As-Samah yang Gugur dalam Pertempuran Toulouse

Syahidnya Yahya Sinwar:...
Tatkala dua kubu telah berhadap-hadapan, terbayang oleh orang-orang seakan gunung tengah berhadapan dengan gunung. Ilustrasi: Ist
Syahidnya Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar , dalam baku tembak dengan tentara Zionis Israel mengingatkan kita akan peristiwa masa Tabiin . Kala itu, sejumlah pahlawan Islam juga syahid dalam membebaskan sejumlah wilayah dari kekufuran.

"Sinwar naik terus maju dan tidak mundur, terlibat di garis depan, bergerak di antara posisi tempur," kata Khalil al-Hayya, kepala cabang Hamas di Gaza saat mengumumkan syahidnya pahlawan Islam itu.

Pada era kekhalifahan Umayyah , banyak pahlawan Islam yang gagah berani syahid di medan pertempuran. Sebut saja As-Samah bin Malik al-Khaulani. Dia adalah gubernur kelima provinsi al-Andalus pada masa Kekhalifahan Umayyah.

Ia diangkat pada tahun 100 H (719 M) oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz menggantikan Al-Hurr bin Abdurrahman Ats-Tsaqafi. As-Samah adalah gubernur Al-Andalus pertama yang ditunjuk secara langsung oleh khalifah di Damaskus. Al-Andalus sebelumnya adalah provinsi bawahan Ifriqiyah dan seorang gubernur Ifriqiyah mengangkat gubernur Al-Andalus sesuai yang dia inginkan.

Sejarawan Ibnu al-Quthiyyah dalam bukunya berjudul "Tarikh Iftitah Al-Andalus" menyatakan bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz mempercayakan As-Samah untuk mengevakuasi umat Islam dari Al-Andalus karena takut akan nyawa mereka. Namun, ketika As-Samah datang ke Al-Andalus dan mengetahui kondisinya, ia meyakinkan khalifah akan kekuatan situasi umat Islam di Al-Andalus.

“Masih adakah generasi tabi’in senior di sini?” tanya As-Samah bin Malik al-Khaulani, usai dirinya diangkat menjadi gubernur yang bertanggung jawab atas seluruh Andalusia (sekarang Spanyol dan Portugal) dan beberapa kota yang telah ditaklukkannya di Prancis .

Ia bermaksud mencari sahabat-sahabat baik yang bisa membantunya dalam menjalankan roda pemerintahan.

“Masih, di sini masih ada seorang tabi’in utama bernama Abdurrahman al-Ghafiqi ,” jawab sejumlah orang sembari memuji ilmu dan keahlian tabi’in tersebut tentang hadis-hadis Nabi SAW, perannya dalam jihad, kerinduannya akan syahadah fi sabillah dan zuhud terhadap kesenangan dunia. Beliau juga berguru kepada sahabat utama, Abdullah bin Umar bin Khattab yang ilmu dan perilakunya sangat mirip dengan ayahnya.

Selanjutnya, Gubernur as-Samah bin Malik segera mengundang Abdurrahman al-Ghafiqi. Kedatangan tokoh tabi’in tersebut disambut dengan penuh hormat. Kepada Al-Ghafiqi, as-Samah bin Malik menawarkan jabatan untuk menangani wilayah Andalusia.

“Wahai Gubernur, aku hanyalah orang biasa, seperti yang lain," jawab Al-Ghafiqi. "Aku datang ke daerah ini hanya untuk mengetahui batas-batas daerah kaum muslimin dan batas-batas fartah musuh mereka. Aku hanya meniatkan diriku untuk mencari ridla Allah yang Maha Agung, dan aku membawa pedangku ini hanya untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini. InsyaAllah Gubernur akan melihatku selalu taat selama engkau menegakkan kebenaran. Aku akan selalu mengikuti perintah Gubernur, selama Anda taat pada perintah Allah dan Rasul -Nya, walaupun aku tidak diberi kekuasaan dan perintah,” lanjutnya.

Tak lama berselang setelah pertemuan itu, Gubernur as-Samah bin Malik, bertekad untuk menaklukkan seluruh wilayah Prancis dan menyatukannya dengan wilayah Negara Islam.

Ketika itu, target berikutnya adalah Toulouse, ibukota Octania. Tanpa membuang-buang waktu, pasukan Islam segera memasang semacam ranjau-ranjau di berbagai tempat, kemudian memulai serangan dengan senjata-senjata yang tidak dikenal di Eropa.

Pada saat yang bersamaan raja Octania bertolak ke Eropa untuk mencari bala bantuan. Dia menyebar utusan-utusan ke seluruh negeri. Dia memprovokasi raja-raja Eropa dengan cara memperingatkan akan bahaya ekspansi Islam yang akan merambat ke wilayah mereka juga. Sehingga kaum wanita dan anak-anak mereka sebagai tawanan. Hasilnya, semua negeri mengirimkan pasukan khususnya lengkap dengan persenjataan yang menjadi andalan mereka.

Jumlah pasukan begitu besar, gemuruh suara para tentara dan lengkapnya senjata perang belum pernah dilihat dunia sebelum itu. Hingga debu-debu terbang menutupi kota Rhone dari sinar matahari, lantaran banyaknya kaki yang menginjaknya.

Tatkala dua kubu telah berhadap-hadapan, terbayang oleh orang-orang seakan gunung tengah berhadapan dengan gunung. Perang sengit tak terelakkan lagi. As-Samah bin Malik selalu di garis depan. Dia dijuluki Dzaama, bergerak dengan tangkas ke sayap kanan dan sayap kiri tanpa mengenal lelah. Pada saat itulah anak panah meluncur mengenai dirinya. Maka robohlah panglima tertinggi yang perkasa itu dan syahid.

Abdurrahman al-Ghafiqi

Pada masa pemerintahannya, As-Samah bin Malik menaklukkan Septimania, menaklukkan Narbonne, Carcassonne, dan sebagian besar pangkalan Septimania.

Kemudian dia menuju Toulouse, basis Aquitaine. Pada tanggal 9 Dzulhijjah 102 H, As-Samah menghadapi pasukan yang dipimpin oleh Odo dari Aquitaine dalam pertempuran besar yang jumlah pasukannya kalah jumlah dari pasukan As-Samah. Di sinilah pasukan Islam dikalahkan dan As-Samah syahid.

Begitu mengetahui panglimanya gugur, seorang orientalis Prancis Rhino, menggambarkan pasukan Islam menjadi goncang. Jatuhlah mental juang mereka, lalu barisan pun mulai kocar-kacir. Mereka bergerak mundur dan hampir dapat dipastikan bahwa pasukan Eropa berhasil menghancurkan mereka kalau saja pada saat yang kritis itu tidak tampil sosok yang cerdas dan tangguh yang selama ini telah disegani Eropa, yaitu Abdurrahman al-Ghafiqi.

Di bawah komando panglima baru ini, pasukan Islam bergerak mundur tanpa mengalami banyak kerugian. Mereka bergerak ke Spanyol dengan tekad kelak akan menebus kekalahannya.

Selanjutnya, rakyat Al-Andalus memilih Abdurrahman Al-Ghafiqi sebagai gubernur untuk menangani urusan mereka dalam kapasitas tidak resmi hingga Anbasah bin Suhaim al-Kalbi datang sebagai gubernur baru. (*)

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: