Nubuwah Baginda Nabi Muhammad ﷺ
Dengan mengetahui nubuwah Nabi Muhammad ﷺ seorang muslim akan semakin mengimani, memuliakan, mencintai, dan meneladani beliau
SETIAP Rabiul Awal kaum Muslimin memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad ﷺ. Dalam setiap peringatan selalu dibaca Al-Barzanji, sejarah kehidupan Nabi ﷺ.
Agar tidak sebatas rutinitas, selain dibaca hendaknya dikaji sejarah kehidupan Nabi ﷺ. Nabi ﷺ diutus oleh Allah sebagai Nabi sekaligus Rasul terakhir.
Tidak ada lagi Nabi sesudahnya, hal ini ditegaskan dalam Surat Al-Ahzab [33] ayat 40. Sebagai nabi terakhir, beliau telah menyempurnakan bangunan dinullah yang telah mulai secara bertahap oleh para nabi dan rasul sebelumnya.
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًاࣖ
“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, melainkan dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS: al Ahzab: 33)
Perumpamaan seperti itu dijelaskan dalam sabda Nabi ﷺ.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ أُمَّتِي كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا فَجَعَلَتْ الدَّوَابُّ وَالْفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهِ فَأَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ وَأَنْتُمْ تَقَحَّمُونَ فِيهِ و حَدَّثَنَاه عَمْرٌو النَّاقِدُ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ
“Dari [Al A’raj] dari [Abu Hurairah] dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perumpamaanku dengan umatku ialah bagaikan seorang yang menyalakan api. Maka serangga-serangga berterbangan menjatuhkan diri ke dalam api itu. Padahal aku telah berusaha menghalaunya. Dan aku, telah mencegah kamu semua agar tidak jatuh ke api, tetapi kamu meloloskan diri dari tanganku.” Dan telah menceritakannya kepada kami [Amru An Naqid] dan [Ibnu Abu Umar] keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Abu Zinad] melalui jalur ini dengan hadits yang serupa.” (HR: Muslim)
Sebagai nabi terakhir, dengan bangunan dinullah yang indah dan sempurna, Nabi ﷺ diutus untuk seluruh umat manusia sepanjang zaman sampai hari kiamat nanti (QS Al-A’raf [7]: 158).
قُلۡ يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّىۡ رَسُوۡلُ اللّٰهِ اِلَيۡكُمۡ جَمِيۡعَاْ ۨالَّذِىۡ لَهٗ مُلۡكُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِۚ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ يُحۡىٖ وَيُمِيۡتُ ۖ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰهِ وَرَسُوۡلِهِ النَّبِىِّ الۡاُمِّىِّ الَّذِىۡ يُؤۡمِنُ بِاللّٰهِ وَكَلِمٰتِهٖ وَاتَّبِعُوۡهُ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُوۡنَ
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS: Al-A’raf [7]: 158)
Sebagai seorang Rasul, terdapat bukti-bukti yang menunjukkan kebenaran nubuwah dan risalah Nabi ﷺ.
Pertama, basyarat (berita tentang kedatangan Nabi ﷺ) yang terdapat pada kitab-kitab suci sebelumnya. Dalam hal ini Alquran menyebutkan tentang adanya basyarat tersebut.
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَىَّ مِنَ ٱلتَّوْرَىٰةِ وَمُبَشِّرًۢا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِى ٱسْمُهُۥٓ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ قَالُوا۟ هَٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ
“Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab Suci sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”. Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS: As-Shaf [61]: 6).
Kedua, mukjizat yang dianugerahkan oleh Allah kepada Nabi ﷺ. Mukjizat tersebut adalah Al-Quran al-Karim; air memancar dari sela-sela jari; makanan sedikit cukup untuk orang banyak; segelas susu mengenyangkan banyak orang; doa minta hujan yang langsung dikabulkan; pemberitahuan hal-hal ghaib yang terbukti terjadi; terbelahnya bulan menjadi dua; mengobati sakit mata, yang Allah kabulkan seketika; akan selalu ada yang tampil membela ajarannya; dan air sedikit menjadi banyak.
Ketiga, nubuwat (ramalan tentang apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang) yang selalu tepat. Misalnya, nubuwat tentang akan mati syahidnya Umar dan Utsman.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَعِدَ أُحُدًا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ فَرَجَفَ بِهِمْ فَقَالَ اثْبُتْ أُحُدُ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ نَبِيٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ
“Nabi ﷺ mendaki Jabal (Gunung) Uhud, diikuti oleh Abu Bakar, Umar dan Utsman. Lalu gunung Uhud itu bergetar, maka beliau bersabda: “Tenanglah wahai Uhud, karena di atasmu sekarang ada Nabi, As-Shiddiq (orang yang jujur, maksudnya Abu Bakar) dan dua orang (yang akan mati) syahid (maksudnya Umar dan Utsman).” (HR Bukhari).
Nubuwat tentang terjadinya fitnah antara sesama Muslimin setelah kepergian Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَيُّكُمْ يَحْفَظُ حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْفِتْنَةِ قَالَ قُلْتُ أَنَا أَحْفَظُهُ كَمَا قَالَ قَالَ إِنَّكَ عَلَيْهِ لَجَرِيءٌ فَكَيْفَ قَالَ قُلْتُ فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ وَالْمَعْرُوفُ قَالَ سُلَيْمَانُ قَدْ كَانَ يَقُولُ الصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ قَالَ لَيْسَ هَذِهِ أُرِيدُ وَلَكِنِّي أُرِيدُ الَّتِي تَمُوجُ كَمَوْجِ الْبَحْرِ قَالَ قُلْتُ لَيْسَ عَلَيْكَ بِهَا يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ بَأْسٌ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابٌ مُغْلَقٌ قَالَ فَيُكْسَرُ الْبَابُ أَوْ يُفْتَحُ قَالَ قُلْتُ لَا بَلْ يُكْسَرُ قَالَ فَإِنَّهُ إِذَا كُسِرَ لَمْ يُغْلَقْ أَبَدًا قَالَ قُلْتُ أَجَلْ فَهِبْنَا أَنْ نَسْأَلَهُ مَنْ الْبَابُ فَقُلْنَا لِمَسْرُوقٍ سَلْهُ قَالَ فَسَأَلَهُ فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قُلْنَا فَعَلِمَ عُمَرُ مَنْ تَعْنِي قَالَ نَعَمْ كَمَا أَنَّ دُونَ غَدٍ لَيْلَةً وَذَلِكَ أَنِّي حَدَّثْتُهُ حَدِيثًا لَيْسَ بِالْأَغَالِيطِ
“Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Al A’masy] dari [Abu Wa’il] dari [Hudzaifah radliallahu ‘anhu] berkata;
“Suatu hari, kami sedang bersama dengan Umar . Beliau bertanya, ‘Siapakah di antara kalian yang pernah mendengar Rasulullah menyebutkan tentang fitnah?’
Lalu sebagian sahabat berkata; ‘Kami pernah mendengarnya.’
Umar berkata; ‘Barangkali yang kalian maksud adalah fitnah (cobaan) seseorang terkait keluarga dan tetangganya?’
Mereka menjawab; ‘Benar.’
Umar berkata; ‘Fitnah seperti itu dapat dihapuskan dengan shalat, puasa, dan sedekah! Akan tetapi yang aku maksud, siapakah di antara kalian yang pernah mendengar sabda Nabi tentang fitnah yang bergelombang seperti ombak laut?’
Hudaifah melanjutkan bahwa ucapan Umar tersebut membuat para sahabat terdiam. Lalu aku berkata, ‘Aku.’ Umar berkata, ‘Betapa bangga ayahmu kepadamu!’”
Hudhaifah berkata; “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Fitnah itu dibentangkan kepada hati seperti anyaman tikar, sehelai demi sehelai. Hati yang mengikutinya maka akan muncul padanya satu noktah hitam. Dan hati yang menolaknya maka akan muncul padanya satu titik putih. Hingga ada dua jenis hati. Hati putih seperti batu putih yang bening, fitnah apapun tidak membahayakannya selama masih ada langit dan bumi. Dan hati yang lain menjadi hitam legam seperti panci terbalik, tidak mengetahui yang makruf dan tidak menolak yang mungkar, kecuali hanya sesuatu yang dibisikkan oleh nafsunya.’”
Hudhaifah melanjutkan; “Dan aku menceritakan kepada Umar, ‘Sesungguhnya antara dirimu dan fitnah tersebut ada sebuah pintu tertutup yang hampir dihancurkan.
Umar bertanya; ‘Apakah (pintunya) dihancurkan? Tidak ada ayah bagimu (maksudnya, seriuslah kamu). Seandainya pintu itu dibuka, bisa jadi akan ditutup kembali.’ Aku berkata, ‘Tidak dibuka, tetapi dihancurkan.’ Aku menyampaikan kepada Umar bahwa pintu itu adalah seorang laki-laki yang dibunuh atau meninggal. Ini merupakan hadis, bukan cerita dongeng manusia.” (HR: Muslim)
Keempat, kesaksian milyaran umat Islam sejak dahulu sampai sekarang yang telah mengucapkan dua kalimah syahadah.
No comments:
Post a Comment