Kisah Muslim Menaklukkan Afrika: Ibnu Zubair Menyelamatkan Abdullah bin Sa'ad
Khalifah Utsman bin Affan menugaskan Abdullah bin Sa'd bin Abi Sarh untuk membebaskan Afrika dari penjajahan Romawi . Setelah itu, Abdullah bin Sa'd diangkat menjadi Gubernur Mesir menggantikan Amr bin Ash .
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menceritakan perang di Afrika berakhir sesudah Amr menumpas pemberontakan orang-orang Romawi di Mesir serta pengusiran mereka yang kedua kalinya dari Iskandariah.
"Peristiwa itu terjadi pada akhir-akhir tahun 25 atau permulaan tahun 26 Hijri," ujar Haekal.
Afrika yang disebut oleh orang Arab waktu itu ialah Afrika bagian utara yang membentang dari Tunis sampai ke Tangier di Maroko .
Semua kawasan ini berada di bawah kekuasaan Romawi, yang telah memperoleh pemerintahan otonomi di bawah seorang pangeran dari Romawi dengan pembayaran pajak setiap tahun yang begitu besar kepada pihak Byzantium.
Ada yang mengatakan bahwa penguasanya ketika diserang pasukan Arab itu bernama Gregory [atau Jirjir seperti dalam sebutan at-Tabari, Ibn Asir dan yang lain]. Ia telah mengambil tanggung jawab di tempat itu dari Byzantium , dan mengumumkan dirinya sebagai kaisar.
Sesudah Abdullah bin Sa'd melintasi perbatasan Tripoli ke Tunisia diadang oleh angkatan bersenjata Gregory di luar kota Subaitilah (Sbeitla) dan ia tak dapat maju.
Kekuatan angkatan bersenjata ini besar sekali, yang oleh sejarawan-sejarawan Arab disebutkan jumlahnya mencapai 120.000 atau 200.000 orang.
Abdullah bin Sa'd masih terus berusaha hendak mengecoh angkatan bersenjata itu, mencari jalan untuk mencapai kemenangan, tetapi tidak juga berhasil.
Barangkali sudah berbulan-bulan ia dalam keadaan serupa itu, tak mendapat kemenangan, juga pihak Romawi tak dapat mengalahkannya. Mungkin juga ia kadang maju untuk menghadapinya, tetapi tak berhasil lalu mundur kembali ke Tripoli, sekadar mengistirahatkan anak buahnya sambil mengadakan persiapan dan mengambil bahan makanan.
Selama beberapa bulan, Abdullah bin Sa'd dalam keadaan demikian itu, ia telah kehilangan kontak dengan Mesir dan dengan Madinah.
Sudah tentu Khalifah Utsman gelisah dan khawatir kalau-kalau ia mendapat musibah. Ia segera menugaskan Abdullah bin Zubair memimpin pasukan yang terdiri atas kaum Mujahidin terkemuka, di antaranya terdapat beberapa orang sahabat dan tabi'in.
Mereka berangkat sebagai bala bantuan kepada Abdullah bin Sa'd untuk mendapat kemenangan dan menyelamatnya ia dan pasukannya dari kehancuran.
Ibn Zubair berangkat disertai Abdullah dan Ubaidillah anak-anak Umar bin Khattab, Abdur-Rahman bin Abu Bakr Siddiq, Abdullah bin Amr bin As dan yang setara mereka.
Mereka melintasi Tihamah dan Hijaz ke Mesir, kemudian ke Sirenaika dan Tripoli hingga mencapai tempat pasukan Abdullah bin Sa'd yang sedang dalam pertempuran melawan pasukan Romawi.
Tatkala melihat kedatangan mereka, pasukan Muslimin itu bertakbir. Hati mereka merasa lega bahwa Allah telah mengizinkan mereka mencapai kemenangan yang selama berbulan-bulan itu mereka usahakan tidak juga berhasil.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Ibn Zubair tidak menemukan Abdullah bin Sa'd yang sedang memimpin pertempuran itu. Ketika ia menanyakan, diperoleh berita bahwa dia sedang bersembunyi dengan sangat berhati-hati.
Soalnya ia mendengar anak buah Gregory berseru: "Barang siapa dapat membunuh Abdullah bin Sa'd akan memperoleh hadiah 100.000 dinar dan akan dikawinkan dengan putrinya. Abdullah bin Sa'd khawatir ada orang yang menyelundup dan membunuhnya.
Ibn Zubair datang menemui Abdullah bin Sa'd dan menyarankan agar dia juga menyuruh orang dengan menyerukan: "Barang siapa dapat membawa kepala Gregory kepadaku akan kuberi hadiah 100.000 dirham, akan dikawinkan dengan putriku dan akan kuangkat menjadi penguasa negeri itu."
Setelah saran itu dilaksanakan oleh Abdullah, malah Gregory sendiri yang sekarang sangat ketakutan.
Ibn Zubair tak habis heran karena sudah begitu lama kemenangan itu belum diperoleh juga. Setelah dilihatnya pasukan Muslimin yang setiap hari bertempur dari pagi sampai tengah hari, dan bila tiba tengah hari tiap regu kembali ke kemah masing-masing untuk kemudian melanjutkan lagi keesokan harinya, yakinlah dia bahwa hal ini tak akan ada habisnya.
Ia pergi menemui Abdullah bin Sa'd di markasnya. "Jika keadaan kita semacam ini," katanya, "akan lama sekali kita berhadapan dengan mereka. Mereka akan selalu mendapat bala bantuan dan negeri ini di bawah kekuasaan mereka, sedang hubungan kita terputus dari Muslimin dan dari negeri kita. Menurut hemat saya, kita tinggalkan saja beberapa pahlawan Muslimin pilihan di kemah dalam keadaan siap siaga, dan kita dengan sisa pasukan yang ada terus bertempur menghadapi pasukan Romawi sampai mereka merasa jemu dan sudah dalam kelelahan."
"Bila mereka sudah kembali ke kemah mereka, begitu juga pasukan kita, kita siapkan pasukan yang di kemah yang belum ikut bertempur. Sementara mereka dalam keadaan beristirahat, ketika itulah kita sergap mereka. Semoga Allah memberikan kemenangan kepada kita."
Abdullah bin Sa'd setuju dengan pendapatnya itu. Ia berunding dengan meminta pendapat sahabat-sahabat terkemuka lain yang ternyata juga setuju.
Keesokan harinya rencana itu oleh Ibn Zubair dilaksanakan. Pahlawan-pahlawan Muslimin dibiarkan dalam kemah dengan armada kuda yang sudah siap tempur.
Dia sendiri berangkat dengan sisa pasukan yang lain. Sampai tengah hari itu mereka terus bertempur mati-matian berhadapan dengan pasukan Romawi.
Sampai waktu dzuhur mereka tidak dibiarkan beristirahat dan memaksa mereka terus bertempur sehingga mereka merasa sudah benar-benar kelelahan.
Ibn Zubair kembali, dan pihak Romawi yakin sudah bahwa pertempuran baru akan dimulai lagi keesokan harinya. Oleh karena itu, senjata mereka letakkan dan mereka pun beristirahat.
Akan tetapi baru saja mereka melakukan itu, Ibn Zubair sudah kembali lagi mendatangi mereka bersama-sama dengan pahlawan-pahlawan Muslimin yang paginya tidak ikut bertempur. Sekaligus mereka sekarang menyerbu sambil mengucapkan kalimat syahadat dan bertakbir.
Tidak sedikit dari pihak Romawi yang terbunuh, termasuk Gregory pemimpin mereka juga dibunuh. Putrinya yang kini dijadikan sandera menjadi milik salah seorang dari Ansar.
Sesudah mendapat kemenangan itu Abdullah bin Sa'd berangkat ke Sbeitla, yang merupakan tempat istana raja. Istana itu dikepung sampai akhirnya ditaklukkan.
Dari sini pasukan Muslimin mendapat harta rampasan yang tidak sedikit, sehingga seorang anggota pasukan berkuda mendapat 3000 dinar dan anggota yang berjalan kaki 1000 dinar.
Dari Sbeitla ini Abdullah bin Sa'd mengirim pasukannya sampai ke Gafsa.
Demikian juga dataran dan gunung Afrika itu oleh Muslimin dibebaskan dan mereka merintis jalan untuk menyebarkan agama Allah di sana.
Abdullah bin Sa'd mengadakan perjanjian damai dengan mereka atas dasar dua juta lima ratus dinar. Ada juga sumber yang menyebutkan perjanjian damai itu atas dasar 300 qintar emas. Sesudah tinggal selama 15 bulan di Afrika Abdullah bin Sa'd kembali lagi ke Mesir.
Ternyata kemudian penduduk Afrika itu menjadi orang Islam yang baik sekali dan termasuk penduduk negeri yang sangat setia dan taat.
Dalam sebuah sumber disebutkan, sesudah negeri itu dibebaskan oleh pihak Muslimin, Konstans, Kaisar Romawi itu mengirim seorang pejabat tinggi ke sana dan tinggal di Carthago.
Ia mengenakan pajak kepada rakyat seperti jizyah yang mereka bayarkan kepada Muslimin. Tetapi permintaannya itu mereka tolak karena ia tak memberikan jaminan perlindungan kepada mereka, sehingga dengan demikian ia tak akan mendapat masukan pajak.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment