Kisah Pertempuran Laut: Romawi Kerahkan 600 Kapal Dikalahkan Muslim dengan 200 Kapal
Peristiwa itu terjadi pada era Khalifah Utsman bin Affan atau sekitar tahun 31 Hijriyah. Namun ada yang mengatakan tahun 34 Hijriyah. Pasukan Romawi dipimpin Konstantin, anak Heraklius , sedangkan pihak muslim dikomandoi Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh, gubernur Mesir .
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menceritakan kala itu, pihak Romawi dengan 500 atau 600 kapal berlayar mengarungi Laut Tengah menuju Aleksandria atau Iskandariah untuk menghadapi armada Muslimin yang terbesar.
Pihak Muslimin sudah mengetahui berita tentang pasukan Romawi dan perjalanan mereka hendak memerangi pasukan Muslimin itu. Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh bersiap dengan 200 kapal yang mengangkut pasukan pemberani, sudah terlatih dan tangkas dalam berperang.
Kapal-kapal itu berlabuh jauh dari Iskandariah dan di jalan yang akan dilalui Romawi.
Tatkala matahari sudah hampir terbenam kedua armada itu mulai tampak. Sepanjang malam itu pasukan Romawi membunyikan lonceng, dan pasukan Muslimin melaksanakan salat dan membaca Qur'an. Masing-masing mau menunggu esok hari.
Sesudah tiba waktu pagi, Abdullah bin Sa'd menyusun armadanya dan menyiapkan anggota-anggota pasukannya, yang kemudian berpangkal di tempat itu, menunggu kedatangan armada Romawi itu ke sana.
Dari pinggir laut angin bertiup kencang membuat armada Muslimin harus berhati-hati untuk berlabuh di pantai-pantai itu. Tetapi pihak Romawi tidak perlu merasa khawatir, karena angin itu tidak mengganggu letak armada mereka.
Sesudah angin mulai reda Abdullah bin Sa'd mengirim pesan kepada Konstantin: Kalau kalian setuju, mari kita turun ke darat agar pertempuran dapat lebih dipercepat. Akan tetapi pihak Romawi menolak tawaran itu, sebab sudah mereka rasakan sendiri ketangkasan pasukan Muslimin dalam pertempuran di darat.
Tujuan mereka yang terutama hendak menghancurkan armada musuh mereka itu. Karenanya mereka membalas dengan mengatakan: Laut, laut.
Akan tetapi Abdullah bin Sa'd tidak pula ragu menghadapi mereka di medan yang mereka pilih itu.
Kala itu, armada muslim mulai bergerak maju dan armada Romawi juga tampil maju. Tak lama setelah itu berkobarlah pertempuran sengit yang luar biasa.
Begitu sengitnya pertempuran itu sehingga kedua armada itu sudah bercampur baur, anggota-anggota pasukan masing-masing berlompatan dengan pedang dan khanjar di tangan, satu sama lain sudah tidak lagi mengenal belas kasihan.
Ketika itu gelombang laut menggeser kapal-kapal kedua armada itu ke pantai. Mayat-mayat terhempas ke dalam pasir dan digulung luapan air, kemudian menampakkan mereka kembali, yang sementara itu sudah bercampur dengan darah sehingga warnanya berubah menjadi merah kehitam-hitaman.
Kedua pihak, pasukan Romawi dan pasukan Muslimin bertempur mati-matian demikian hebatnya, yang belum ada tolok bandingnya, sehingga begitu banyak korban mati di kedua pihak. Orang yang pernah menyaksikan peristiwa itu bercerita:
"Saya melihat pantai yang dihantam ombak itu permukaannya sudah seperti anak bukit yang besar oleh timbunan mayat-mayat, darah sudah mengalahkan air. Ketika itu orang menahan diri demikian rupa, yang belum mereka alami di medan perang mana pun."
Dalam pada itu Konstantin sendiri mengalami luka-luka sehingga ia sudah tak berdaya lagi, semangatnya pun sudah makin surut.
Setelah dia dan anak buahnya tahu dan melihat semangat pihak Muslimin yang tidak berkurang, yakinlah dia bahwa sekarang sudah gilirannya akan mengalami kehancuran.
Ia berbalik lari bersama semua armada dan pasukannya yang masih tersisa. Ia yakin sekarang bahwa ketangguhan pasukan Muslimin di laut pun ternyata tidak kurang dari ketangguhannya di darat. Mereka tidak akan dapat dikalahkan.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment