Asbabun Nuzul Surat Al Buruj Lengkap dengan Kisah Ashabul Ukhdud

Asbabun Nuzul Surat...
Kisah Ashabul Ukhdud yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Buruj ayat 4-9, mengisahkan ujian keimanan seorang pemuda yang memilih mempertahankan keyakinannya kepada Allah meski harus kehilangan nyawa. Foto ilustrasi/ist
Asbabun Nuzul Surat Al Buruj menjadi pembahasan yang menarik untuk diketahui sebab ada satu kisah yang dapat diambil hikmahnya.

Dengan memahami Asbabun Nuzul Surat Al Buruj , umat Muslim bisa mengetahui asal-usul atau penyebab turunnya ayat tersebut.

Surat Al Buruj Ayat 4 - 9

قُتِلَ اَصۡحٰبُ الۡاُخۡدُوۡدِۙ النَّارِ ذَاتِ الۡوَقُوۡدِۙ اِذۡ هُمۡ عَلَيۡهَا قُعُوۡدٌ وَّهُمۡ عَلٰى مَا يَفۡعَلُوۡنَ بِالۡمُؤۡمِنِيۡنَ شُهُوۡدٌ وَمَا نَقَمُوۡا مِنۡهُمۡ اِلَّاۤ اَنۡ يُّؤۡمِنُوۡا بِاللّٰهِ الۡعَزِيۡزِ الۡحَمِيۡدِۙ الَّذِىۡ لَهٗ مُلۡكُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ‌ؕ وَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ شَهِيۡدٌ


Artinya : Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman), yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin. Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena (orang-orang mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji, yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.

Asbabun Nuzul Surat Al Buruj Ayat 4 - 9

Kisah Ashabul Ukhdud yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Buruj ayat 4-9, mengisahkan ujian keimanan seorang pemuda yang memilih mempertahankan keyakinannya kepada Allah meski harus kehilangan nyawa.

Cerita bermula di sebuah kerajaan di Najran, dekat perbatasan Yaman. Seorang raja yang berkuasa memiliki seorang tukang sihir tua yang meminta dicarikan penerus. Sebuah sayembara diadakan, dan seorang pemuda bernama Gulam terpilih untuk mempelajari ilmu sihir.

Dalam perjalanan menuju rumah tukang sihir, Gulam melewati sebuah gua dan mendengar suara lantunan doa. Dengan rasa penasaran, ia masuk ke dalam gua dan mendapati seorang pendeta sedang beribadah.

“Wahai pendeta, aku mendengar kalimat subhanallah berulang kali. Apakah itu mantra sihir?” tanya Gulam.

Pendeta menjawab, “Bukan, itu adalah kalimat tasbih untuk mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.”

“Siapakah Allah Subhanahu wa Ta'ala itu?” tanya Gulam lagi.

“Dia adalah Tuhan pemilik langit dan bumi, tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya,” jelas sang pendeta.

Pendeta itu kemudian menawarkan Gulam untuk kembali kapan pun ingin belajar, dengan syarat pertemuan mereka harus dirahasiakan.

Gulam pun melanjutkan perjalanannya ke rumah tukang sihir, tetapi ia dihukum karena datang terlambat.

Hari-hari berlalu, Gulam terus belajar ilmu sihir, tetapi hatinya semakin terikat pada ajaran pendeta. Suatu hari, ia menghadapi seekor binatang besar yang menghalangi jalan. Gulam berpikir ini adalah kesempatan untuk menguji ilmu yang dipelajarinya.

Ia berdoa, “Ya Allah, jika ilmu pendeta lebih Engkau cintai daripada ilmu tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini.” Dengan satu lemparan batu, binatang itu mati seketika.

Berita keberhasilan Gulam menaklukkan binatang itu pun menyebar luas. Orang-orang datang kepada gulam meminta disembuhkan dari penyakit cacat dan buta. Gulam menegaskan bahwa semua terjadi hanya dengan izin Allah.

Ketika kabar ini sampai ke raja, Gulam dipanggil ke istana. “Siapa yang mengajarkanmu ilmu ini?” tanya raja.

“Semua yang kulakukan terjadi atas izin Allah, Tuhan semesta alam,” jawab Gulam.

Raja murka dan memaksa Gulam meninggalkan keimanannya. Ketika Gulam menolak, ia diperintahkan untuk dibawa ke gunung dan dilemparkan ke jurang. Namun, sebelum rencana itu terlaksana, gunung berguncang, dan pasukan raja tewas, sementara Gulam selamat.

Raja kembali mencoba membunuhnya dengan melemparkannya ke laut, tetapi Gulam tetap dilindungi oleh Allah. Akhirnya, Gulam menawarkan cara terakhir kepada raja.

“Wahai raja, kau hanya bisa membunuhku dengan satu cara. Kumpulkan rakyatmu, salib aku, lalu panahlah sambil mengatakan, ‘Bismillahi Rabbi Gulam’ (dengan menyebut nama Tuhannya Gulam),” ujar Gulam.

Raja mengikuti petunjuk tersebut. Ketika panah dilepaskan, Gulam wafat. Namun, rakyat yang menyaksikan peristiwa itu justru berseru, “Kami beriman kepada Tuhannya Gulam!”
Raja murka melihat rakyatnya beralih kepada Allah.

Ia memerintahkan agar parit besar digali dan dinyalakan api untuk membakar siapa pun yang enggan meninggalkan keimanan. Namun, para mukmin tetap teguh meski harus menyerahkan nyawa.

Seperti yang disebutkan dalam Alquran surat al-buruj ayat 8 "Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji."

Di antara mereka, seorang ibu hampir goyah saat harus melompat ke dalam api bersama anaknya. Namun, sang anak berkata, “Wahai Ibu, bersabarlah, sesungguhnya kita berada di jalan yang benar.”

Pelajaran dari Kisah Ashabul Ukhdud: Rendah Hati dan Keteguhan Iman

Kisah Ashabul Ukhdud mengajarkan bahwa segala sesuatu yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah. Sebagai seorang hamba kita tidak boleh sombong atas apa yang kita punya karena semuanya terjadi atas kehendak Allah.

Allah juga memberikan ujian kepada manusia untuk menguji keteguhan iman. Dalam ujian tersebut, setiap orang dihadapkan pada pilihan mengejar kesenangan dunia yang sementara atau tetap berpegang pada keyakinan untuk meraih surga yang abadi.
Bagi mereka yang memilih untuk tetap beriman kepada Allah, janji Allah adalah balasan berupa surga yang kekal.

Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya kerendahan hati dan keteguhan hati dalam menjalani kehidupan di dunia ini.MG/Marine Lugina
(wid)

No comments: