Kisah Pembangunan Armada Laut di Era Khalifah Ustman bin Affan

Kisah Pembangunan Armada...
Ide ini sebelumnya ditolak Khalifah Umar bin Khattab sehingga Iskandariah sempat ditaklukkan Romawi. Ilustrasi: AI
Ide Mu'awiyah bin Abu Sofyan untuk membangun armada laut mendapat respons positif Khalifah Utsman bin Affan , setelah Islam menguasai Afrika. Ide ini sebelumnya ditolak Khalifah Umar bin Khattab sehingga Iskandariah sempat ditaklukkan Romawi .

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menceritakan sesudah Utsman naik menggantikan Umar bin Khattab dan Romawi menyerang Mesir dari laut, di samping itu pantai-pantai imperium itu sudah membentang sampai ke seluruh Afrika bagian utara, Mu'awiyah mengulangi lagi permintaannya kepada Utsman untuk menyerang Siprus dari laut.

Dengan dibebaskannya Afrika yang mencakup semua negeri di pantai Laut Tengah, dari Antakiah di utara Syam , dan di ujung timur Laut itu sampai ke ujung barat di Afrika bagian utara, Kedaulatan Islam sudah makin luas.

Mu'awiyah di Syam yakin bahwa pantai-pantai yang terbentang ribuan mil itu tak mungkin aman dari serbuan mendadak pihak musuh dari arah laut, kecuali jika Arab mempunyai armada laut yang dapat menghadapi armada laut Romawi, kalau mereka berusaha hendak kembali ke bagian mana pun di daerah itu.

"Itulah pokok pendapatnya sejak ia memerintah Syam dan mengetahui Romawi akan menyerang Antakiah dari arah laut," tulis Haekal.

Itu sebabnya dulu ia menulis surat kepada Khalifah Umar bin Khattab menerangkan tentang pulau Siprus yang begitu dekat ke Hims.

Katanya, bahwa anjing yang menggonggong dan ayam yang berkokok di sana, akan terdengar dari desa di Hims. Tetapi Khalifah Umar tidak mengizinkan.

Sesudah Utsman naik dan Romawi menyerang Mesir dari laut, di samping itu pantai-pantai imperium itu sudah membentang sampai ke seluruh Afrika bagian utara, Mu'awiyah mengulangi lagi permintaannya kepada Usman untuk menyerang Siprus dari laut.

Tetapi Utsman juga masih khawatir. Kalau dia mengizinkan berarti ia sudah menyalahi kebijakan Umar dan merusak janjinya waktu dibaiat, dan dengan pelanggaran itu ia akan dikecam orang.



Akan tetapi ia melihat permintaan Mu'awiyah itu suatu pikiran yang baik dan mempunyai pandangan jauh, yang bila ditolak, dari segi politik tentu salah. Karenanya ia menulis kepada Mu'awiyah: "Saya sudah melihat penolakan Umar ketika Anda meminta pendapatnya untuk menyerang dari laut."

Mu'awiyah masih juga mengulangi pendapatnya itu. Sekali ini permintaannya dipenuhi, tetapi ia berkata: "Biar orang memilih sendiri dan janganlah memaksa mereka yang terbaik di antara mereka. Barang siapa memilih akan menyerang dengan sukarela pakailah dan bantulah."

Dengan demikian Utsman menentukan serangan melalui laut itu sukarela buat yang berminat. Jadi dia tetap menjaga kebijakan Umar, yang dalam pada itu ia tidak pula menolak masalah yang dilihatnya sebagai pikiran yang baik dan jauh memandang ke depan.

Armada yang Pertama

Tak lama sesudah menerima surat Utsman, Mu'awiyah segera menyiapkan kapal-kapalnya untuk menghadapi perang itu. Setelah Abdullah bin Sa'd bin Abi Sarh mengetahui adanya persetujuan Utsman dengan Mu'awiyah itu ia pun segera menyiapkan beberapa kapal di pelabuhan Iskandariah, dan membawa mereka yang secara sukarela mau berperang di laut.



Dengan demikian pihak Muslimin sudah mempunyai armada yang tak kalah perkasa dari armada Romawi. Di samping angkatan daratnya Kedaulatan Islam kini mempunyai juga angkatan laut di pantai-pantai Laut Tengah dan Laut Merah.

Dari sini persiapan sudah cukup untuk menghadapi pertempuran, yang buat orang Arab sebelum itu memang tak pernah dikenal.

Haekal mengatakan sudah tentu tepat sekali pendapat Mu'awiyah untuk membangun armada, menyerang Siprus dan membuat pangkalan di laut untuk melindungi Kedaulatan Islam yang masih muda itu.

Kedaulatan ini makin lama makin berkembang, pantai-pantai kini sudah bertambah luas. Buat Romawi, untuk berkuasa kembali di Mesir tak ada jalan lain kecuali melalui laut. Kalau mereka sudah yakin bahwa armada mereka akan berhadapan dengan kekuatan armada Muslimin seperti pasukan mereka di beberapa medan perang dulu ketika berhadapan dengan kekuatan pasukan Arab, hal ini akan mematahkan semangat mereka dan dengan demikian pintu perluasan terbuka di depan Muslimin sampai sejauh kekuatan dan angkatan bersenjata mereka dapat bertahan.

Ternyata kemudian para sukarelawan yang datang menyambutnya lebih banyak daripada yang diperkirakan oleh Utsman dan Mu'awiyah, dan dalam waktu singkat armada Kedaulatan Islam itu telah menjadi raja lautan yang disegani.

Armada ini kemudian menjadi alat yang sangat penting untuk memperluas usaha pembebasan dan untuk memperkuat tubuh Kedaulatan ini di kemudian hari.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: