Imam Syafi’i, Kedokteran dan Kesehatan

 

Imam Asy Syafi`i bersedih umat Islam tidak bersungguh-sungguh terhadap ilmu kedokteran (kesehatan), di mana dianggap telah menyia-nyiakan sepertiga ilmu

UMAT Islam banyak yang sudah mengetahui bahwa agamanya sempurna dan paripurna. Allah juga menegaskan kesempurnaan agama ini diakhir surat yang turun :

ٱلۡیَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِینَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَیۡكُمۡ نِعۡمَتِی وَرَضِیتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَـٰمَ دِینࣰاۚ

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” (QS: Al-Ma’idah: 3).

Namun, masih sedikit yang membaca dan menyelidiki akan kesempurnaan Islam dalam segala lini kehidupan termasuk di dalamnya berkaitan dengan kesehatan. Jadi banyak umat Islam berhenti pada kata Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Titik.

Akhirnya yang dikenal kesempurnaan dalam Islam hanya ibadah mahdhah / hubungan vertikal. Seakan-akan ilmu dunia tidak ada sangkut-pautnya dengan Islam, padahal banyak ayat dan hadits yang menyinggung akan relasi Islam dengan kesehatan.

Pada tulisan kali ini kami akan menyebutkan tiga poin relasi Islam dan kesehatan.

Pertama, berkaitan dengan aspek kehalalan dan kebaikan dalam makanan. Allah berfirman:

{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِی ٱلۡأَرۡضِ حَلَـٰلࣰا طَیِّبࣰا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَ ٰ⁠تِ ٱلشَّیۡطَـٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوࣱّ مُّبِینٌ }

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS: Al-Baqarah: 168).

Pada ayat ini Allah memerintahkan umat memperhatikan aspek kehalalan dan juga kebaikan dalam hal makanan. Artinya: Tidak cukup halal namun juga bergizi.

Tidak cukup halal, tapi didorong untuk mengetahui kandungannya. Dan juga harus memperhatikan kebutuhan tubuh masing-masing.

Kedua, berkaitan dengan perintah melakukan preventif di dalam kesehatan. Islam menekankan pentingnya pencegahan penyakit.

Nabi Muhammad ﷺ memberikan pedoman terkait wabah:

“إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلَا تَدْخُلُوهَا وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا مِنْهَا”

Artinya: “Jika kalian mendengar ada wabah di suatu tempat, maka jangan masuk ke sana. Dan jika terjadi wabah di tempat kalian berada, maka jangan keluar dari sana.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pada hadits di atas, ternyata dalam Islam berkaitan dengan tindakan preventif di dalam kesehatan sudah dijelaskan oleh Rasulullah ﷺ. Umat Islam banyak menggali dan menyadari akan logika nubuwwah setelah kasus Covid-19 kemarin.

Padahal seharusnya umat Islam menggali dengan baik kandungan hadits ini dari sisi kesehatan sehingga tidak kebingungan pada saat ada wabah melanda seperti kemarin.

Ketiga, berkaitan perintah berobat. Nabi ﷺ menganjurkan umatnya untuk berobat ketika sakit:

“تَدَاوَوْا عِبَادَ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ شِفَاءً”

Artinya: “Berobatlah kalian, wahai hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali Allah menurunkan obatnya.” (HR: Tirmidzi-Shahih)

Hadits ini mendorong kaum muslimin memiliki ilmuwan-ilmuwan dalam ilmu kesehatan untuk mengidentifikasi sebuah penyakit beserta mencari dan menemukan obatnya.

Terakhir, patut umat Islam merenungi pernyataan Imam Syafi’i yang diriwayatkan oleh muridnya Harmalah :

قالَ حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى: “أَحَسَّ إِمَامُ الشَّافِعِيِّ حَزَنًا عَلَى مَا ضَيَّعَتِ الأُمَّةُ مِنْ عِلْمِ الطِّبِّ، فَقَالَ: “قَدْ ضَيَّعُوا ثُلُثَ الْعِلْمِ، وَأَسْلَمُوهُ إِلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى.”

Salah satu murid Imam Asy Syafi’i, Harmalah bin Yahya menyampaikan; ”Suatu saat Imam Asy Syafi`i bersedih atas apa yang disia-siakan umat Islam dari ilmu kedokteran, di mana ia berkata. ’Mereka telah menyia-nyiakan sepertiga ilmu, dan menyerahkannya kepada orang-orang Yahudi dan Nashrani.’” (Manaqib Al Imam Asy Syafi’i).

Setelah mengetahui pernyataan Imam Syafi’i tersebut, dimana di zaman Imam Syafi’i umat Islam menyia-nyiakan ilmu kedokteran termasuk di dalamnya adalah kesehatan. Lalu, bagaimana dengan zaman ini?.*/Herman Anas, dosen Universitas dr. Soebandi Jember.Rol

No comments: