Arab atau Yahudi yang Lebih Dulu Menetap di Palestina?

Klaim Yahudi bahwa mereka lebih dahulu di Palestina adalah tak berdasar. Red: Hasanul Rizqa Kompleks Masjid al-Aqsha di Palestina.
Foto: dok wiki
Kompleks Masjid al-Aqsha di Palestina.
Mahdy Saied menjelaskan dalam buku Fadhailu al-Masjidi al-Aqsha wa Madinati Baiti al-Maqdisi wa ar-Raddu ‘alaa Mazaa'imi al-Yahudi, Suku Kan’an memiliki sejarah hingga beberapa ribu tahun sebelum Masehi (SM). Antara tahun 7.500 dan 6.000 SM, ada satu kabilah dari Kan’an yang berpindah ke lokasi tempat (fondasi) Masjid al-Aqsha berada. Kabilah ini bernama Yebus.

Mereka lalu mendirikan kota di sana sesuai namanya sendiri, yakni Yebus. Dan, mereka pun mengetahui dari tuturan nenek moyangnya bahwa lokasi (fondasi) al-Aqsha tersebut adalah tanah suci.

Dari generasi ke generasi, mereka hidup di kota tersebut. Datanglah suatu masa ketika mereka dipimpin seorang raja bernama Salim al-Yabusi.

Ia mendirikan sebuah bangunan di arah tenggara (fondasi) al-Aqsha. Sejak itu, Salim mengganti nama kota Yebus menjadi Ursaaliim yang berarti ‘Kota Salim’ atau ‘Kota Keselamatan’.

Dari nama ini, kelak orang-orang Yahudi mendapat sebutan bagi Baitul Maqdis, yakni Yerusalem. Padahal, nama Ursaaliim sudah ada jauh sebelum Bani Israil atau bahkan Nabi Yaqub ada. Untuk diketahui, Israil adalah gelar bagi Nabi Yaqub yang berarti ‘dia yang menyeru Tuhannya.’

Setelah Salim al-Yabusi, muncul raja Suku Kan'an yang bernama Malki Shadiq. Dialah yang menyambut kedatangan Nabi Ibrahim AS di Ursaalim.

Ibrahim AS hijrah dari lembah Eufrat-Tigris, Irak. Sesampainya di Palestina, beliau menyebut keturunannya sebagai orang-orang Ibri. Nama itu berasal dari kata abara yang berarti ‘memotong jalan’ atau ‘menyeberang lembah’.

Maksudnya, dahulu beliau dan keluarganya datang dengan menyeberangi Sungai Eufrat untuk sampai ke Palestina, sesuai petunjuk wahyu Allah. Dari nama Ibri itulah muncul istilah Ibrani atau Hebrew.

Malki Shadiq meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah, Zat Yang Maha Esa, Mahakuasa. Maka begitu Nabi Ibrahim datang ke kotanya, ia pun langsung menyambutnya dengan ramah dan menyatakan beriman kepada ajaran beliau.

Selanjutnya, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk merenovasi Masjid al-Aqsha serta meninggikan fondasinya. Menurut Mahdy, ini terjadi sekira tahun dua ribu sebelum Masehi (SM). 

  Dengan demikian, lanjut Mahdy, bangsa Arab Kan’an—bukan Yahudi—merupakan penghuni awal Negeri Palestina. Definisi “Arab” di sini mesti dikaitkan dengan generasi-generasi yang datang sebelum Ismail bin Ibrahim AS, yakni keturunan Sam bin Nuh AS.

Mengutip KH Moenawar Chalil dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW (2001), kata 'arab sama artinya dengan rahlah, yakni ‘mengembara.’ Bangsa Arab dinamakan demikian karena mereka termasuk bangsa yang gemar mengembara dari satu tempat ke tempat lain.

Sejarahnya dapat ditelusuri sejak zaman Nabi Nuh AS. Sang rasul memiliki tiga putra, yaitu Sam, Yafits, dan Ham. Masing-masing menurunkan bangsa-bangsa dengan warna kulit tersendiri. Yang dinamakan “bangsa Arab”, lanjut Chalil, masuk ke dalam golongan bangsa Semit, yakni berasal dari keturunan Sam—yang darinya diambil nama Semit. Kebanyakan ahli riwayat meyakini, daerah yang pertama-tama dihuni keturunan Sam bin Nuh ialah lembah Sungai Eufrat dan Tigris, Irak.

Dari sana, di antara mereka ada yang bermigrasi ke banyak daerah sekitar, seperti Jazirah (Arab), Etiopia, dan juga Palestina. Negeri di sebelah timur Mediterania itu tak semuanya subur. Umumnya, kondisi tanah berbukit-bukit, beriklim gurun, serta jarang dialiri sumber air yang melimpah. Karena itu, karakteristik mereka menjadi nomaden. Suku bangsa ini suka mengembara ke lokasi mana saja di dalam negeri tersebut yang sesuai untuk keperluan hidup sehari-hari dan hewan ternaknya.Rol  

No comments: