Wafatnya Umar bin Khattab dan Kisah Penaklukan Azerbaijan

Wafatnya Umar bin Khattab...
Pada masa Utsman, penduduk Azerbaijan menolak membayar jizyah. Ilustrasi: Ist
PADAmasa Umar bin Khattab kedaulatan Islam sudah membentang jauh dari ujung Persia di timur sampai di perbatasan Sirenaika dan Tripoli di barat, dari Laut Kaspia di utara sampai ke Nubia di selatan.

Negeri-negeri yang sudah dibebaskan oleh pihak Muslimin dalam kedaulatan itu percaya bahwa mereka tak akan dapat dikalahkan. Sungguhpun begitu, timbulnya pembangkangan dari waktu ke waktu masih juga mengusik hati rakyat daerah-daerah untuk memberontak kepada pihak Muslimin dan mengingkari perjanjian yang sudah disepakati bersama.

Muhammadi Husain Haekal dalam bukunya yangditerjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) mengatakanhal ini tidak mengherankan, para pendatang itu orang-orang yang berbeda ras, berbeda bahasa dan keyakinan.

"Juga tidak mengherankan, orang-orang Arab Hirah dan Gassan sampai tahun-tahun belakangan sebelum pembebasan masing-masing masih di bawah kekuasaan dan pengaruh Persia dan Romawi ," jelasnya.

Fitnah di Kawasan Kedaulatan

Juga tidak mengherankan bibit-bibit fitnah masih akan menggerakkan hati orang di negeri-negeri yang sudah dibebaskan itu. Hal ini sesuai dengan posisi mereka masing-masing: Muslimin terhadap mereka dan posisi mereka terhadap Muslimin.

Tak ada garnisun sebagai kekuatan bersenjata yang ditempatkan di negeri-negeri tersebut, tetapi dengan setiap wilayah yang dibebaskan itu diadakan perjanjian atas dasar jizyah dalam jumlah tertentu yang harus dibayar warga kepada mereka, kemudian pemerintahan negeri diserahkan kepada penduduk negeri.

Setelah itu kekuatan mereka ditarik kembali ke markas-markas Arab sendiri. Haekal menjelaskan dari semua markas itu yang terbesar dipusatkan di kota-kota Damsyik dan Hims di Syam, sama seperti yang di Irak , dipusatkan di kota-kota Basrah dan Kufah.

Sungguhpun begitu, di Mesir pasukan Arab tak punya persenjataan yang kuat selain yang di Babilon, letak Mesir Lama yang sekarang.

Menurut Haekal, karenanya di masa Umar sendiri tidak jarang terjadi pembangkangan daerah dengan menolak membayar jizyah dan menjauhkan diri dari pihak Arab dengan berlindung di benteng-benteng itu, sehingga Umar mengirimkan kekuatan ke sana untuk menundukkan mereka kembali.

Akan tetapi tak ada anggota pasukan yang ditinggalkan untuk menjaga ketertiban dan mengharuskan mereka menghormati perjanjian itu, karena meluasnya daerah Kedaulatan yang begitu cepat, sehingga pasukan harus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Di samping itu, kalau angkatan bersenjata yang ditinggalkan di negeri-negeri yang baru dibebaskan itu jumlahnya kecil, dikhawatirkan akan terjadi perlawanan yang dapat mengalahkannya. Ini akan membawa pengaruh buruk, suatu hal yang samasekali tidak diinginkan. Sungguhpun begitu,Khalifah Umarselalu mampu menggagalkan para pembangkang itu dan menjatuhkan hukuman kepada mereka untuk dijadikan contoh bagi yang lain.

Pembebasan Azerbaijan

Daerah Azerbaijan dan sekitarnya dari arah barat, ialah yang terakhir ditaklukkan oleh pihak Muslimin di kawasan Persia pada masa Umar. Letak Azerbaijan ke arah barat daya dari Laut Kaspia tanah pegunungan yang ketinggiannya dari permukaan laut sekitar 1500 meter, dengan puncak-puncak gunung ada yang mencapai 4000 meter.

Ketika dimasuki pasukan Muslimin di tempat ini terdapat banyak sekali tempat penyembahan api. Kawasan ini ditaklukkan oleh Utbah bin Farqad, yang kemudian mengadakan persetujuan dengan pihak Azerbaijan dengan izin Huzaifah bin Yaman.

Untuk mereka dibuatkan jaminan tertulis mengenai keamanan di dataran, di pegunungan, mengenai upacara-upacara keagamaan mereka serta masyarakatnya, mengenai jiwa dan harta benda mereka, segala keyakinan mereka, dengan syarat mereka membayar jizyah sesuai dengan kemampuan.

Dari Azerbaijan ini penaklukan meluas ke Bab dan ke Mauqan. Sesudah kedua kota itu ditaklukkan oleh pihak Muslimin, Abdur-Rahman bin Rabi'ah berpindah, untuk kemudian menyerang Turki yang bertetangga.

Akan tetapi mereka berlindung ke pegunungan, dan ketika dia bersiap-siap meneruskan perjalanan ke tempat mereka berlindung itu, tiba-tiba datang berita tentang kematian Khalifah Umar bin Khattab. Turki ditinggalkannya dan tidak lagi mengejarnya. Ia tetap tinggal di tempat semula sambil menunggu perintah Usman lebih lanjut.

Lalu, bagaimana di masa Utsman?

Haekal mengatakan sumber-sumber yang memuaskan tak ada yang kita peroleh dari para sejarawan. Dalam hal ini, sejarah mengenai perang sesudah Rasulullah masih berbeda-beda. Dalam kitab yang sama kita melihat adanya perbedaan-perbedaan itu, yang membuat kita bingung, sumber mana yang akan kita pakai dan mana yang tidak.

Disebutkan bahwa di masa Utsman bin Affan , Azerbaijan menolak membayar jizyah sebesar 800.000 dirham yang sudah disetujuinya dengan Huzaifah, dan bahwa ketika Walid bin Uqbah berangkat ke sana, persetujuan dengan Huzaifah diberlakukan kembali.


Mengenai keberangkatan Walid bin Uqbah itu hampir semua sejarawan sependapat. Tetapi mereka berbeda pendapat, keberangkatannya ke Azerbaijan itu dalam tahun 24 Hijri, yakni beberapa bulan sesudah Usman dibaiat, ataukah dalam tahun 25 atau tahun 26?

Pangkal perbedaan sumber itu pada pendapat mereka bahwa Walid menyerang Azerbaijan sesudah Usman mengangkatnya untuk Kufah, yang dijabatnya sesudah Sa'd bin Abi Waqqas.

Perbedaan pendapat para narasumber itu: Adakah Sa'd bertugas di Kufah langsung sesudah Umar terbunuh, ataukah Utsman mengangkat Mugirah bin Syu'bah di sana satu tahun, kemudian sesudah Sa'ad bertugas di sana satu tahun dan beberapa bulan, tanggung jawab dipegang oleh Walid bin Uqbah?

Kalau Walid pergi ke Azerbaijan baru sesudah ia bertugas di Kufah, jadi dia ke sana tahun 25 jika Mugirah bin Syu'bah tidak lagi menjabat tugas di Kufah menyusul terbunuhnya Umar, atau tahun 26 kalau Sa'd baru bertugas sesudah setahun Mugirah bin Syu'bah memegang tanggung jawab itu di sana.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: