Perkembangan Ilmu Matematika, Astronomi dan Fisika di Era Daulah Abbasiyah
ILMUpengetahuan mengalami perkembangan pesat pada masa Daulah Abbasiyah , melalui tiga pengembangan ilmu: diskusi ilmiah , penerjamahan buku-buku dan perpustakaan.
Syamruddin Nasution dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" menyebut di antara ilmu-ilmu umum yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah adalah ilmu matematika .
Perkembangan ilmu matematika dalam Islam terjadi pada masa Khalifah al-Mansur karena perencanaan pembangunan kota Baghdad didasarkan pada perhitungan matematis, sebab banyak berkumpul matematikawan untuk meneliti rencana tersebut.
Salah satu sumbangan besar matematikawan muslim adalah penemuan dan penggunaan angka 0 (nol) dalam bahasa yang disebut sifir. Tanpa angka ini akan menyulitkan manusia dalam membuat simbol-simbol bilangan.
Dalam hal ini barat ketinggalan 250 tahun dari Islam. Di antara matematikawan muslim yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi.
Dialah yang paling berjasa dalam memperkenalkan angka-angka dalam perhitungan sebagai ganti alfabeta dan dia pula orang pertama yang membicarakan aljabar secara sistematis.
Ilmu Astronomi
Syamruddin Nasution mengatakan ilmuwan-ilmuwan muslim merupakan pakar astronomi. Ilmu astronomi diperlukan untuk tujuan-tujuan keagamaan, seperti menentukan waktu salat, waktu fajar dan munculnya bulan di bulan Ramadan serta menentukan arah kiblat.
Para astronom muslim mempelajari karya-karya Yunani dan Iskandariyah khususnya Al-Magnestya Ptolemius, di samping karya orang-orang Chadea, Syria, Persia dan India.
Di masa pemerintahan al-Mansur, dia menyuruh Abu Yahya alBatriq menerjemahkan buku Quadripartitumnya Ptolemius ke dalam bahasa Arab yang berisi tentang pengaruh bintang-bintang dan buku-buku geometri dan fisika yang dimintanya dari Kaisar Byzantium.
Di antara sarjana-sarjana astronom muslim adalah Tsabit bin Qurra, al-Balhi, Hunain bin Ishak, Al-Abbadi al-Battani, al-Buzjani al-Farghani dan lain-lain. Dan sarjana astronomi muslim termasyhur pada masa al-Makmun adalah Yahya bin Mansur.
Dia mengumpulkan tabel-tabel astronomi bekerja sama dengan Samad bin Ali. Buku “Prinsip-prinsip Astronomi” karangan al-Farghani memperoleh penghargaan tinggi di Universitas Bologna di Italia, selama masa renaeissance.
Ilmu Fisika
Ilmu fisika pun turut berkembang pesat pada masa dinasti Abbasiyah. Di antara fisikawan muslim terkenal adalah Ibn Sina.
Dalam bukunya al-Syifa’, dia membahas tentang kecepatan suara dan cahaya. Menurut pendapatnya penglihatan mendahului pendengaran.
Hal ini disebabkan kenyataan bahwa melihat tidak memerlukan waktu, sementara mendengar memerlukannya. Jangkauan penglihatan lebih jauh daripada jangkauan pendengaran.
Akan tetapi kilat lebih cepat dari petir walaupun terjadi secara bersamaan. Jadi kilat terdengar seketika, sedangkan petir terdengar belakangan.
Ibn al-Haitsham termasuk juga dalam jajaran fisikawan terkemuka. Ia juga seorang peneliti optik yang besar. Ia dikenal di Eropa dengan nama al-Hazen. Ia menulis kira-kira 24 buah buku tentang fisika.
Al-Biruni terkenal karena sumbangansumbangannya dalam bidang fisika. khususnya mekanika dan hidrosatika. Dia membahas tekanan dan ekuilibrium benda-benda cair dan semburan ke atas dari mata air. AlBiruni menetapkan grafitasi 18 macam logam sampai 4 desimal.
Al-Kahzin mengatakan bahwa udara adalah suatu zat yang mempunyai berat. Dia juga menunjukkan bahwa udara mempunyai tenaga mengangkat ke atas, sama halnya dengan tenaga air sehingga berat sesuatu benda di udara kurang dari berat yang sesungguhnya.
Lebih lanjut dia menyatakan bahwa kuat grafitasi berubah sesuai dengan jarak antara benda yang jatuh dengan benda yang menariknya.
Karya-karya Ibn Sina, Ibn al-Haitsham, al-Biruni, al-Khazin dan sarjana-sarjana muslim lainnya tetap menjadi karya-karya standar dan dipelajari oleh sarjana-sarjana Barat sampai akhir abad ke 17.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment