melengkung. Bagian itu dibangun pada abad ke-17 M dan jelas bercorak khas arsitektur Tiongkok
Di sanalah terletak Paviliun Rembulan yang mengantar pengunjung melewati halaman yang asri menuju ruang utama masjid. Tembok yang melingkari kompleks ini terdapat kajang berwarna hijau di atasnya.
Ketika pengunjung memasuki halaman, ada gerbang lain dengan lempengan merah yang bertuliskan empat aksara Cina yang terjemahannya, "Agama (Islam) yang berakar dari ajaran sejati dibawa dari Kawasan Barat."
Masjid Huaisheng mengalami beberapa kali renovasi. Pada 1350, kompleks tempat ibadah ini diperbaiki, tepatnya era Dinasti Yuan, di bawah kekuasaan Raja Zhizhen. Perbaikan selanjutnya terjadi pada masa Dinasti Qing (1644-1911) di bawah kekuasaan Raja Kangzi.
Pada 1695, sebagian bangunan masjid ini sempat mengalami kebakaran, tetapi sempat dipulihkan. Pada 1935, atau sekitar satu dasawarsa setelah dimulainya modernisasi Kota Guangzhou, ruang shalat masjid ini direnovasi total dengan fondasi beton bertulang. Secara keseluruhan, kompleks masjid ini dapat menampung hingga seribu orang jamaah. Luasnya mencakup 2.966 meter persegi.
Sarat nilai sejarah ...
Histori Masjid Huaisheng tidak lepas dari hubungan dagang Arab dan Cina sejak sebelum datangnya Islam. Kafilah dagang Arab biasanya berlayar dari Basrah, melewati Sri Lanka dan Selat Malaka, kemudian tiba di Guangzhou, kota yang mereka sebut sebagai Khanfu.
Ketika Islam datang, relasi dagang berangsur-angsur menjadi wahana penyebaran agama. Masyarakat Cina saat itu menyebut Islam sebagai Yisilan Jiao yang berarti 'agama murni.' Orang Cina menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai Buddha Ma-Hia-Wu.
Masyarakat lokal percaya, Masjid Agung Guangzhou didirikan oleh paman Nabi SAW, Sa'ad bin Abi Waqqas. Pada 616 Masehi, Sa'ad dan tiga orang sahabat diyakini berlayar ke Cina dari Abesinia (Etiopia) dengan dukungan Raja Abesinia. Selang beberapa lama, Sa'ad pulang ke Arab dan 21 tahun kemudian membawa salinan Alquran ke Guangzhou untuk mengajarkan Islam kepada penduduk setempat.
Dengan demikian, sejarah Masjid Agung Guangzhou dapat dilacak hingga pertengahan abad ketujuh Masehi. Tepatnya, ketika Dinasti Tang (618-907) berkuasa. Sa'ad bin Abi Waqas menyebarkan Islam di Guangzhou sekitar 18 tahun setelah wafatnya Nabi SAW atau ketika Jazirah Arab dalam masa kekhalifahan Utsman bin Affan.
Menurut Khamouch, rombongan Sa'ad bin Abi Waqas yang dikirim Khalifah Utsman kemudian diterima dengan penuh kehormatan oleh penguasa Dinasti Tang saat itu, Raja Kao-tsung. Raja tersebut kemudian mengizinkan Sa'ad untuk mendirikan masjid yang kelak merupakan Masjid Agung Guangzhou.
No comments:
Post a Comment